Komodo mulai terganggu, pola kunjungan wisatawan perlu diatur
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jumlah kunjungan wisatawan per hari ke Pulau Komodo sebaiknya dibatasi agar tidak merusak ekosistem
JAKARTA, Indonesia — Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur Ardu Marius Jelamu, pola kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo di Kabupaten Manggarai Barat harus ditata ulang karena telah mengganggu ekosistem di pulau tersebut.
“Kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo memang sedang dikhawatirkan oleh berbagai pihak, termasuk wisatawan mancanegara karena semakin tidak teratur,” kata Marius, Rabu, 8 November 2017 di Kupang.
Ia mengatakan, penataan arus kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo harus segera dilakukan agar tidak mengganggu ekosistem dan keamanan habitat Komodo.
“Saya sudah membicarakan permasalahan ini dengan pihak Taman Nasional Komodo (TNK), termasuk rencana menyurati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membahas mekanisme kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo,” ujarnya.
Taman Nasional Komodo (TNK) kini menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia setelah dinyatakan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia (New7 Wonders).
Marius menjelaskan, inti rencana menyurati Kementerian adalah meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan segera melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan otoritas TNK untuk menetapkan mekanisme kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo guna menata kembali. .
Marius mengatakan wisatawan mancanegara mengeluhkan tidak teraturnya arus kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo saat digelarnya Komodo Travel Mart beberapa waktu lalu.
“Saya banyak mendapat masukan dari wisatawan asing yang meminta agar arus kunjungan wisatawan ditata kembali agar tidak membludak dan tidak teratur seperti yang terjadi saat ini,” ujarnya.
Ia menambahkan, wisatawan mancanegara khawatir dengan meningkatnya arus kunjungan ke Komodo, karena sangat mengganggu ekosistem satwa di pulau tersebut dan dapat memancing agresi pada satwa tersebut.
“Agresivitas biawak raksasa ini sulit diprediksi. Namun yang mengkhawatirkan adalah predatornya mulai menipis. “Dalam kondisi seperti ini, pengunjung bisa menjadi sasaran komodo,” ujarnya.
Menurut dia, pola kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo harus diatur, terutama terkait waktu dan jumlah pengunjung yang diatur secara berkelompok.
Misalnya kunjungan pertama dari jam tersebut ke jam tersebut, maka ada jeda waktu sebelum Anda melanjutkan ke kunjungan berikutnya.
Kemudian jumlah kunjungan wisatawan per hari ke Komodo juga harus dibatasi agar tidak merusak ekosistem di Komodo yang merupakan habitat hewan purba raksasa langka tersebut.
“Bila perlu kunjungan wisatawan dilakukan sesuai pola registrasi, sehingga wisatawan sambil menunggu giliran dapat mengunjungi destinasi lain di sekitar Komodo dan Labuan Bajo,” ujarnya mencontohkan.
Menurut Marius, restrukturisasi bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Komodo semata-mata untuk menjaga kelestarian ekosistem di pulau tersebut, agar tidak mengancam keselamatan hewan purba langka tersebut.
“Kita tentu tidak ingin kondisi satwa komodo yang merupakan salah satu keajaiban dunia ini berakhir stres, sakit dan menurun akibat banyaknya kunjungan wisatawan sehingga mengganggu habitatnya di Pulau Komodo dan beberapa lainnya. pulau-pulau yang berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo,” ujarnya dikonfirmasi. —dengan laporan ANTARA/Rappler