Kondisi tiga balita korban serangan bom molotov di Samarinda semakin membaik
- keren989
- 0
Ketiga korban mulai menunjukkan perilaku ceria meski masih mendapat infus
SAMARINDA, Indonesia – Kondisi tiga balita korban bom molotov di Gereja Ekumenis, Samarinda, Kalimantan Timur yang masih dirawat di rumah sakit terus menunjukkan perkembangan signifikan. Tim dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Syahranie (AWS) Samarinda menilai kondisi ketiganya masih stabil hingga Rabu, 23 November.
Ketiga korban bom, Trinity Hutahayan (3 tahun), Alvaro Aurelius (4 tahun), dan Anita Kristobel Sinaga (4 tahun) masih dirawat intensif di Unit Perawatan Intensif Anak (PICU). Direktur RSUD AWS, dr. Rachim Dinata mengatakan Anita harus menjalani operasi lagi di rumah sakit pada Rabu pagi. Ini keempat kalinya bocah tersebut membersihkan luka bakar yang menghanguskan hingga 17 persen tubuhnya.
“Pembersihan harus dilakukan secara rutin, jika luka dibersihkan dengan baik maka regenerasi kulit dengan media yang baik dapat menumbuhkan kulit baru yang baik,” kata Rachim saat dihubungi melalui telepon, Rabu, 23 November.
Dari tiga korban bom yang selamat, hanya Trinity yang mengalami luka serius dibandingkan dua korban lainnya. Trinity mengalami luka bakar pada separuh tubuhnya atau 50 persen.
Trinity juga baru menjalani operasi kemarin (Selasa), kata Rachim.
Pembedahan dilakukan untuk membersihkan jaringan kulit yang rusak. Dokter juga mengganti balutan agar pasien tidak mengalami infeksi.
Meski kondisi kesehatan ketiganya masih stabil, tim dokter, kata Rachim, masih terus melakukan observasi. Mereka khawatir akan ada dampak lain yang mungkin terjadi.
Karena ketiganya masih balita, tim dokter belum melepas infus pada ketiganya. Ia mengatakan infus merupakan media pemberian obat, termasuk antinyeri.
“Masih belum ada rencana untuk keluar dari PICU,” ujarnya.
Namun ketiganya kini sudah bisa beraktivitas meski masih terbatas. Rachim mengatakan ketiga anaknya juga ingin makan dan berkomunikasi. Mereka juga menampilkan perilaku ceria.
Tim dokter kini menambahkan terapi pada ketiganya. Langkah ini merupakan tindak lanjut dari proses pengobatan mereka, yakni dengan memberikan terapi psikologis.
“Respon terhadap pengobatannya bagus, kita juga perlu melihat masalah psikososial mereka. “Secara psikologis, pasca trauma harus mulai pulih,” kata Rachim.
Pihak rumah sakit sebenarnya berupaya membatasi kunjungan pengunjung ketiga pasien tersebut karena masih balita. Sebab, sebagai pasien balita, mereka rentan tertular bakteri lain yang dibawa dari luar rumah sakit.
Karena itu Rachim meminta kesadaran semua pihak agar pengobatan dan kesembuhan ketiga balita ini bisa berjalan normal.
“Kami mohon agar semua pihak memahami, mereka masih balita sehingga rentan tertular. “Saya tidak mau membatasi, tapi ini juga untuk kepentingan pasien agar cepat sembuh,” ujarnya.
Rachim juga meminta pihak keluarga tidak terlalu khawatir dengan biaya pengobatan. Pasalnya, Pemprov Kaltim menanggung seluruh biaya pengobatan dan pengobatan selama ia berada di rumah sakit.
Sementara korban lainnya, Intan Olivia Marbun, tak selamat dalam peristiwa brutal 13 November itu. Jenazah bocah berusia 2,5 tahun itu akhirnya dimakamkan pada Selasa, 15 November, di Taman Makam Kristen Putaq, Desa Loa, Duri Ilir, Kabupaten Kutai, Kertanegara, Kalimantan Timur.
Orang tua Intan, Anggiat Banjar Nahor dan Diana, berusaha sekuat tenaga melihat bagaimana jenazah putri semata wayangnya dikuburkan. Prosesi pemakaman dilakukan di tengah hujan lebat dan dikawal personel polisi.
Begini suasana pemakaman Intan Olivia, korban bom molotov di gereja Samarinda. pic.twitter.com/Ij91JAiXvT
— Rappler Indonesia (@RapplerID) 15 November 2016
“Kami ikhlas atas kepergian Intan,” kata Anggiat yang dihubungi Rappler, Rabu 23 November. – Rappler.com