• November 24, 2024
KPK Cegah Sunny Tanuwidjaya dan Direktur Grup Agung Sedayu Ke Luar Negeri

KPK Cegah Sunny Tanuwidjaya dan Direktur Grup Agung Sedayu Ke Luar Negeri

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Ahok membantah Sunny Tanuwidjaya adalah staf khususnya. Namun Ahok mengaku mengenal Sunny dengan baik sejak 2009.

JAKARTA, Indonesia – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku kembali melarang dua orang bepergian ke luar negeri. Kedua orang tersebut merupakan staf khusus Gubernur DKI Jakarta Sunny Tanuwidjaya dan Direktur Agung Sedayu Group Richard Halim.

Keduanya diberhentikan karena terlibat dalam penyidikan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi.

“Kemungkinan besar pernyataan mereka mampu memperdalam proses penyidikan KPK,” kata Kepala Divisi Pemberitaan dan Publikasi KPK Priharsa Nugraha, Kamis, 7 April, di Gedung KPK.

Priharsa mengatakan, pada Rabu, 6 April, KPK mengajukan permohonan pencegahan ke Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pencegahan ini berlaku hingga enam bulan ke depan.

Sebelumnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga menangkap tiga orang terkait kasus dugaan suap anggota DPRD DKI Jakarta. Ketiganya merupakan petinggi kelompok Agung Sedayu, Sugianto Kusuma atau Aguan sebagai saksi yang akan dimintai keterangan. Aguan dilarang mulai 1 April selama enam bulan ke depan.

Dua orang lainnya adalah Gery Prastya dan Berlian Kurniawati. Masing-masing juga mendapat larangan masuk KPK selama enam bulan ke depan terhitung 4 April.

Mereka diduga bisa memberikan keterangan soal kasus dugaan suap terhadap anggota DPRD DKI Jakarta Mohamad Sanusi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini masih fokus pada dugaan pidana suap dan proses pemesanan, termasuk bagaimana pihak swasta diduga terlibat dalam eksploitasi proyek tersebut.

Sunny bukanlah staf khusus

Lantas bagaimana reaksi Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama setelah mendengar Sunny dicegah KPK?

“Saya kira Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harusnya lebih jelas, sudah waktunya, tuntut atau apalah,” kata Ahok pada Kamis malam, 7 April.

Ia pun menjelaskan hubungannya dengan Sunny yang santer diberitakan di media sebagai staf khusus atau magang. Menurut Ahok, Sunny bukanlah staf khususnya.

“Aku sebenarnya hanya seperti seorang teman dengannya. Dia juga tidak menyimpan proyek apa pun. “Tapi kalau masyarakat mau bilang staf khusus, boleh saja,” kata Ahok.

Ia menjelaskan, ia mengenal Sunny pada tahun 2009 karena ingin mengundangnya menjadi pembicara di Amerika Serikat. Saat itu Ahok masih menjadi anggota DPR.

Sunny mengaku terkesan karena saat mengadakan makan malam, Ahok-lah yang membayarnya.

“Saya dan anak saya, yang masak suruh bayar,” kata mantan politikus Partai Gerindra itu.

Namun Ahok tak bisa memenuhi undangan Sunny ke Negeri Paman Sam saat itu. Dia baru bisa hengkang pada tahun 2010.

Ahok kemudian bercerita kepada Sunny bahwa dirinya mencalonkan diri menjadi Wakil Gubernur DKI dan tertarik melihat Ahok berkunjung ke desa-desa. Kemudian Sunny sedang menulis tesis tentang gaya politik Ahok.

Ahok menduga Sunny disebut staf khusus karena sering terlihat di tempat kerjanya.

Namun Ahok membantah seluruh kebijakan yang diambilnya merupakan pengaruh Sunny.

“Sekarang aku bertanya, ya TIDAK Siapa yang dapat mempengaruhi kebijakan saya? Saya sudah di sini, di sana, selama empat tahun TIDAK Apakah kebijakan saya berpihak pada pengusaha?” tanyanya.

Ahok mengatakan, KPK sempat memblokir terakhir kali dirinya berkomunikasi dengan Sunny, saat mendengar namanya di televisi. Saat itu Ahok mengirimkan pesan singkat namun Sunny tidak membalasnya. – dengan laporan ANTARA/Rappler.com

BACA JUGA:

Result HK