• November 27, 2024
Kritik dan Harapan Jokowi kepada Pers di Indonesia

Kritik dan Harapan Jokowi kepada Pers di Indonesia

Media tidak boleh selalu memberitakan hal-hal negatif, media harus mampu membangun ‘trust’ agar investasi masuk ke dalam negeri

JAKARTA, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” menghadiri peringatan Hari Pers Nasional di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada Selasa, 9 Februari.

Jokowi dalam pidatonya menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia beruntung hidup di era kebebasan pers yang setiap hari dibanjiri informasi, disuguhi opini, disuguhi data dan beragam informasi.

“Semua orang bisa melihat sendiri betapa mudahnya berita dan informasi. Terkadang status media sosial juga bisa menjadi berita. Informasi yang ada di tengah-tengah kita ada yang pahit, seperti obat herbal, ada pula yang bisa berupa vitamin penyehat. Tapi bisa juga hanya sekedar informasi yang terkadang mengganggu akal sehat kita, kata Jokowi dikutip dari situs resmi Sekretariat Kabinet.

Ia juga berharap media bisa membangun optimisme masyarakat, bukan menimbulkan kekhawatiran masyarakat.

“Bukan sebaliknya. Terkadang media justru mempengaruhi kita untuk menjadi pesimis. Ada pesimisme dan banyak orang yang terjebak dalam berita-berita sensasional, ujarnya.

Dia mencontohkan, ada kabar yang menyebutkan Indonesia diprediksi akan hancur, atau semua orang pesimis target pertumbuhan ekonomi akan tercapai. Ada pula judul-judul bombastis seperti, pemerintah gagal atau aksi teroris tidak akan pernah berakhir.

“’Kabut tak bisa teratasi, Riau terancam kemerdekaan’. Ada kabar yang lebih mengerikan lagi: ‘Indonesia akan bangkrut. Hancur. Rupiah akan tembus 15.000, Jokowi-JK akan tumbang, tumbang,’’ kata Jokowi. .

Jika headline negatif seperti ini sering muncul, Jokowi khawatir yang muncul di masyarakat adalah pesimisme.

Harus mampu membangun kepercayaan masyarakat

Jokowi juga mengkritisi stasiun televisi yang jarang menayangkan lagu-lagu nasional, seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri, Garuda Pancasila, dll. Mereka hanya tampil setelah jam 12, bukan sekitar jam sibuk.

“Saya hanya membayangkan. Setiap jam ada lagu nasional, lagu kebangsaan kita, lagu Indonesia Raya terus muncul. Satu jam lagi Ke Negara Andasatu jam lagi Garuda Pancasila. Sangat bagus. “Agar anak-anak kita dari Sabang sampai Merauke hafal lagu-lagu nasional kita,” ujarnya.

Diakuinya, stasiun TV mengandalkan rating. “Tetapi sebagian kecil dari waktu itu harus diberikan pada hal-hal yang saya katakan tadi,” ujarnya.

Menurutnya persaingan antar negara di era persaingan global ini sangat ketat. Dan yang diperlukan adalah membangun kepercayaan yang dimulai dari dalam negeri. Jika tidak, investasi tidak akan masuk.

“Nanti muncul, mengalir kalau ada kepercayaan diri Tidak ada yang lain. Kalau tidak ada kepercayaan, jangan harap uang masuk, jangan harap investasi masuk. Jangan berharap ada capital inflow, kata Jokowi seraya mengatakan kepercayaan masyarakat dibangun melalui media.

Jangan abaikan kode etik demi kecepatan

Selain itu, Jokowi juga menyoroti kecepatan pemberitaan, khususnya di media siber. Ia menyayangkan media mengabaikan kode etik jurnalistik demi kecepatan.

“Berita itu merupakan campuran fakta dan opini. Dan terkadang menilai seseorang menurut saya sangat berbahaya, kata Jokowi.

Menurutnya, dulu ada tekanan dari pemerintah terhadap pers, namun kini justru sebaliknya. Perslah yang memberikan tekanan pada pemerintah.

“Dulu hal ini akan ditekan. Pemerintahan langsung yang keluar itu bagus. Kini perslah yang memberikan tekanan pada pemerintah. Tapi siapa yang menekan pers? Siapa yang mendorong media? “Menurut saya, industri pers itu sendiri karena persaingan,” ujarnya.

Menurut Jokowi, tekanan dari lingkungan sendirilah yang harus dihindari demi membangun kepercayaan masyarakat. —Rappler.com

BACA JUGA:

Data Sydney