• November 23, 2024
Kronologis pembubaran demonstrasi di depan Istana Negara

Kronologis pembubaran demonstrasi di depan Istana Negara

Dalam aksi anarkis tersebut, sebanyak 100 personel keamanan dirawat di rumah sakit dan 3 kendaraan polisi dibakar.

JAKARTA, Indonesia – Aksi damai Bela Islam yang digelar berbagai ormas dan unsur agama berakhir ricuh pada Jumat malam, 4 November. Padahal, saat digelar mulai pukul 13.30 WIB, aksi berlangsung damai dan tertib.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengakui, kerusuhan yang terjadi di depan Istana Negara disebabkan oleh sekelompok orang yang terus-menerus melontarkan provokasi.

“Jadi, ada sekelompok orang yang niatnya bukan untuk berdemonstrasi, tapi justru ingin menyerang petugas. “Mereka merusak sekat keamanan dan ingin mendekat ke Istana, padahal itu tidak dibenarkan,” kata Boy saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, Sabtu, 5 November.

Dalam kesempatan tersebut, Boy juga menjelaskan kronologis aksi unjuk rasa yang mencakup tuntutan segera dilakukan proses hukum terhadap Gubernur nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama:

10.00 WIB – warga berkumpul di depan Masjid Istiqlal. Sementara itu, pengunjuk rasa yang datang dari kawasan itu sudah tiba di sana sehari sebelumnya.

“Mereka berbondong-bondong menunaikan salat Jumat di Masjid Istiqlal,” kata Boy.

Polisi, kata Boy, mengingatkan agar aksi unjuk rasa dilakukan secara damai, menjunjung hukum, dan menjaga ketertiban. Jangan melakukan hal-hal yang dapat merusak persatuan dan kesatuan.

Begitu massa tiba di Jalan Medan Merdeka Barat tepat di depan Istana, proses perundingan, kata Boy, sudah dimulai. Massa menunjuk tiga orang pendeta sebagai wakilnya. Dua di antaranya adalah Bachtiar Nasir dan Zaitun Rasmin.

“Dilakukan pertemuan antara ketiga ulama dan berbagai pejabat. Tampaknya ada keinginan dari massa aksi untuk bertemu dengan Presiden, namun beliau ada agenda mengunjungi pembangunan di bandara, kata Boy.

17.00 WIB – Sejumlah perwakilan ulama diterima Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden. Ada beberapa pejabat seperti Menko Polhukam, Panglima TNI, Kapolri, Sekretaris Kabinet, dan Sekretaris Negara yang mendampingi.

“Saat kami bertemu, ada ekspresi aspirasi yang jelas. Dalam pertemuan itu Kapolri menjelaskan, proses penyidikan kasus dugaan penodaan agama akan dilakukan secara transparan dan cepat dalam waktu 2 minggu, ujarnya.

Artinya, kata Boy, dalam waktu 2 minggu polisi akan memanggil saksi-saksi yang berasal dari berbagai unsur, antara lain Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq, pakar bahasa dan hukum pidana. Selain itu, mereka juga akan menggelar gelar perkara.

18:05 WIB – proses penyampaian rapat dijalankan. Namun massa belum juga bubar setelah pukul 18.00.

“Protes tetap merupakan tindakan yang diatur undang-undang, tidak bisa dilakukan secara bebas dan tanpa aturan,” kata Boy.

Akhirnya dari situlah mulai terjadi provokasi yang terus menerus disampaikan. Bentuk provokasi yang dilakukan berupa pelemparan batu dan botol serta penggunaan bambu runcing.

Boy mengaku kaget karena ada pengumuman dari Polda Metro Jaya dan imbauan dari Mabes Polri untuk tidak membawa barang-barang yang membahayakan keselamatan masyarakat.

19.30 WIB – Karena massa tak kunjung bubar, polisi mulai menembakkan gas air mata. Boy menjelaskan, suara tembakan gas air mata seperti tembakan senjata biasa.

“Tetany, ini karena dampak dari gas air mata. Jadi tidak ada penggunaan senjata api, ujarnya.

Melihat hal tersebut, massa berusaha melarikan diri. Namun, seluruh partai juga menolak. Berdasarkan data polisi, ada 3 kendaraan yang terbakar dalam aksi anarkis tersebut. Sebanyak 20 kendaraan lainnya mengalami kerusakan, 18 di antaranya akibat lemparan batu.

Selain itu, ada 160 pengunjuk rasa yang dirawat di RS Budi Kemuliaan karena tidak tahan terhadap gas air mata. Sebanyak 100 petugas polisi dirawat karena luka-luka.

Dari aksi tersebut, polisi kini tengah menyelidiki 10 orang lagi yang diduga menjadi dalang aksi anarkis tadi malam. – Rappler.com