Lebih dari 500 ribu orang menderita ISPA akibat merokok
- keren989
- 0
Banyak warga yang mengaku malas menggunakan masker di area merokok. Ada juga yang tidak mendapatkan masker gratis
PALANKARAYA, Indonesia – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mencapai 529.527 orang hingga hari ini, Jumat, 30 Oktober.
Penderita ISPA terbanyak tinggal di Jambi. Dengan rincian sebagai berikut:
- Jambi, 129.229 penderita ISPA
- Sumatera Selatan 115.484
- Kalimantan Selatan 98.029
- Riau 79888 (pneumonia 1.276, asma 3.647)
- Kalimantan Tengah 60.225
- Kalimantan Barat 46.672
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Data diambil pada bulan Juli hingga Oktober tahun ini, bukan sejak bulan Januari.
Karena kami hanya memantau tiga bulan terakhir, saat tanah mulai terbakar, kata Sutopo.
Secara total, kata Sutopo, jumlah penderita ISPA mencapai 500.000 sejak pekan lalu. Banyaknya jumlah penderita ISPA tidak dapat dihindari karena tebalnya asap di lokasi bencana.
Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, penderita ISPA juga terus datang ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan.
Kepala Humas RSUD Doris Sylvanus Dokter Theodorus Saptaatmadja mencatat, sejak Januari hingga 29 Oktober, sebanyak 75 orang dirawat di rumah sakit akibat ISPA.
Sementara itu, 483 orang menjalani rawat jalan, kata Theodorus kepada Rappler.
Menurut dia, angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2014, pasien rawat inap sebanyak 107 orang dan pasien rawat jalan sebanyak 201 orang.
Masker langka atau malas memakainya?
Dari temuan Rappler di Palangkaraya, sebagian warga mengaku tidak memakai masker. Diungkapkan Aan (18 tahun), pedagang makanan di Kota Palangkaraya ini mengaku tidak memakai masker karena merasa udara lebih baik setelah diguyur hujan selama 3 hari berturut-turut.
Apakah ada keluhan mengenai kesehatannya? “Tidak, saya sehat,” kata Aan meski mengaku belum pernah memeriksakan kesehatannya ke dokter.
Muhammad Kusasi, 50, penjual barang antik di Jalan Cilik Riwut, Palangkaraya, juga hanya tersenyum saat Rappler menanyakan soal masker.
“Hilang di rumah,” katanya. Ia tak berniat membeli masker N95 yang bisa didapatkan di apotek seharga Rp 20.000. “Uang itu untuk keperluan lain.”
Menurut Sutopo, dirinya tak heran dengan pengakuan dua warga Palangkaraya tersebut. Ia mengatakan, sebagian warga malas memakai masker. “Padahal masker yang kita kirimkan jutaan,” ujarnya.
Menurut Sutopo, setiap provinsi yang terkena bencana kabut asap mendapat alokasi 250.000 masker. Jadi jika bencana asap dikalikan dengan 6 provinsi maka jumlahnya mencapai Rp 1,2 juta.
“Ada tambahan pasokan masker sehingga jumlahnya menjadi dua juta.”
Namun tampaknya pembagian masker belum bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Joko Isbanu, salah satu penjual bakso di Jembatan Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah, mengatakan tidak ada pembagian masker di wilayahnya.
“Tidak ada (perpecahan). “Kami hanya membagikan soft mask, bukan yang bagus seperti ini,” ujarnya kepada Rappler beberapa waktu lalu.
Shelter dan rumah oksigen sepi pengunjung
Sutopo juga mengatakan, jarang sekali warga yang secara sadar mengunjungi tempat pengungsian dan mendapatkan oksigen. “Mereka adalah budayanya Timur, barat, rumah adalah yang terbaikapa lebih baik di rumah saja,” ucapnya.
Untuk menyiasatinya, BNPB telah mendirikan shelter di daerah terpencil, sehingga warga tidak perlu datang ke pusat kota.
Namun beberapa warga mengaku belum mendapat informasi mengenai rumah singgah maupun rumah oksigen. “Saya baru mengetahuinya dari media sosial,” kata Ayu (20), mahasiswi Fakultas Arsitektur Universitas Palangkaraya.
Mungkinkah pemerintah daerah kurang sosialisasi?
Berdasarkan pemberitaan Harian Kalteng Pos, pemerintah setempat baru saja meresmikan Halte Induk Kapuas pada Kamis, Kamis, 29 Oktober lalu.
Rumah singgah tersebut saat ini merawat delapan pasien, salah satunya adalah bayi.
Bupati Kapuas Ben Brahim S. Bahat mengaku bertindak cepat dalam mengobati warganya yang terserang penyakit akibat kebakaran hutan.—Rappler.com
BACA JUGA: