Leicester City vs Swansea City: Ranieri pusing tanpa Vardy
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Apa yang bisa dilakukan Leicester City tanpa pencetak gol terbanyaknya, Jamie Vardy?
Pencetak gol terbanyak Pencetak 22 gol Premier League itu tidak bisa tampil melawan Swansea City di King Power Stadium pada Minggu, 24 April karena kartu merah di pertandingan sebelumnya.
Bahkan, dia merupakan julukan pemain terbaik tim Rubah Itu. Di Liga Inggris, ia tidak pernah melewatkan bermain untuk Leicester. Selain 22 gol, Vardy juga mencetak 6 gol membantu untuk rekan-rekannya.
Apalagi laga melawan Swansea berperan penting dalam perebutan gelar juara. Tottenham Hotspur masih menghantui Leicester di peringkat kedua dengan celah lima angka.
Tanpa kemenangan, peluang Leicester meraih kemenangan untuk pertama kalinya dalam sejarah klub akan semakin tipis. Pasalnya mulai pekan depan sudah menunggu tiga klub besar: Manchester United, Everton, dan Chelsea.
STATISTIK: Leicester City tidak terkalahkan dalam delapan pertandingan @Premierliga permainan. pic.twitter.com/wT4mRJVQTy
— Kota Leicester (@LCFC) 23 April 2016
Jadi apa jadinya Leicester tanpa sang bintang?
Sebenarnya, ini bukan kali pertama Wes Morgan dan kawan-kawan bermain tanpa Vardy. Dalam beberapa laga Piala FA, pemain berusia 28 tahun itu kerap sengaja tidak dimainkan. Diantaranya saat Tottenham Hotspur ditahan imbang 2-2 dan baru melaju pada menit ke-74 saat kalah 0-2 di leg kedua.
Manajer Leicester Claudio Ranieri memfokuskan energi striker Inggris itu di Liga Premier. Hasilnya memang bisa terlihat jelas. Di papan atas sepakbola Inggris, Leicester baru kalah tiga kali.
Sebaliknya, di Piala FA, Leicester sudah gagal sejak putaran ketiga turnamen tertua di Inggris tersebut.
Ranieri sendiri mengakui hal itu kepada Vardy bintang super pasukannya. “Dia adalah kaisar,” ujarnya seperti dikutip BBC.
Meski demikian, manajer asal Italia itu juga menegaskan bahwa Leicester City bukanlah “Vardy FC”.
“Di tim kami, kaisar bukan hanya satu. Masih ada 23 kaisar yang tersisa, kata mantan pelatih Juventus dan Chelsea itu.
Tidak ada striker pengganti seperti Vardy
Ranieri harus berjuang keras mengatasi absennya mantan jebolan liga non-profesional itu. Hal ini jelas sangat rumit karena karakter Vardy tidak bisa ditandingi oleh para striker pengganti.
Shinji Okazaki jelas tidak memiliki kecepatan lari seperti Vardy. Selain selama ini pembom Jepang lebih seperti itu penyerang kedua di belakang striker utama. Selain itu, pergerakannya lebih banyak mengganggu pemain bertahan lawan.
Belum lagi kemampuan Okazaki dalam menahan bola yang jelas jauh lebih unggul dari Vardy. Dengan profil fisik yang cenderung lebih pendek, penyerang timnas Jepang itu kerap kalah adu badan dengan bek lawan.
Bagaimana dengan Leo Ulloa? Penyerang Pemain asal Argentina itu memang memiliki profil fisik yang lebih baik dibandingkan Okazaki. Namun kemampuan berlarinya tak secepat Vardy. Ulloa juga cenderung berada di belakang striker utama.
Setiap kali dipasangkan dengan Vardy, Ulloa biasanya turun ke belakang untuk membantu pertahanan. Selain itu, dia adalah tipe striker yang berbagi bola. Bukan finisher akhir. Oleh karena itu, Ulloa selalu membutuhkan pemain-pemain disekitarnya untuk berada pada posisi yang lebih baik.
Karena begitu Ulloa dijaga, dia tidak bisa kemana-mana. Berbeda dengan Vardy yang kemudian bisa mengundang pemain bertahan Lari cepat atau apakah mereka berhasil mencetak gol.
Dengan karakter permainan seperti itu, Ulloa jelas kurang cocok dimainkan sebagai penyerang tunggal. Dia butuh partner duet di lini depan. Atau sebagai striker utama, tapi bermain lebih dalam (berbaring jauh ke depan) dengan dua sayap (Riyad Mahrez dan Marc Albrighton) lebih aktif melakukan penetrasi dari kedua sisi.
Lantas manakah di antara dua penyerang yang akan dipilih Ranieri?
Leonardo Ulloa: “Itu sangat sulit dan kami harus menikmatinya. Karakter tim sangat kuat.” #LEIWHU pic.twitter.com/5SDlwWzHhB
— Liga Premier (@premierleague) 17 April 2016
Ranieri tidak menyebutkan keduanya. Baginya, absennya Vardy bukanlah soal siapa penggantinya. Namun formasi apa yang cocok dimainkan tanpa dia.
“Kami harus membuat strategi baru,” kata manajer berusia 64 tahun itu.
Tim sudah hafal pergerakan Vardy. Jika striker tersebut diganti dengan striker yang sama sekali berbeda, mereka harus mengubah gaya permainan. “Formasinya bisa berubah,” tambah Ranieri.
Satu-satunya striker yang memiliki kecepatan seperti Vardy adalah Riyad Mahrez. Tapi, posisinya sudah masuk sayap meskipun pergerakannya sering kali bebas.
Meski bukan seorang striker, namun naluri mencetak gol pemain asal Aljazair itu sangat tinggi. Dia mencetak 16 gol plus 11 assist membantu. Menempatkan Mahrez di puncak serangan akan menjadi terobosan luar biasa bagi Ranieri.
Leicester bisa kembali menggunakan skema serangan balik cepat yang biasa mereka mainkan. Namun alhasil serangan akan terfokus di tengah. Penusukan melalui sayap jarang dilakukan.
Selain itu, Mahrez akan bertemu banyak bek. Berbeda dengan di sayap kanan dimana dia hanya berperan sebagai bek sayap atau sayap.
Ranieri memuji pemain yang direkrut Leicester dari klub lapis kedua Liga Prancis itu. Ia berharap Mahrez bisa menjadi fokus di lini depan.
“Riyad adalah cahaya kami. “Saat dia datang, wah, warna Leicester langsung berubah,” ujarnya. Ranieri jelas berharap Mahrez akan semakin membawa sorotan gelar ke Stadion King Power.—Rappler.com
BACA JUGA: