• October 1, 2024
Luhut: Salah saya dimana?

Luhut: Salah saya dimana?

JAKARTA, Indonesia—Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan memasuki ruang konferensi pers di aula kementerian pada Jumat sore, 11 Desember.

Dia mengenakan kemeja putih. Tidak ada senyuman di wajahnya. Ia langsung memulai konferensi pers pada sore harinya.

Di kanan dan kirinya hadir pejabat kementerian lainnya. Mereka juga mendengarkan pernyataan Luhut tentang dugaan keterlibatannya dalam pencatutan nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam negosiasi kontrak PT Freeport Indonesia.

Ia kemudian membuka pernyataannya dengan menyebut keluarganya. “Saya mengadakan konferensi pers ini dengan jujur ​​karena ini adalah tanggung jawab saya kepada keluarga saya. Apa yang berkembang di masyarakat ini sungguh meresahkan harga diri dari keluargaku,” katanya.

Luhut memposisikan dirinya tidak hanya sebagai pejabat, tapi juga sebagai suami, ayah, dan kakek. “Saya mau jujur, awalnya saya tidak terlalu peduli dengan masalah ini, saya pikir itu adalah dinamika dalam hidup. Begitu sampai ke istri saya, anak-anak dan cucu-cucu saya, saya pikir itu saja,” ujarnya.

Siaran pers ini juga ia sampaikan kepada orang-orang yang memfitnahnya. “Di mana kesalahanku?” dia berkata.

Luhut mengatakan, kasus pencatutan nama presiden telah mengoyak bangsa Indonesia.

Di akhir pernyataannya, dia siap mempertaruhkan segalanya. “Karena saya hanya akan mengabdi pada NKRI. “Di usia saya yang sekarang, saya hanya akan setia kepada pemimpin saya yang kebetulan adalah Presiden Republik Indonesia,” ujarnya.

Berteman dengan Riza Chalid dan Setya Novanto

Dalam jumpa pers tersebut, Rappler menanyakan kedekatannya dengan pengusaha Muhammad Riza Chalid. Informasi yang dimiliki Rappler, Luhut pernah bertemu Riza saat masih menjabat Kepala Staf Kepresidenan.

Luhut rupanya tak menampik kabar tersebut. “Iya aku ketemu Riza, itu teman lamaku. “Tidak ada salahnya apa yang saya lakukan, saya berhak berteman dengan siapa pun,” ujarnya.

Selain Riza, ia juga berteman dengan Ketua DPR Setya Novanto. “Saya juga berteman dengan Saudara Novanto, dan dalam jabatannya sebagai Ketua DPR kita bersinergi, agar hubungan DPR dan pemerintah bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Luhut mengaku dilarang menghadiri pernikahan putra Setya Novanto. “Tapi ini adalah persahabatan. Saya melihat apa yang salah dengan anak saya bukan datang. “Persahabatan adalah persahabatan,” katanya.

Sebelumnya, dalam rekaman tersebut, Setya dan Riza menyebut nama Luhut. Dia menyebut Luhut “banyak membantu” menyelesaikan “masalah”.

Tapi kalau dari pengalaman kita, artinya pengalaman saya dan Pak Luhut sama presiden, rata-rata 99 persen golnya pak, kata Setya kepada Maroef dalam transkrip yang beredar di media.

(BACA: Luhut bantah menyebut nama Jokowi dalam perundingan Freeport)

Freeport pernah melamar Luhut

Dalam pertemuan dengan media siang tadi, Luhut juga mengungkapkan dirinya diperkenalkan pada April 2012 oleh Bos Freeport Jim Bob Moffett.

“Saya masih seorang pengusaha. Saya mengundangnya untuk bertemu. “Dia meminta saya bergabung dengan Freeport, lalu tidak jadi karena pemerintah Indonesia tidak setuju,” ujarnya.

Saat itu Presiden RI masih Susilo Bambang Yudhoyono bersama Menteri ESDM Jero Wacik.

Pada tahun itu jabatan direktur utama dijabat oleh Rozik B Soetjipto. Rozik menjabat sebagai Dewan Komisaris PT Freeport Indonesia sejak tahun 2000. Beliau menjabat sebagai presiden direktur hingga tahun 2013.

Rozik merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan teknik pertambangan, dan meraih gelar doktor di bidang teknik metalurgi dari Katholieke Universiteit Leuven di Belgia.

Selain itu, Rozik pernah menduduki beberapa posisi senior di Kementerian Pertambangan dan Energi selama beberapa tahun, antara lain Direktur Jenderal Pertambangan pada tahun 1998-1999 dan Menteri Negara Pekerjaan Umum pada tahun 1999-2000.

MKD: Luhut itu negarawan

Dalam sidang tersebut, awak media juga dikejutkan dengan kehadiran anggota MKD, Kahar Muzakkir, Ridwan Bae, dan Adies Kadir. Ketiganya tersenyum saat Luhut melamar.

Mengapa mereka datang ke konferensi pers sore itu? “Kami datang diundang. “Ajakan Menko Polhukam harus kita hormati,” kata Ridwan.

Mengapa tidak menunggu Senin depan saat Luhut dipanggil?

“Kami dari MKD hanya ingin mendengarkan apa yang disampaikan Menko Polhukam. Tentu saja MKD kita sedang mencari data dan informasi. “Setidaknya sebagai bahan kami,” katanya.

Mengapa ajakan tersebut tidak ditolak MKD?

“Bagaimana kita tidak mendengar, MKD memang dimaksudkan untuk mendengarkan. “Jangan menghalangi kami untuk mendengarkan, kami tidak mendengarkan secara langsung, itu jauh lebih baik dari pada di TV dan koran,” kata Ridwan dengan suara tinggi.

Menurut Ridwan, Luhut hanya ingin memperbaiki permasalahan yang membuat dunia politik Tanah Air kisruh.

“Tn. Niat Luhut baik sebagai putra bangsa. Dia tidak bermaksud membela siapa pun. Tapi dia ingin mengajak masyarakat dan mengajak berpikir objektif, ujarnya.

“Tanpa niat membela siapapun, kita butuh negarawan seperti ini. “Tujuan negara ini adalah memastikan negara tidak terus-menerus kacau tanpa didasari fakta nyata,” ujarnya.

Ia justru menuding Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Setya Novanto dengan catatan bukti yang tidak lengkap.

“Kalau tidak punya bukti, kata Pak Sudirman, sebaiknya tidak diajukan ke MKD. Yang akhirnya jadi keributan seperti ini, katanya.

Di akhir keterangannya, Ridwan memuji Luhut. “Pak Luhut patut diacungi jempol. Makanya kita berharap Luhut-Luhut berikutnya tampil apa adanya, tidak membela siapapun, berbicara jujur ​​dengan satu tujuan, negara harus tenang dengan kebenaran yang ada, ujarnya.

Luhut sendiri dijadwalkan menghadapi sidang MKD pada Senin pekan depan. “Tidak tantangan Saya, saya seorang tentara. Selama aku tidak salah, aku akan menghadapi siapa pun itu. Pasukanku sudah keluar. Saya baru saja bertemu kembali dengan tentara saya yang menghabiskan 40 tahun di Laut Timor Timur. “Saya menghadapi kematian di sana dan saya tidak takut, apalagi itu,” katanya. —Rappler.com

BACA JUGA

Toto sdy