• November 21, 2024
Luis Milla masih buta terhadap potensi pemain Indonesia

Luis Milla masih buta terhadap potensi pemain Indonesia

JAKARTA, Indonesia – Skor 1-3 dan Indonesia kalah dari Myanmar di Stadion Pakansari Selasa 21 Maret lalu, jelas tidak awal yang bagus untuk Milla. Memang sudah menjadi tradisi jika pelatih baru Indonesia kerap mengalami kekalahan di laga pertamanya.

Namun upaya yang dilakukannya, khususnya kepada pelatih Spanyol, membuat tim semakin disesatkan oleh Myanmar.

Salah satu penyebabnya adalah kesalahan Milla dalam mengubah komposisi pemain. Perubahan tersebut justru membuat permainan grup Garuda menurun. Terutama di lini tengah. Alhasil, lini belakang panik dan akhirnya melakukan kesalahan yang berujung pada gol kedua lewat penalti dan gol ketiga yang menghancurkan mentalitas Indonesia.

Pada babak pertama dan babak kedua, formasi 4-3-3 yang digunakan Milla membuahkan hasil berbeda. Mati dengan awal XI, Mochammad Dicky Indriyana dipasang di gawang sedangkan Ryuji Utomo, Bagas Adi Nugroho ditempatkan sebagai bek tengah. Putu Gede Juni Antara dan Ricky Fajrin menjadi bek sayap.

Kemudian Hanif Abdurrauf Sjahbandi, Muhammad Hargianto, dan Gian Zola dipasang di tengah. Di depan ada Febri Hariyadi di sayap kanan dan Saddil Ramdani di sayap kiri mendukung penyerang tunggal Ahmad Nur Hardianto.

Strategi ini efektif. Sebab, pembawa acara yang diperankan Hanif Sjahbandi berjalan-jalan. Dia rajin naik turun, menutupi dan membantu Ryuji yang keadaannya buruk. Sayangnya, peran Zola dan Hargianto bersama-sama belum bisa maksimal. Karena biasanya, Hagi dan Zola sama-sama menjadi playmaker dan sangat menyerang.

Alhasil, saat lawan melakukan serangan balik, transisi kerap tak maksimal karena dua dari tiga gelandangnya telat menutupi karena terlalu banyak kenaikan.

Gol Myanmar tercipta karena sang gelandang terlambat turun, sehingga para pemain Myanmar leluasa di lini depan untuk mencari ruang.

Bencana di babak kedua

Di babak kedua, Milla melakukan perubahan. Yakni menarik Hargianto dan mendatangkan Asnawi Mangkualam yang biasa bermain di posisi sayap di klubnya. Ia pun menarik Zola dan mendatangkan Evan Dimas. Kemudian Ezra Walian dipasang menggantikan Hardianto yang mengalami cedera ringan.

Perubahan ini tidak mengubah sistem 4-3-3 yang selama ini diterapkan. Namun pergantian pemain justru menunjukkan adanya kesenjangan dan kemunduran di lini tengah.

Itu terlihat saat Hanif bergerak. Dia bukan lagi seorang pembawa berita tetapi sudah agak naik. Evan dilepas dan Asnawi menggantikan Hanif di babak pertama.

Apa yang terjadi? Kacau. Evan bermain di bawah performa terbaiknya, ia sering melakukan kesalahan umpan dan penguasaan bola yang buruk. Tekel-tekel Asnawi tidak efektif. Hal serupa juga diperlihatkan oleh Ryuji yang mana jika dibandingkan dengan Hansamu Yama Pranata sangat jauh.

Lini tengah benar-benar rusak. Jangankan transisi, positioning kerap salah, dan lawan leluasa menghancurkan pertahanan grup Garuda. Idealnya jika memasukkan Asnawi, Hanif tetap menjadi jangkar, Asnawi menjadi penyeimbang atas dan bawah, serta menutupi pergerakan Evan Dimas yang merupakan pembagi bola.

Usulan mantan penyerang timnas Bambang Nurdiansyah bisa dipertimbangkan. Menurutnya, penerapan skema 4-3-3 cukup berisiko. Lebih aman memasang sistem 4-3-1-2. Potensi baik Nurhardianto dan Ezra bisa dimaksimalkan dengan dipasangkan bersama.

Kehancuran di lini tengah diperparah dengan performa lini belakang yang biasa-biasa saja. Dua gol timnas sebenarnya karena posisi Ryuji yang tidak jelas.

WaktuKemampuannya menyapu bola, menutup dan mengantisipasi pergerakan lawan sangat buruk. Apalagi Putu Gede dan Ricky Fajrin tampil lamban di sektor full-back. Padahal, semasa latihan, posisi bek sayap biasanya ditempati oleh Nazar Nurzaidin, Osvaldo Haay, atau Zalnando. Mereka masih memiliki kecepatan untuk membantu naik turun.

Bermain ofensif, penempatan Ricky Fajrin dan Putu Gede juga terlihat kurang maksimal. Keduanya jarang membantu di sisi sayap.

Di sini peran kiper dalam mengkoordinasikan lini belakang kurang berjalan baik. Gol pertama seharusnya tidak terjadi jika ia bisa mengantisipasi pergerakan lawan saat ini tatap muka dan memerintahkan bek untuk tidak terlalu banyak berdiri dan mengharapkan pemain berada di tiang jauh.‎

Meski begitu, pelatih asal Spanyol itu mengaku strateginya tidak berhasil. Ia pun melakukan evaluasi dan menyebut Bagas Adi Nugraha dan kawan-kawan hanya bermain selama 12 menit sesuai keinginannya. Sisanya tidak.

Asisten pelatih Timnas Bima Sakti itu mengaku jajaran pelatih melakukan evaluasi langsung dan mengumpulkan seluruh pemain di ruangan. Video kemudian diputar dan pemain diperlihatkan cara bermain mana yang benar dan mana yang salah.

Dari evaluasi video, sang pemain hanya bermain 12 menit sesuai keinginan Luis Milla. Kedepannya kita harus lebih baik lagi dan mengubahnya, 70 menit bermain bagus, 20 menit itu kesalahan sendiri, kata Bima usai latihan di SPH Karawaci, Kamis.

Diakui Milla pun, pergantian pemain justru menimbulkan kerugian bagi Indonesia. “Kami bermain bagus di babak pertama, karena pergantian pemain yang tidak tepat di babak kedua terjadi penurunan performa. “Itu juga karena lawan bermain bagus di babak kedua,” jelasnya.

Hal serupa diungkapkan Pelatih Myanmar Gerd Seize. “Kami cukup kesulitan pada awalnya. “Tetapi perubahan yang dilakukan Indonesia justru membantu kami,” ujarnya.–Rappler.com

unitogel