• November 24, 2024
Malaysia berhenti merekrut pekerja asing

Malaysia berhenti merekrut pekerja asing

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Tidak ada dampak pengiriman TKI ke sana. Sebagian besar pekerja migran kini memilih bekerja di Singapura, Taiwan, dan Hong Kong.

JAKARTA, Indonesia – Pemerintah Malaysia menyatakan akan menghentikan dan meninjau perekrutan tenaga kerja asing pada Jumat, 19 Februari.

Keputusan ini diambil setelah warga negara tetangga memprotes rencana pemerintah mendatangkan jutaan pekerja dari Bangladesh.

“Penangguhan ini akan berlaku sampai pemerintah puas dengan kebutuhan pekerja di sektor industri,” kata Wakil Perdana Menteri Zahid Hamidi, menurut kantor berita tersebut. Reuters.

Pemerintah Malaysia pada hari Kamis menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Bangladesh untuk menerima 1,5 juta pekerja dalam waktu tiga tahun.

Berdasarkan MoU, retribusi yang dipungut dari pekerja Bangladesh senilai RM 1,946. Namun, menurut sumber di industri Malaysia, biaya yang harus ditanggung pemerintah lebih besar dari ini.

Pemerintah Negeri Jiran memilih tetap melanjutkan penandatanganan MoU, meski saat itu sudah menjadi perdebatan.

Menurut data yang dikutip oleh stasiun berita Saluran Berita Asia, negara ini telah menjadi rumah bagi lebih dari 6 juta pekerja asing. Kebanyakan dari mereka mengisi bidang pekerja yang disebut 3D yaitu kotor, sulit, Dan berbahaya.

Tenaga kerja asing tersebut sebagian besar bekerja di sektor perkebunan, konstruksi, manufaktur, dan jasa kebersihan. Bidang pekerjaan ini umumnya dihindari oleh warga sekitar.

Pemerintah negara tetangga juga meluncurkan program pada minggu ini yang memungkinkan pemberi kerja untuk memperpanjang kontrak kerja pekerja asing yang mereka miliki, jika izin kerja mereka habis masa berlakunya. Program ini juga didorong oleh fakta bahwa antara 3-5 juta pekerja asing tidak memiliki dokumentasi yang lengkap. Mereka berasal dari Indonesia, Myanmar, Bangladesh, dan Nepal.

Pemerintah Malaysia kemudian memperjelas kebijakan tersebut karena melihat banyaknya protes yang terjadi. Mereka mengatakan mereka tidak akan merekrut semua pekerja asal Bangladesh. Tindakan juga akan diambil terhadap pekerja asing yang tidak berdokumen.

“Pekerja asing yang tidak memiliki dokumen sah atau berada di luar batas izin tetap ditahan dan dideportasi ke negara asalnya,” kata Zahid.

Bermuatan politis

Selain dianggap tidak perlu, kebijakan perekrutan tenaga kerja asing ditengarai karena kepentingan politik. Dalam tiga tahun ke depan, Malaysia akan kembali menyelenggarakan pemilihan umum. 1,5 juta TKA tersebut ditengarai dijadikan senjata untuk meningkatkan perolehan suara.

Namun rumor tersebut dibantah oleh Kementerian Dalam Negeri Malaysia. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Alwi Ibrahim menjelaskan keputusan mendatangkan lebih banyak tenaga kerja asing semata-mata karena kebutuhan industri.

“Yang mengajukan pendaftaran itu majikannya, bukan kami, mari kita jelaskan semuanya,” kata Alwi.

Hal ini tidak berdampak pada pekerja migran

Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Malaysia, Herman Prayitno, mengatakan kebijakan baru pemerintah tetangga tidak berpengaruh terhadap pengiriman TKI ke Malaysia. Selama memiliki dokumen lengkap, pekerja migran tetap bisa bekerja di negara tetangga.

Namun, Prayitno mengatakan para pekerja migran tidak lagi melihat Malaysia sebagai tempat yang menarik untuk bekerja karena mereka memilih pergi ke Hong Kong, Taiwan, dan Singapura.

“Kalau buruh migran mampu, biasanya mereka akan memilih ke Hong Kong, Taiwan, dan Singapura, karena di sana gajinya lebih mahal,” kata Herman yang dihubungi melalui telepon, Jumat malam, 19 Februari.

Kebanyakan pekerja migran baru memilih berangkat ke Malaysia, jika ketiga kota tersebut sudah penuh. Menurut Herman, hal ini juga berdampak pada TKI yang bekerja di Malaysia dengan kemampuan yang buruk.

“Bahkan, warga Malaysia merasa lebih cocok bekerja dengan warga Indonesia karena mereka memiliki bahasa yang sama dan dinilai lebih terampil,” kata Herman, yang mengatakan 80 persen pekerja migran di Malaysia bekerja di sektor perkebunan dan konstruksi.

Ia menduga kebijakan pemutusan hubungan kerja terhadap tenaga kerja asing baru akan dicabut ketika situasi perekonomian global sudah pulih. – Rappler.com

BACA JUGA:

Result HK