Manchester City vs Liverpool: Untuk kisah musim ini
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Menunggu penyelesaian terbaik City di Premier League
JAKARTA, Indonesia — Impian Pep Guardiola di musim pertamanya di Liga Inggris satu per satu terus memudar. Setelah menyatakan keluar dari perebutan gelar Liga Inggris beberapa pekan lalu, kini mereka tumbang dari AS Monaco di Liga Champions.
Situasi tersebut bisa dimaklumi karena musim ini merupakan tahun pertama bagi manajer yang baru pindah dari Bayern Munich tersebut. Namun di era industri sepak bola yang menginginkan segalanya serba instan, tanpa gelar di tahun pertama adalah hal yang memalukan. Dan aib itu akan terus menghantui rekor gemilang pelatih tersukses sepanjang sejarah Barcelona.
Apalagi kedatangannya di Etihad Stadium disambut bak raja. Pers lokal menggelar karpet merah dan memperkirakan pria Catalan itu akan mendapatkan segalanya dari rival sekota Manchester United. Faktanya, sepak bola Inggris sangat berbeda dengan Spanyol atau Jerman. Dan Pep mengakuinya.
“Sepak bola di sini jauh lebih sulit. “Saya butuh penyesuaian dan ternyata itu tidak mudah,” kata Pep kepada media Inggris beberapa bulan lalu.
Debut Pep di City tidak berjalan mulus. Tapi tidak semuanya buruk juga. Vincent Kompany dan kawan-kawan stabil di awal musim. Mereka terus menang.
Sayangnya, hal itu hanya bertahan enam minggu. Setelah itu, performa mereka sepanjang 15 pertandingan sangat buruk. Dari posisinya di puncak klasemen, mereka punya waktu menjatuhkan ke posisi kelima.
Situasi semakin buruk karena perubahan formasi Pep tidak mengubah nasib tim. Setelah mengawali musim dengan formasi 4-4-2 dan 4-1-4-1, ia terus bereksperimen dengan format 3 bek.
Pada akhirnya, mereka kembali ke format 4-1-4-1 dalam 6 laga terakhir. Dimana mereka relatif lebih stabil.
Usaha Pep akhirnya membuahkan hasil. City mulai mencapai titik stabilitas. Namun dampak buruk pertengahan musim membawa banyak konsekuensi bagi mereka.
Mereka tersingkir dari Piala Liga. Mereka juga gagal di Liga Champions. Satu-satunya harapan untuk meraih gelar kini ada di Piala FA di mana mereka mencapai semifinal melawan Arsenal.
Lalu bagaimana dengan Liga Premier?
Pencarian gelar hampir mustahil bagi City. Selisih poin mereka terbentang sejauh 13 poin. Memang masih ada 11 pertandingan tersisa yang harus dikejar klub taipan Qatar itu Biru.
Soalnya Chelsea hanya butuh 21 poin lagi atau hanya 7 kemenangan saja untuk meraih gelar juara. Dan mungkin terlalu dini jika rival terdekatnya seperti Tottenham Hotspur dan City terus kehilangan poin.
Oleh karena itu, hal paling realistis bagi City – terutama Pep – adalah menyelamatkan mukanya sendiri. Mereka harus menutup narasi Premier League 2016-2017 dengan predikat penantang terbaik Chelsea. Bukan tim yang bolak-balik antara posisi 2 dan 5.
Setidaknya bisa menyelamatkan reputasi Pep. Serta menjaga kesehatan mental anak asuhnya. Terutama mereka yang akan bertahan lama di tim. Untuk musim-musim mendatang.
Sebab, sudah bukan rahasia lagi kalau Pep sudah menyiapkan acara “izin gudang”. Dia akan mendepak pemain yang tidak bisa menampilkan cita-cita sepak bolanya. Dan itu banyak. Bursa transfer musim depan menjadi arena Pep untuk menentukan pasukan mana yang benar-benar berada di bawah kendalinya.
Namun, Pep membantah informasi tersebut. Dia menolak saran bahwa dia akan melakukan upaya pembersihan di City. “Mereka punya kontrak yang harus dipenuhi. “Saya tidak mungkin melakukan itu,” ujarnya seperti dikutip BBC.
Meski demikian, Pep mengakui ada sejumlah pemain di skuadnya yang kontraknya sudah habis. Beberapa di antaranya akan tetap bersamanya musim depan. “Musim depan akan lebih baik,” katanya.
Situasi yang dialami Pep jelas berbeda dibandingkan Juergen Klopp. Sama seperti Pep, manajer Liverpool mengawali musim dengan gemilang. Sayangnya, badai pertengahan musim tak kunjung usai. Liverpool masih melalui fase roller coaster. Naik dan turun.
Mereka tangguh melawan tim besar tetapi kalah melawan tim kecil. Faktanya, ada idiom di antara mereka sendiri. Liverpool adalah tim yang merampas poin tim elit dan membaginya dengan tim kecil. Seperti Robin Hood.
Namun, tampaknya Robin Hood dari Mainz, Jerman akan kesulitan merebut Pep darinya. Sebab, mereka kini jauh lebih stabil dibandingkan pemain dari kota pelabuhan.—Rappler.com