Media membantu membentuk demokrasi yang lebih dinamis
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jokowi menilai media di Indonesia sangat terbuka dan antusias terhadap dunia.
JAKARTA, Indonesia – “Selamat datang di Indonesia, rumah bagi jurnalisme paling terbuka dan dinamis di dunia.” Demikian kalimat pertama yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang berakhirnya peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia (WPFD) tahun 2017 pada Rabu malam, 3 Mei, di Jakarta.
Meski pernyataan ini masih bisa diperdebatkan, karena pada kenyataannya masih banyak jurnalis yang bekerja dalam situasi intimidasi dan ancaman, namun pemerintah berhutang budi kepada para anggota pers kepada Jokowi. Ia mengatakan, ketika negara-negara di kawasan Asia Tenggara mengalami krisis finansial pada tahun 1997, kondisi perekonomian Indonesia saat itu minus 15 persen dalam satu tahun.
“Masyarakat Indonesia bingung dengan masa depan yang tidak pasti. Namun, dari krisis ini muncul hal-hal yang menjadikan masyarakat Indonesia kuat dan dinamis, kata mantan Gubernur DKI itu.
Namun perlahan Indonesia mulai bangkit. Jokowi mengklaim pertumbuhan Indonesia tumbuh sekitar 300 persen sejak dilanda krisis pada tahun 1997.
Sejak 20 tahun lalu, Indonesia telah mengalami empat kali pergantian kepemimpinan. Semuanya bisa dilakukan secara damai dan tanpa konflik berarti. Bahkan, menurut Jokowi, layanan global menobatkan Indonesia sebagai salah satu masyarakat paling optimis di dunia.
Saya ingin sampaikan kepada saudara-saudara pers nasional dan media internasional, kita tidak bisa melakukan ini tanpa partisipasi saudara-saudara sekalian, kata Jokowi.
Selain itu, media juga berperan penting dalam mendukung akuntabilitas pemerintah. Mereka membantu memerangi korupsi dan menghibur masyarakat.
“Anda, media, adalah teman kami yang telah membantu menjadikan demokrasi lebih dinamis,” ujarnya.
Namun jurnalisme saat ini menghadapi tantangan terbesar, yaitu perlawanan terhadap berita palsu dan ujaran kebencian. Tantangan ini tidak hanya dihadapi di Indonesia, namun juga di seluruh dunia.
“Banyak pengamat mengatakan bahwa dunia akan berakhir. “Tapi aku sudah bilang pada mereka bahwa kamu terlalu muda untuk mengingatnya,” katanya.
Jokowi mengatakan pemerintahnya akan membatalkan deklarasi tersebut. Faktanya, dia telah melakukannya sebelumnya dan membuktikan bahwa dia mampu melakukannya.
“Dan kita bisa melakukannya lagi,” katanya sambil mengucapkan selamat kepada penerima Hadiah Kebebasan Pers Dunia Guillermo Cano 2017, Dawit Isaak.
Panel juri independen yang terdiri dari beberapa jurnalis internasional sepakat untuk menjadikan jurnalis kelahiran Swedia-Eritrea itu sebagai pemenang karena keberanian dan komitmennya dalam menyampaikan ekspresinya. Saat ini, Isaak mendekam di penjara di Eritrea tanpa melalui proses peradilan.
Dia diduga ditahan di Eritrea sejak tahun 2005 karena menuntut reformasi demokrasi di negara tersebut.
“Inilah makna sebenarnya dari warisan Guillermo Cano dan pesan yang kini ingin kami sampaikan dengan memutuskan untuk menonjolkan karya Dawit Isaak,” kata Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova pada Rabu malam, 3 Mei, di Jakarta. – Rappler.com