Media sosial di Indonesia sungguh kejam
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Jokowi mengatakan masyarakat Indonesia mudah tertipu dengan berita bohong
BANDUNG, Indonesia – Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyampaikan pidato ilmiah pada acara Dies Natalis ke-60 Universitas Padjadjaran pada Senin, 11 September. Dalam pidatonya, Jokowi mengungkapkan sulitnya para pemimpin dunia dalam mengontrol informasi yang berkembang di media sosial. Kesimpulan tersebut ia peroleh setelah mendengar cerita berbagai pemimpin dunia, mulai dari Perdana Menteri Singapura, Malaysia, bahkan Presiden Iran.
“Temui Presiden, Raja, Perdana Menteri, semuanya (bertanya) kepada Presiden Jokowi, media sosial di Indonesia kejam atau tidak? Wah, kalau Indonesia kejam banget, saya jawab, kata Jokowi di Grha Sanusi Hardjadinata.
Apa yang dihadapi Indonesia, kata mantan Gubernur DKI ini, juga dihadapi oleh beberapa negara. Mereka mengeluh tidak bisa mengontrol media sosial. Faktanya, negara-negara ini bisa mengendalikan media arus utama.
“Media arus utama bisa dikendalikan tapi media sosial tidak bisa. Jika dia punya platformnya sendiri, mungkin dia bisa. “Tetapi hampir semua negara tidak bisa mengendalikannya, semua orang memberitahu saya,” katanya.
Selain memberikan dampak positif, Jokowi menyebut media sosial juga memberikan dampak negatif. Di satu sisi, teknologi informasi memberikan banyak informasi kepada masyarakat. Namun di sisi lain, masyarakat tidak sempat memikirkan secara mendalam kebenaran informasi yang muncul di berbagai media sosial.
Menurut Jokowi, hal-hal buruk tersebut harus diantisipasi. Sebab, berita bohong bisa memecah belah masyarakat. Contoh nyata terjadi dalam hubungan diplomatik Saudi dengan Qatar. Saudi memutus hubungan diplomatik dan mengisolasi Qatar atas laporan yang menurut Qatar adalah hoax.
“Dampaknya sosial dan budaya. Orang mudah emosi, mudah bersemangat. Masyarakat mudah tertipu dengan berita palsu, berita palsu. Oleh karena itu saya meminta perguruan tinggi sebagai garda depan untuk turut serta bersama pemerintah dalam prospek hal-hal terkait hal ini, ujarnya.
Menjawab tantangan tersebut, Rektor UNPAD Tri Hanggono menyatakan pihaknya siap ikut serta dalam pemberantasan hoaks. Strategi yang diterapkan, jelas Tri, dimulai dari hulu hingga hilir.
Di hulu, UNPAD membangun upaya literasi dan pendidikan di masyarakat. Kedepannya UNPAD juga akan membuka program studi di bidang media sosial.
“Kalau bicara media sosial, kita tidak hanya bicara teknologinya, tapi substansinya. Fakultas Ilmu Komunikasi kini lebih berkembang, tidak hanya pada hakikatnya saja, namun juga harus mengikuti perkembangan yang ada. “Ini yang akan dibuka tahun ajaran ini, sedang dibahas, kita mulai dari sana,” kata Tri. – Rappler.com