• November 30, 2024
Mendag Enggar optimistis kinerja ekspor pada 2017 akan meningkat

Mendag Enggar optimistis kinerja ekspor pada 2017 akan meningkat

JAKARTA, Indonesia – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengumumkan Ekspor nonmigas pada semester I tahun 2017 tumbuh sebesar 13,7%, membawa sinyal positif bagi pertumbuhan ekspor tahun 2017. Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Juni 2017 menunjukkan surplus perdagangan sebesar US$7,6 miliar, hampir dua kali lipat surplus periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan ekspor selama semester I tahun 2017 ditopang oleh penguatan ekspor nonmigas sebesar 13,7% menjadi US$72,3 miliar dan peningkatan ekspor migas sebesar 17,0% menjadi US$ 7,6 miliar,” kata Enggar dalam keterangan tertulis yang diterima Rappler, Jumat, 21 Juli.

Enggar Dulunya dikenal sebagai pengusaha real estate, optimistis meski ekspor Juni turun 18,8% dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month, MoM), namun kinerja sepanjang semester I 2017 memperkuat keyakinan bahwa surplus perdagangan bisa dapat dicapai sesuai target.

“Penurunan ekspor selama Juni 2017 diperkirakan disebabkan oleh tertundanya pengiriman barang ekspor seiring berkurangnya aktivitas bongkar muat di pelabuhan saat bulan puasa dan hari raya Idul Fitri,” kata Enggar. (SAKSIKAN ITU: Daya beli saat Ramadhan dan Lebaran 2017 sedang turun)

Penurunan terbesar terjadi pada ekspor nonmigas sebesar 20,7% menjadi US$10,3 miliar. Sementara ekspor migas hanya turun 0,4% menjadi US$1,3 miliar. Enggar optimistis, meski terjadi penurunan di bulan Juni, namun total ekspor Januari-Juni 2017 akan meningkat 14,0% menjadi US$79,9 miliar.

Di sektor nonmigas, ekspor ke berbagai negara mitra dagang menunjukkan kinerja yang membaik selama semester I tahun 2017. Ekspor nonmigas ke India, Tiongkok, dan Belanda meningkat signifikan selama semester I 2017 dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 54,8%, 49,7% dan 36,2% (YoY).

Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, produk dengan nilai ekspor tinggi antara lain besi dan baja (75,4%), karet dan barang dari karet (52,3%), lemak dan minyak hewan/nabati (45,1%), bahan kimia organik (42, 4). %) pada , aneka produk kimia (23,1%), dan kendaraan bermotor beserta bagiannya (15,4%).

Kelebihan US$ 1,6 miliar

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2017 terus mencatat surplus bulanan mulai Januari 2016. Surplus Juni 2017 sebesar US$ 1,6 miliar, terdiri dari surplus nonmigas sebesar US$ 1,9 miliar dan defisit migas sebesar US$ 0,3 miliar. Surplus ini tercatat lebih baik dibandingkan surplus bulan lalu yang hanya sebesar US$ 578,3 juta dan lebih baik dibandingkan surplus Juni 2016 yang hanya sebesar US$ 1,1 miliar.

Enggar mengungkapkan, beberapa negara mitra dagang Indonesia tercatat menyumbang surplus dan defisit terbesar pada neraca nonmigas. India, Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Pakistan menyumbang surplus nonmigas terbesar sepanjang semester I 2017, yaitu mencapai US$14,9 miliar. Negara-negara yang mengalami defisit nonmigas terbesar adalah Tiongkok, Thailand, Australia, Korea Selatan, dan Argentina, yaitu sebesar US$11,0 miliar.

Impor bulan Juni turun

Data Kementerian Perdagangan juga menunjukkan impor mencapai US$ 10,0 miliar pada Juni 2017 atau lebih rendah 27,3% dibandingkan Mei 2017 (MoM). Pelemahan impor disebabkan oleh penurunan impor migas sebesar 9,8% (MoM) menjadi US$1,6 miliar, dan impor nonmigas turun 29,9% (MoM) menjadi US$8,4 miliar.

Berdasarkan klasifikasi penggunaan barang, penurunan impor (MoM) disebabkan oleh penurunan impor bahan baku sebesar 29,3%, barang modal sebesar 25,8%, dan barang konsumsi sebesar 12,8%. Secara kumulatif, impor semester I 2017 mencapai US$72,3 miliar atau meningkat 9,6% (YoY).

Peningkatan nilai impor selama semester I tahun 2017 didorong oleh peningkatan impor seluruh jenis barang. Impor bahan baku/bahan penolong meningkat 11,3%, impor barang modal meningkat 2,1%, dan barang konsumsi meningkat 9,5%.

“Meningkatnya impor bahan baku/bahan penolong dan barang modal memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan industri dalam negerikata Enggar.

Meningkatnya impor bahan baku dan aksesoris membuat pangsa kelompok barang ini semakin dominan yaitu sebesar 75,5% dari total impor selama semester I tahun 2017. Bahan baku dan aksesoris yang impornya meningkat signifikan selama semester I tahun 2017, antara lain aluminium (30,0%), gula dan kembang gula (28,0%), biji-bijian berminyak (25,4%), baja (19,8%) dan bahan kimia organik (17,3%).

Sedangkan barang modal yang impornya meningkat signifikan antara lain kapal dan bangunan terapung (126,2%), kendaraan bermotor dan bagiannya (16,4%), serta mesin/pesawat listrik (8,2%). Sementara itu, barang konsumsi yang impornya meningkat signifikan antara lain jam, jam tangan dan bagiannya (48,4%); dan sayuran (45,4%). – Rappler.com

Data SDY