• August 23, 2025
Mendobrak keterbatasan, penyandang tunanetra di Surabaya belajar bisnis online

Mendobrak keterbatasan, penyandang tunanetra di Surabaya belajar bisnis online

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteks, selalu merujuk ke artikel lengkap.

Bisnis online cocok untuk tuna netra dan peluangnya cukup menjanjikan. Sayangnya, software tersebut masih mahal.

SURABAYA, Indonesia – Keenam orang itu sedang duduk di depan laptopnya. Meskipun terkadang mata mereka tidak sambil menatap layar laptop, mereka serius mendengarkan suara yang berasal dari laptop melalui headphone atau dengan meningkatkan volume speaker.

Dari laptopnya, masing-masing mengeluarkan suara seperti orang sedang membaca dengan langkah cepat. Aksennya juga lebih mirip bahasa Inggris. Namun, mereka tidak terlalu kesulitan untuk mengikuti suara tersebut.

Keenam orang tersebut merupakan penyandang tunanetra yang sedang menjalani pelatihan bisnis online di Politeknik Listrik Negeri Surabaya (PENS). Dengan bantuan perangkat lunak pembaca layar bernama Jaws, mereka belajar berbisnis online.

Software Jaws memandu mereka untuk menjalankan laptop dengan mengeluarkan suara dari semua tulisan di layar laptop.

Namun jangan dikira orang buta yang berjualan online itu seperti berjualan barang secara online. Para penyandang tunanetra mencoba bidang yang belum banyak dijamah masyarakat Indonesia, yaitu penjualan tulisan dan artikel. Mereka kemudian akan menjual tulisan-tulisan tersebut di banyak forum, salah satunya iklan.id

“Peluangnya masih sangat terbuka. Potensi pendapatannya cukup besar, tergantung keaktifan peserta dalam membuat dan memperbarui postingan,” kata Aliv Faizal, pengajar PENS, Rabu, 27 April.

Aliv mengatakan, biasanya tulisan-tulisan tersebut akan dibeli oleh para blogger untuk ditampilkan di blog atau websitenya. Karena keterbatasan waktu, para blogger ini biasanya memesan tulisan dari pihak lain untuk mengupdate blog atau websitenya. Tujuannya agar blogger tetap bisa mendapatkan komisi dari iklan melalui Google (AdSense). Karena hanya blog dan website yang selalu update saja yang tetap mendapatkan AdSense.

“Yang cacat hanya matanya saja. Namun otak dan tangan untuk membuat artikel atau tulisan masih normal. Jadi apa salahnya mereka diberdayakan oleh bisnis online dengan berjualan tulisan,” kata Aliv.

Senada dengan Aliv, Sugi Hermanto, Ketua Lembaga Pemberdayaan Tunanetra, mengatakan bisnis online seperti ini patut dicoba bagi para tunanetra. Tujuannya agar mereka tidak terjebak pada tiga pekerjaan yang selama ini identik dengan tunanetra, yaitu tukang pijat, musisi, dan guru.

“Juga, teknologi informasi menjadi begitu terbuka bagi penyandang tuna netra melalui program Jaws,” ujarnya.

Pekerjaan menjadi penulis dinilai cocok bagi penyandang tunanetra karena tidak memerlukan mobilitas tinggi dan dapat dilakukan di rumah. Sayangnya, meskipun ini merupakan peluang, tidak semua orang mempunyai akses terhadapnya. Alasannya masih terkendala oleh mahalnya harga software Jaws.

“Harga software aslinya saja bisa Rp. 25 juta tercapai. Hal inilah yang masih membuat penyandang tuna netra kesulitan belajar komputer,” kata Sugi yang tengah berjuang penglihatan yang buruk sejak usia satu tahun karena kejang.

Perhatian pemerintah terhadap tuna netra dinilai kurang. Jangan memberikan bantuan perangkat lunak untuk tunanetra. Data pasti tentang berapa banyak orang buta saat ini tidak tersedia. Dalam formulir sensus penduduk sebenarnya ada pertanyaan tentang kecacatan, tetapi petugas sensus tidak pernah menanyakannya.

“Tidak heran jika kita tidak pernah diperhatikan dalam hal pemenuhan fasilitas umum, karena dianggap tidak ada,” ujarnya. – Rappler.com

pengeluaran hk hari ini