• April 21, 2025

Mengapa masyarakat Jakarta harus peduli dengan tata kota

Sebagian besar permasalahan di Jakarta berasal dari penataan ruang yang tidak tepat.

JAKARTA, Indonesia – Pada debat publik antara dua calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada Jumat, 27 Januari, salah satu topik yang akan dibahas adalah kebijakan penataan ruang.

Pada segmen ini, ketiga pasangan calon akan memaparkan rencana pengembangan ibu kota selama 5 tahun kepemimpinannya.

Elisa Sutanudjaja, Direktur RUJAK Center, mengungkapkan pentingnya topik ini bagi masyarakat Jakarta.

“Permasalahan (di Jakarta) kebanyakan karena tata ruang,” kata Elisa kepada Rappler, Kamis, 26 Januari.

Beberapa contoh yang disebutkannya adalah banjir dan kemacetan lalu lintas. Jika pembangunan di Jakarta mengikuti tata ruang yang baik dan benar, seharusnya kedua permasalahan tersebut sudah dapat diatasi sejak lama.

Elisa mencontohkan pembangunan rumah di ibu kota yang sebagian besar masyarakatnya memiliki rumah sebesar tanah yang dimilikinya. “Ada aturan wajibnya menyisakan ukuran tertentu sebagai tanah hijau, untuk resapan air,” ujarnya.

Masih soal perumahan, Elisa mengatakan harga tanah juga terus melonjak. Tren ini mengancam terhambatnya masyarakat berpendapatan rendah dan menengah untuk mendapatkan perumahan yang terjangkau di kota.

“Peningkatan tinggi dan kepadatan bangunan bisa saja terjadi, namun tidak berdampak pada masyarakat menengah ke bawah,” ujarnya.

Masalah perencanaan

Elisa melihat sejumlah permasalahan dalam perencanaan dan pengorganisasian di Jakarta. Pertama, tidak adanya keterlibatan masyarakat ketika pemerintah membuat rencana.

“Kalau mau membuat desain yang bagus harus melibatkan masyarakat yang terdampak,” kata Elisa.

Namun ketika RUJAK melakukan survei pada tahun 2010, 89% responden mengaku tidak mengetahui atau terlibat dalam proses perencanaan.

Ia juga mengkritik kemampuan analitis pemerintah mengenai situasi terkini di kota tersebut. Dalam penataan ruang selalu mengasumsikan jumlah penduduk yang sangat besar. Faktanya, sebagian besar cenderung bepergian.

Elisa menambahkan, sensus penduduk di Jakarta juga tidak menunjukkan adanya pertumbuhan penduduk. “Anak muda tidak mampu tinggal di Jakarta, sehingga memilih mudik,” ujarnya.

Penduduk komuter Masyarakat tersebut tinggal di daerah pinggiran kota Jakarta seperti Tangerang yang jalur menuju Jakarta terhubung dengan jalan tol. Namun akses transportasi masih terbatas.

“Makanya setiap hari terjadi kemacetan,” ujarnya.

Menurut Elisa, penting untuk membuat perencanaan tata ruang dan transportasi secara terpadu. Dengan begitu, angkutan umum menuju kota juga bisa lebih beragam sehingga tidak bergantung pada kendaraan pribadi.

Bebannya tidak hanya ditanggung pemerintah, kesadaran masyarakat juga harus ditingkatkan. Kebanyakan masyarakat mengaku belum mengetahui peraturan zonasi, bahkan di wilayahnya sendiri. Sebagian besar tidak bisa menjawab apakah rumahnya berada di zona yang tepat, sehingga jika akan digusur, mereka mungkin akan terkejut dan tidak mengetahui alasannya.

Momen pemilihan gubernur, kata dia, merupakan momen yang tepat untuk membenahi segalanya. Siapa pun yang terpilih semoga membawa perubahan.

“Analisis bagus, data bagus, teori, konsep dan paradigma terkini semua tersedia,” ujarnya.

Selain itu, teknologi dapat membantu membuat proses yang sedang berlangsung menjadi lebih transparan. Saat ini kita sudah mulai memasuki era berbasis data, dimana warga juga bisa mengakses dan berpartisipasi.

“Jika ada pembangunan besar-besaran yang akan dilakukan, warga perlu mewaspadainya. Harus tahu dan diperdebatkan soal itu,” tuturnya.—Rappler.com

uni togel