• November 22, 2024
Mengapa saya mencoba diet kantong plastik

Mengapa saya mencoba diet kantong plastik

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Apakah harga Rp 200 terlalu murah untuk sebuah kantong plastik?

“Mau pakai plastik, Kak?”

Seorang kasir di Ranch Market menceritakan kepada saya Selasa malam, 23 Februari, dua hari setelah pemerintah menerapkan kebijakan mengenakan biaya kantong plastik untuk setiap pembelian baik di supermarket maupun pasar tradisional.

“Tidak perlu, Kak. Terima kasih,” jawabku.

Aku lebih suka menaruh barang-barang yang kubeli di dalam tas kerja yang selalu tergantung di bahuku.

Kebijakan tersebut resmi diumumkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada yang setuju dengan penerapan kantong plastik berbayar, namun ada juga yang tidak.

Kata seorang teman, “Saya setuju saja. Toh itu juga untuk kebaikan kita kan? Lagi pula, Rp 200 juga tidak seberapa untuk satu kantong plastik.”

Teman yang lain mempunyai pendapat berbeda. Makanya Rp 200 terlalu murah untuk harga satu kantong plastik, ujarnya.

Apa artinya?

Lanjutnya, “Bayangkan. Kalau saya belanja ke supermarket dan harus bayar kantong plastik Rp 200, apakah saya akan bayar? Ya Karena Rp 200 bisa diambil dari belanjaan saya.”

“Kalau mau perubahan, sebaiknya naikkan harga kantong plastik. Rp 5.000 misalnya. Membuat orang berpikir untuk membayar kantong plastik mahal tersebut. Jika berhasil, mereka akan berhenti menggunakan kantong plastik.”

Plastik yang dibuang ke laut bisa menjadi racun bagi tubuh manusia

Perjuangan kantong plastik berbayar dimulai pada Januari 2013 oleh seorang pengacara dan aktivis lingkungan hidup, Tiza Mafira. Saat itu Tiza membuat permohonan on line #Pay4Plastic di situs change.org.

Sebulan kemudian, bersama dua temannya dan 8 organisasi yang memiliki visi serupa, ia menggagas Gerakan Diet Kantong Plastik Indonesia.

Tiza dan kawan-kawan aktivis lainnya juga melobi pengusaha dan pejabat pemerintah daerah dan kota – dari Jakarta dan Bandung – untuk membiasakan diri tidak memberikan kantong plastik gratis kepada pelanggan.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, kini tidak hanya pemerintah daerah saja yang melaksanakan inisiatif ini, namun juga pemerintah pusat.

Tapi kenapa kita harus melakukan diet kantong plastik?

Tahukah Anda bahwa rata-rata orang di Indonesia menggunakan 700 kantong plastik dalam satu tahun?

Ataukah 4.000 ton sampah kantong plastik dibuang setiap harinya di Indonesia?

Lalu apa dampaknya terhadap kita?

Plastik memang bisa dibuang, dibakar atau didaur ulang. Lihat saja, Bantar Gebang sudah menampung jutaan ton sampah di Jakarta setiap tahunnya. Namun tak sedikit juga kantong plastik yang “mengembara” ke laut.

Plastik yang dibuang ke laut bisa menjadi racun bagi tubuh manusia, Kamu tahu. Mengapa? Ya, karena kantong plastik yang dibuang ke laut dapat dengan mudah melepaskan kandungan kimia beracun – yang dapat diserap atau dimakan oleh biota laut, termasuk ikan yang Anda makan.

Sekarang Anda paham bahwa bahan kimia dalam sampah plastik bisa meracuni manusia.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

Anda bisa melakukan apa yang biasa saya lakukan, memasukkan belanjaan ke dalam tas, jika tidak ingin repot membawa tas belanjaan setiap hari.

Bagaimana dengan Anda, apakah Anda sudah memulai diet kantong plastik?

Ingin tahu lebih banyak tentang Gerakan Diet Kantong Plastik? Sebagai Facebook halamandia Dan mengikuti akun Twitter-nya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Result Sydney