• November 27, 2024
Mengenal Malahayati, Laksamana Wanita Pertama Aceh

Mengenal Malahayati, Laksamana Wanita Pertama Aceh

Malahayati memimpin 2.000 pasukan Inong Balee (janda pahlawan yang syahid) berperang melawan kapal dan benteng Belanda

BANDA ACEH, Indonesia – “Jihad masyarakat Aceh untuk keadilan dan kesewenang-wenangan adalah dambaan kita semua. Allah Maha Besar!” teriak seorang perempuan tegar dari atas kapal di perairan Selat Malaka.

Kapal terus berlayar menuju kapal berisi pasukan Belanda yang ingin mencapai daratan Kesultanan Aceh Darussalam.

“Hai kamu kaphe-kaphe, jangan pernah menyentuh tanah Nanggroe Darussalam, tanah suci ini,” tegur wanita sakti itu pada kapal perang Belanda yang semakin mendekat.

“Apakah tidak ada lagi laki-laki di Aceh Darussalam, perempuan lemah seperti anda yang ikut berperang dan ingin kami berperang?” jawab kapten kapal perang Belanda sambil mendekati armada perang Aceh.

Terjadilah pertempuran antara pasukan perang Aceh dan Belanda di perairan Selat Malaka pada tahun 1599. Belanda saat itu dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Pria itu dikenal sangat galak. Sedangkan pasukan perang Aceh yang disebut pasukan Inong Balee dipimpin oleh Laksamana Malahayati.

Perang tersebut rupanya dimenangkan oleh Laksamana Malahayati dengan pasukan Inong Balee yang dipimpinnya. Seluruh angkatan laut Kesultanan Aceh adalah perempuan.

Pada tanggal 11 September 1599, Cornelis de Houtman tewas di tangan Laksamana Malahayati. Sejumlah sisa pasukan perang Belanda berhasil ditangkap oleh pasukan Inong Balee.

Inilah penggalan kisah kegigihan perempuan asal Aceh: Laksamana Malahayati ditampilkan dalam drama kolosal saat peringatan Hari Pahlawan Nasional di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, 10 November 2017.

Laksamana Malahayati diperankan oleh seorang perempuan. Dia tampak mengenakan hijab. Drama tersebut menarik perhatian para peserta upacara.

Aksi kolosal Laksamana Malahayati terbukti mengingatkan generasi sekarang akan perjuangan sang pahlawan saat ingin mempertahankan tanah air dari penjajahan asing.

“Drama kolosal Laksamana Malahayati ini kami tayangkan agar generasi penerus yang mungkin belum suka membaca mengetahui sejarah pahlawan ini,” kata Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Moch Fachrudin kepada wartawan usai upacara. .

Menurutnya, Laksamana Malahayati adalah sosok perempuan yang feminim namun memiliki jiwa pejuang. “Dia adalah wanita seorang wanita, tetapi memiliki jiwa seorang ksatria.”

Gelar pahlawan

Laksamana Malahayati dikenal sebagai laksamana perang wanita pertama di dunia. Gelar pahlawan nasional diterimanya pada tanggal 6 November 2017 melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 115/TK/TAHUN 2017 tentang penganugerahan gelar pahlawan nasional.

Nama lahirnya adalah Keumalahayati. Nama ayahnya adalah Laksamana Mahmud Syah. Kakek dari pihak ayah adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530–1539 M.

Sedangkan Sultan Salahuddin Syah merupakan putra Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513–1530 M) yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.

Pada tahun 1585–1604, ia menjabat sebagai Kepala Pengawal Istana, Komandan Rahasia dan Komandan Protokol Pemerintahan Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.

Pada tanggal 11 September 1599, Malahayati memimpin 2.000 pasukan Inong Balee (janda pahlawan yang syahid) berperang melawan kapal dan benteng Belanda serta membunuh Cornelis de Houtman dalam pertarungan satu lawan satu di dek kapal.

Ia mendapat gelar Laksamana atas keberaniannya, sehingga ia lebih dikenal dengan sebutan Laksamana Malahayati. Saat meninggal, jenazah Malahayati dimakamkan di Bukit Krueng Raya, Lamreh, Aceh Besar.

Akan difilmkan

Meski seorang perempuan, pemimpin pasukan Inoeng Balee tak gentar melawan penjajah yang menyerbu Kesultanan Aceh pada abad ke-16. Kisah kegigihan laksamana perang wanita pertama di dunia ini rencananya akan segera difilmkan.

Usulan itu diungkapkan Panglima Kodam Iskandar Muda Mayjen TNI Moch Fachrudin saat ditemui usai upacara peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Aceh.

“Seandainya sebuah film dibuat, mungkin sejarah kegigihan Laksamana Malayati tidak akan mudah terlupakan. “Generasi sekarang mungkin sudah tidak terlalu suka membaca lagi,” kata Fachruddin.

Sulaiman Abda, Wakil Ketua Dewan Rakyat Aceh (DPRA), mengatakan pihaknya sangat mendukung rencana pembuatan film kisah laksamana perang Aceh.

Kami sebagai pimpinan DPRA mengapresiasi apa yang disampaikan Pangdam, kata Sulaiman.

“Kami sangat mendukung karena ini merupakan warisan yang sangat berguna bagi anak cucu kita, bangsa dan negara.”

Sulaiman menambahkan, pemerintah pusat telah memberikan penghormatan yang luar biasa kepada Laksamana Malahayati dengan memberinya gelar pahlawan nasional.

“Apresiasi pemerintah pusat terhadap Laksamana Malahayati sangat luar biasa. “Kami sangat mengapresiasinya dan akan sangat bermanfaat jika difilmkan nanti,” ujarnya.

Sekda Aceh Dermawan mengapresiasi penganugerahan gelar pahlawan kepada Laksamana Malahayati. Soal rencananya membuat film Malahayati, ia mengaku sangat mendukung.

“Itu adalah ide yang positif. Pemerintah Aceh sangat mendukung. “Saya kira sangat layak untuk didokumentasikan,” pungkas Dermawan. —Rappler.com

taruhan bola