Mengenal tradisi wayang kulit usai lebaran di Delanggu
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Untuk memeriahkan Idul Fitri, warga Desa Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah menggelar pertunjukan wayang kulit. Cerita yang dipilih setiap tahunnya adalah ‘Baratayuda’
KLATEN, Indonesia – Setiap masyarakat Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri dalam merayakan Idul Fitri. Ada yang berpesta kembang api, ada yang pergi ke tempat wisata, ada pula yang berdiam diri di rumah bersama keluarga.
Namun di Desa Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, masyarakat biasa memeriahkan Idul Fitri dengan menggelar pertunjukan wayang kulit. Cerita-cerita yang dipilih dalam tayangan ini adalah Baratayuda atau Perang Barat.
Baratayuda sendiri berkisah tentang perebutan kekuasaan antara keluarga Pandawa dan keluarga Kurawa. Banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak dalam perang ini. Kedua belah pihak juga banyak melanggar aturan perang karena menginginkan kemenangan. Namun di akhir cerita justru Pandawa yang memenangkan Baratayuda.
Tradisi ini dilakukan dari tahun ke tahun, biasanya satu atau dua hari setelah Idul Fitri tiba selama sehari semalam oleh para pengisi acara. “Biasanya seniman dari luar kota dipanggil ke sini untuk pertunjukan wayang ini. “Dari otak hingga dalang datang ke sini,” kata Barman, warga Desa Delanggu yang ikut serta dalam acara tersebut.
Meskipun pertunjukan wayang kulit dibawakan oleh seniman, namun warga desa juga turut serta dalam acara tersebut. Di awal acara, lebih dari 10 pemuda dan pemudi desa berkolaborasi dengan seniman menulis ungkapan syukur atas hari raya Idul Fitri.
Selain untuk merayakan Idul Fitri, acara ini juga menjadi salah satu cara memperkuat tradisi wayang kulit di Jawa Tengah. “Dari tahun ke tahun acara ini terus berlanjut. “Buatlah acara lebaran tahunan, dengan tetap menjaga tradisi,” tambah Barman
Banyak warga desa berkumpul di dekat panggung pertunjukan beberapa jam sebelum acara dimulai. Warga ada yang datang lebih awal untuk melihat persiapan acara, namun ada juga yang datang untuk memainkan alat musik tradisional seperti bonang dan saron. Setiap orang bebas memainkan alat musik tersebut sebelum acara dimulai.
Meski diguyur hujan saat acara berlangsung, namun antusias masyarakat tidak berkurang. Banyak di antara mereka yang diam di dekat panggung menyaksikan pertunjukan wayang hingga rasa kantuk mulai menyergap.
Banyaknya warga desa yang berkumpul pada kesempatan ini juga memberikan peluang besar bagi para pedagang. Sepanjang perjalanan menuju panggung acara, sisi kanan dan kiri jalan dipenuhi pedagang yang menawarkan berbagai macam barang. Mulai dari makanan, minuman hingga pedagang mainan anak ada disini.
“Saya biasanya hanya berjualan di sini jika ada peluang, biasanya di pasar,” kata penjual jagung yang dikerumuni pembeli.
Nikmati pertunjukan wayang live di Delanggu, Klaten dengan menggunakan kupon PegiPegi Di Sini! —Rappler.com