
Menjelang perayaan kemerdekaan, penjualan bendera di Banda Aceh mulai meningkat
keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Bendera dan spanduk dibawa dari Bandung
BANDA ACEH, Indonesia – Rano tersenyum bebas sambil menyapa seorang wanita yang mampir ke warungnya. Tak lama setelah perundingan, perempuan tersebut membawa pulang dua buah bendera merah putih.
Menyambut HUT Kemerdekaan RI, pria berusia 28 tahun ini membuka lapak penjualan bendera di Jalan Muhammad Hasan, Batoh, Banda Aceh.
Tak hanya Rano, pedagang spanduk dan bendera peringatan HUT Kemerdekaan pun bermunculan di jalanan Banda Aceh. Hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya permintaan.
Rano yang biasa berjualan bubur ayam beralih berjualan spanduk dan bendera sejak 1 Agustus lalu. Dari penjualannya ia mendapat keuntungan sebesar 400 ribu hingga jutaan rupiah.
Rano mengatakan, spanduk dan bendera tersebut ia bawa langsung dari Bandung, Jawa Barat. “Kami punya beberapa kelompok di sini. “Setiap orang punya lapak jualannya masing-masing,” kata Rano.
Selain Batoh, ada beberapa titik lain yang juga membuka lapak penjualan musiman. Misalnya saja di depan Taman Budaya Banda Aceh dan Jalan T Nyak Arief.
Rano mengatakan, penjualan mulai meningkat sejak dua hari terakhir. Pasalnya, semakin dekat tanggal 17 Agustus yang merupakan puncak perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia ke-72.
“Sekarang pembelinya mulai ramai karena sudah hampir tujuh belas tahun. “Pertama kali saya buka lapak pada Agustus lalu, masih sepi,” kata Rano. Pembeli, kata Rano, lebih memilih bendera yang berukuran satu meter. Biasanya yang membeli bandir atau backrop adalah orang kantoran, polisi, dan TNI.
Bandir adalah spanduk yang dipasang menjulur ke atas. Biasa dipakai di samping pintu atau gerbang, dijual masing-masing 60 ribu. Latar belakangnya semacam bendera sepanjang 10 meter yang biasa dipakai di pagar dan dijual dengan harga 400 ribu per buah. Bendera berukuran kecil hingga satu meter dijual dengan harga berbeda-beda, mulai 30-80 ribu per buah.
Rano telah melakukan pekerjaan sampingan ini selama empat tahun. Di bulan Agustus bisa dibilang Anda ‘bebas’ untuk sementara dalam hal penghasilan. Dia akan terus menjual hingga 16 Agustus. Setelah itu, Rano mengaku menjual kembali bubur ayam.
“Mudah-mudahan bukan hanya Agustus saja, di bulan-bulan lain saya akan mendapat lebih banyak bahan makanan ‘gratis’,” katanya sambil hendak melayani seorang pria yang datang untuk membeli. —Rappler.com