Mentan membantah ada agenda politik di balik penggerebekan gudang beras tersebut
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
“Kami minta selisih harga tidak terlalu besar. Ini (PT IBU) selisihnya lebih dari 100 persen.”
JAKARTA, Indonesia – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memastikan penggerebekan gudang beras milik PT Indo Beras Unggul (IBU) tidak ada muatan politiknya.
“Tidak ada motif lain. “Kami mengikuti keinginan masyarakat, tidak sedikit masyarakat,” kata Andi Amran, Selasa, 25 Juli 2017 di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan.
Diberitakan sebelumnya, Satuan Tugas (Satgas) Pangan menggerebek gudang beras milik PT IBU di Bekasi, Jawa Barat, Jumat pekan lalu.
Penggerebekan ini, lanjut Menteri Andi Arman, karena PT IBU diduga melakukan monopoli harga, yakni menjual harga beras dengan selisih yang besar.
Menteri Andi Arman mengatakan, tindakan tegas berupa razia merupakan solusi permanen untuk memperkecil tingginya selisih harga antara membeli dari petani dan menjual ke konsumen.
“Kalau mau pulih, kami minta paritas harga jangan terlalu tinggi. “Itu (PT IBU) paritasnya lebih dari 100 persen,” ujarnya.
Amran mengatakan, meski bersikap melawan PT IBU, namun hubungannya dengan pejabat di jaringan induk PT IBU, seperti Komisaris Independen PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food Anton Apryantono, masih baik.
Anton yang merupakan mantan Menteri Pertanian di Kabinet Indonesia Bersatu mengatakan Amran merupakan petinggi Kementerian Pertanian dan rutin berkomunikasi dan berdiskusi hingga saat ini.
“Saya hanya melanjutkan perjuangannya. Jika ada kesuksesan, maka kesuksesannya pun demikian. Kalau ada kesalahan, itu salah juniornya. “Jangan kaitkan persoalan darat dengan laut,” jelasnya.
Selain itu, Arman juga meluruskan isu simpang siur yang beredar pasca penggerebekan gudang beras merek Cap Ayam Jago dan Maknyuss soal subsidi.
Dia menjelaskan, kucuran dana pemerintah di bidang pangan merupakan subsidi input seperti pupuk Rp 31,2 triliun dan benih Rp 1,3 triliun. Sedangkan subsidi output bagi petani yang membeli beras untuk diberikan kepada masyarakat kurang mampu sebesar Rp19,8 triliun.
Nilai tersebut, lanjutnya, belum termasuk bantuan sarana dan prasarana lainnya yang jumlahnya juga mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya.
Mengenai jumlah varietas IR 64 yang beredar di pasaran hanya sekitar 15 persen, Amran membenarkan. Namun, ia mengingatkan jenis tersebut cukup banyak dan mencapai 90 persen dari 15,2 juta hektare lahan sawah.
Misalnya Ciherang, Mekongga, Situ Bagendit, Cigeulis, Impari, Ciliwung, Cibogo, dan lain-lain. “Harganya Rp. 7 ribu di seluruh Indonesia. “Kemudian kita bisa mendapatkan subsidi pupuk dan benih,” ujarnya. —Rappler.com