Merawat memori Munir untuk generasi muda
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan buatan AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteks, selalu merujuk ke artikel lengkap.
Suciwati pernah mendengar cerita dua orang pemuda membicarakan seorang aktivis yang meninggal akibat diracun. Mereka menyebut nama aktivis itu Pollycarpus
JAKARTA, Indonesia – Sudah 13 tahun aktivis HAM Munir Said Thalib meninggal dunia. Pada 7 September 2004, dia meninggal karena minuman yang dicampur dengan racun arsenik.
Bagi para aktivis HAM, Rabu lalu adalah hari yang sangat bersejarah karena terbukti pemerintah saat itu ikut campur dalam pembunuhan Munir. Namun, bertepatan dengan HUT tahun ini, pemerintah justru menggelarnya uji kecocokan dan kelayakan untuk Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) yang baru, Komjen Pol Budi Gunawan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
“Bagaimana bisa bersamaan? Ini menunjukkan bahwa dari level kekuasaan, baik sekarang maupun dulu, mereka tidak pernah menempatkan HAM sebagai indikator penting pengambilan keputusan,” kata Ketua KontraS Haris Azhar di Jakarta, Rabu, 7 September. tidak ada alasan untuk membuat pernyataan ini.
BIN diduga mendalangi pembunuhan Munir. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tim Pencari Fakta (TPF) dalam pembunuhan Munir, operasi pembunuhan Munir dibahas dalam rapat badan intelijen.
Di antara nama-nama yang muncul adalah Muchdi Purwopranjono yang saat itu menjabat sebagai Deputi Penggalangan Dana di BIN; juga AM Hendropriyono yang saat itu menjabat Kepala BIN.
Ironis? Alami.
Ingatan tentang Munir seakan memudar begitu saja, memudar dari benak mereka yang berpolitik di Indonesia. Hanya aktivis, teman, dan keluarga Munir yang masih mengingatnya.
Jaga memori
Suciwati tidak akan membiarkan apa yang menimpa suaminya luntur dari ingatan anak muda. Karena itulah ia mendirikan Omah Munir pada 2013, dan terus melakukan peringatan hari kematian suaminya.
Tujuannya agar apa yang diperjuangkan Munir selama ini tidak hilang. “Saya merasa mulai merindukan apa yang Munir lakukan. Mengapa kita orang tidak mengerti hak asasi manusia? Selalu dibilang produk Barat, padahal itu nafas kita,” kata Suciwati.
Menurutnya, pemerintah terlalu sibuk mencari pembenaran dan lupa ketika ada masalah yang belum terselesaikan. Akibatnya, generasi muda mulai cuek, bahkan tidak sadar akan pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
Suciwati menceritakan kisah yang didengarnya dari budayawan Goenawan Muhammad di sebuah bandara. Dua siswa berbicara tentang seorang aktivis hak asasi manusia yang diracun sampai mati di pesawat.
“Katanya ada aktivis yang mati diracun. Nama aktivisnya adalah Pollycarpus. Sungguh miris, mereka tidak tahu,” kata Suciwati dengan suara bergetar.
Karena itu, pada peringatan 12 tahun lalu, Omah Munir dan aktivis lainnya menggunakan cara yang lebih populer, yakni pemutaran film. Tempatnya tidak hanya di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta saja. mereka juga mengincar Kinosaurus Jakarta yang berlokasi di Kemang.
Media yang dipilih adalah berupa film yang lebih mudah dicerna. Bioskop, atau film, bisa berfungsi seperti mercusuar ingatan. Aksi kemanusiaan Munir semasa hidupnya akan diproyeksikan dalam bentuk gambar hidup dan bergerak. Sebanyak 6 film karya 6 sutradara dengan kelompok usia berbeda diputar di 23 kota. Agar ingatan Munir tidak menguap begitu saja.
Sementara itu, tahun ini diadakan festival ketidakpercayaan di kantor LBH. Untuk menggaet anak muda, mereka mengundang grup Efek Rumah Kaca, Jason Ranti dan Lolang.
Dengan demikian, Suciwati ingin menunjukkan bahwa kepedulian terhadap hak asasi manusia tidak hanya milik kalangan tertentu. “Hak asasi manusia tidak disuarakan dan begitu pula para aktivis Super hero, seperti orang biasa. Seperti suamiku, dia juga bisa bercanda, perang,” katanya sambil terkekeh. – Rappler.com
BACA JUGA: