• November 24, 2024

Misi besar mengatasi pencemaran di Sungai Sitarum

BANDUNG, Indonesia – Pada tahun 2013, Sungai Citarum mendapatkan predikat tersebut sungai paling kotor di dunia bersama sembilan sungai lainnya di berbagai negara. Gelar tersebut diberikan oleh Blacksmith Institute, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York dan Green Cross, Swiss. Dasar penilaian Blacksmith Institute merujuk pada tingginya tingkat pencemaran di sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat tersebut.

Predikat memalukan ini tidak bisa dipungkiri. Secara kasat mata, badan Sungai Sitarum dipenuhi berbagai jenis sampah, mulai dari sampah plastik hingga bangkai hewan. Namun gelar yang diberikan organisasi asing tersebut tidak membuka mata para pejabat di Indonesia untuk segera mengatasi pencemaran Sungai Citarum.

Bertahun-tahun setelah dijuluki sebagai sungai terkotor di dunia, kondisi Citarum bukannya membaik, malah memburuk.

Pada akhir tahun 2017, Tim Survei Kodam III Siliwangi mencatat sebanyak 20.462 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Air sungai menjadi lebih kotor dengan tambahan kotoran manusia sebanyak 35,5 ton per hari dan kotoran ternak sebanyak 56 ton per hari. Sungai Citarum berubah menjadi toilet raksasa.

Tak hanya kotor, sungai sepanjang 300 kilometer ini juga sangat beracun. Hasil uji klinis Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung terhadap air dan ikan ditemukan beberapa zat berbahaya, seperti merkuri, koliform, besi, mangan, timbal, belerang, dan klorin.

Bahan kimia tersebut sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Faktanya, air sungai Citarum dikonsumsi oleh sekitar 27,5 juta penduduk Jawa Barat dan DKI Jakarta. Faktanya, 80 persen air minum warga Jakarta berasal dari sungai yang mengalir melalui 12 kabupaten kota di Jawa Barat. Sementara itu, ikan hasil budidaya di Citarum juga dipasarkan ke berbagai daerah, khususnya kota Bandung dan Jakarta.

Bahan kimia yang ada di Sungai Citarum terbawa oleh limbah cair yang dikeluarkan pabrik tanpa melalui proses pengolahan air limbah. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat mencatat 90 persen dari 3.236 industri tekstil di sepanjang Sungai Citarum tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang kemudian membuang limbahnya ke aliran sungai. Tercatat 340 ribu ton limbah cair dibuang ke Sungai Citarum setiap harinya sehingga mengakibatkan airnya berwarna. Cantik tapi sangat beracun.

Parahnya, ditemukan beberapa bakteri berbahaya. Selain bakteri E-Coli yang berasal dari kotoran manusia dan kotoran ternak, uji laboratorium juga menemukan bakteri yang sangat berbahaya yaitu Pseudomonas Aeroginosa yang jika menginfeksi manusia dapat menyebabkan meningitis, radang selaput lendir mata, dan radang selaput lendir mata. saluran kemih. . Keberadaan bakteri tersebut cukup mengejutkan karena bakteri ini biasa beredar di lingkungan rumah sakit. Bakteri tersebut diduga terbawa oleh limbah medis yang dibuang ke Sungai Citarum.

Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) menemukan limbah medis yang dibuang ke Sungai Citarum, antara lain kantong darah HIV-Aids, bagian tubuh manusia, dan peralatan medis bekas.

Presiden turun tangan

Pemerintah daerah pun tak tinggal diam terhadap kondisi pencemaran Sungai Sitarum. Pada tahun 2013, Pemerintah Jawa Barat membentuk Forum Daerah Aliran Sungai Citarum untuk meningkatkan kualitas air di sungai yang mengalir ke Situ Cisanti. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sempat memasang target air Sungai Citarum bisa diminum pada 2018.

Namun impian tersebut belum terwujud. Berbagai upaya telah dilakukan melalui berbagai program, dengan nama yang terus berganti, mulai dari Forum DAS Citarum yang kemudian berubah nama menjadi Citarum Bestari pada tahun 2014. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga membentuk Balai Wilayah Sungai Citarum untuk mengelola sungai tersebut. program revitalisasi yang mempunyai luas 12 ribu kilometer persegi tersebut.

Dana yang digelontorkan pun tidak sedikit. Dalam kurun waktu 30 tahun, sekitar Rp 4,5 triliun terserap untuk proyek Sungai Citarum. Namun, Sungai Citarum justru semakin kotor.

“Setiap tahun kami mengupayakan pemulihan berkelanjutan dari berbagai pihak. Tentu saja ada dampaknya, meski terbilang kecil. Dampaknya sudah terlihat, yaitu berkurangnya sampah yang terlihat. “Tetapi limbah industri masih luar biasa, itu menunjukkan industri tidak mengolah limbah dengan baik,” kata Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan usai menghadiri rapat koordinasi Citarum di Gedung Sate, Jalan Diponegoro yang digelar Kota Bandung beberapa waktu lalu.

Kondisi Sungai Citarum yang masih tercemar berat membuat Presiden Joko Widodo turun tangan langsung. Jokowi menilai permasalahan Citarum belum berhasil diselesaikan karena kerja masing-masing lembaga, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat belum terintegrasi. Pernyataan tersebut seolah menegaskan bahwa beberapa program yang dicanangkan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengatasi pencemaran Citarum telah gagal.

“Kuncinya adalah integrasi. Semua kementerian, lembaga, pemerintah pusat, pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, kota, semuanya harus. “Kita berharap integrasi antara pemerintah pusat dan daerah benar-benar nyata dan bisa kita upayakan di lapangan. Saya kira ini untuk generasi kita ke depan,” kata Jokowi saat memberikan pidato pada rapat terbatas di Sungai Citarum Kementerian. pendirian kantor penelitian dan pengembangan PUPR pada Selasa. , 16 Januari lalu.

“Kalau kita bisa mengintegrasikannya, saya perkirakan kita bisa menyelesaikannya dengan baik dalam tujuh tahun.”

Tujuh tahun bukanlah waktu yang singkat, namun untuk mengatasi pencemaran Sungai Sitarum yang mempunyai permasalahan yang sangat kompleks, pemerintah merasa perlu bertindak cepat. Secara maraton, pemerintah dan seluruh pihak terkait melakukan rapat koordinasi guna membahas berbagai langkah strategis. Jokowi sendiri mengaku sudah menghadiri 14 rapat koordinasi Citarum pada awal tahun 2018.

“Tujuh tahun itu waktu yang sangat lama, tapi apa pun harus kita lakukan,” kata Jokowi di hadapan sejumlah tokoh masyarakat yang meninjau Sungai Citarum.

Jokowi kemudian memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan untuk memimpin program revitalisasi Sungai Citarum. Luhut membawahi langsung Gubernur Jawa Barat yang menjabat sebagai Komandan Satgas.

Sebagai koordinator, Luhut menargetkan air Sungai Citarum bisa diminum dalam lima tahun ke depan.

“Kita lihat saja dalam lima tahun. Minimal lima tahun (airnya bisa diminum), ini awalnya. Lima tahun kita harapkan airnya lebih baik, industri punya IPAL, sehingga masyarakat punya toilet sehingga tidak membuang sampah ke sungai, kata Luhut.

Pemerintah, lanjut Luhut, akan memberikan solusi penyediaan IPAL bagi pabrik yang belum memilikinya. Rencananya, pemerintah dalam hal ini Menteri Perindustrian akan membangun IPAL di satu kawasan untuk menampung limbah cair puluhan pabrik.

“Ya, kamu harus melakukannya. Menteri Perindustrian yang melakukannya. “Mungkin nanti akan ada puluhan industri yang membuat kawasan di sana, dan mereka akan membayar,” ujarnya.

Program revitalisasi Citarum kali ini juga melibatkan seluruh walikota dan bupati yang wilayahnya melewati Sungai Citarum. Pemegang Steak Selain itu, Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BP DAS), BBWS Citarum, PTPN, Perhutani, dan Badan Konservasi Sumber Daya Air (BKSDA), juga turut dilibatkan.

Sedangkan gubernur dibantu oleh Pangdam III Siliwangi yang bertugas melakukan penataan ekosistem dan Kapolda Jabar dalam hal penegakan hukum. Berbagai elemen masyarakat terlibat, seperti tokoh adat, tokoh budaya, pakar hukum, aktivis dan relawan, serta mahasiswa dan akademisi.

Tindakan terhadap pabrik-pabrik nakal

Presiden Jokowi menegaskan, pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke Sungai Citarum akan ditindak tegas. Padahal dimulai dengan langkah meyakinkan.

“Lanjutkan saja pendekatannya agar ada solusi bagi pabrik-pabrik yang ada. Tapi kalau sulit ditindaklanjuti, kita harus tegas menegakkan hukum, jangan sampai terjadi terus-menerus, kata Jokowi.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menyatakan akan menindak pengusaha nakal. Ia bertekad menyelesaikan permasalahan hukum terkait pencemaran Citarum. Wiranto bahkan mengancam akan menutup pabrik-pabrik bandel tersebut.

“Ternyata permasalahan hukum penanganan Citarum juga sangat besar. Jadi saya akan memantau dari segi hukum agar perusahaan, broker, penipu, pungutan liar, dll. TIDAK “Kami akan segera membersihkannya,” ujarnya.

Irjen Pol Agung Budi Maryoto, Kapolda Jabar, menyatakan komitmennya dalam penegakan hukum bagi pencemar Citarum, bersinergi dengan Kementerian Lingkungan Hidup.

“Saya berkomitmen, kalau ada pelanggaran tentu kita bersama-sama akan terapkan hukum. “Biarlah aku dianggap kejam,” kata Agung.

Pangdam III Siliwangi Mayjen Doni Monardo mengungkapkan kemarahannya terhadap pengusaha pabrik yang kerap lolos dari hukum meski terbukti mencemari Citarum. Namun ke depan, Doni menegaskan, tidak ada ampun bagi pihak yang mencemari Sungai Sitarum.

“Jadi kedepannya mohon maaf, tidak ada lagi syarat-syarat yang menyulitkan kita dalam menegakkan hukum. Kita sudah tahu itu jelas-jelas salah, buktinya ada, bukti laboratorium yang otentik jelas, kuat, kalau ada yang melanggar, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara pemilik tersebut sebagian tidak berdomisili di Jawa Barat, melainkan di negara lain, kata Doni yang berencana memasang CCTV untuk menangkap kontainer sampah.

Lebih lanjut, kata Doni, Kodam III menggerakkan Siliwangi untuk melakukan penataan di Situ Cisanti yang berada di hulu Sungai Citarum. Kondisinya rusak parah dimana kawasan hutan diubah menjadi perkebunan. Doni mengatakan, 2.670 hektare hutan berada dalam kondisi sangat kritis, sementara sekitar 212 ribu hektare terancam kritis.

Kondisi kawasan hutan yang kritis mengakibatkan Sungai Sitarum menjadi dangkal. Tanah yang terkikis oleh hujan akibat penggundulan hutan mencapai 8 juta ton per tahun sehingga menyebabkan sedimentasi dan mengakibatkan banjir di Majalaya, Banjaran, dan Dayeuhkolot.

Dalam menjalankan tugasnya, Doni mengaku telah mengerahkan 22 petugas berpangkat kolonel. Masing-masing kolonel memimpin rombongan yang dibagi berdasarkan wilayah di sepanjang Sungai Citarum, dari Situ Cisanti, hingga Muara Buaya.

“Untuk pertama kalinya dalam sejarah operasi militer, selain perang, akan melibatkan perwira menengah berpangkat kolonel di wilayah Jawa Barat,” kata Doni.

Apa yang membuat kebangkitan Sungai Sitarum perlu segera dilakukan? Sebab, fungsi Sungai Citarum sangat penting dan strategis, dimana airnya dikonsumsi oleh 80 persen penduduk Jakarta, dan mengairi sekitar 420 ribu hektare sawah. Warga juga memanfaatkannya sebagai tempat budidaya ikan air tawar. Yang terpenting adalah pemasok listrik Jawa Bali sebesar 1.888 megawatt.

“Ini akan menjadi isu global jika tidak segera kita tangani karena korban yang ditimbulkan dari masalah ini akan sangat besar,” kata Doni. – Rappler.com

slot online gratis