MUI mendorong perjuangan Palestina tidak hanya sebatas konferensi
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
MUI meyakini impian mewujudkan kemerdekaan Palestina hanya akan terwujud jika dunia Islam bersatu dan mengambil langkah nyata.
JAKARTA, Indonesia – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, Muhyiddin Junaidi berharap upaya Organisasi Kerjasama Islam (OKI) memperjuangkan Palestina tidak berhenti di tingkat konferensi. Ia pesimis karena ada kecenderungan aktivitas negara-negara Islam melalui OKI tidak membuahkan hasil nyata dalam pembebasan Palestina.
Kegiatan OKI dalam perjuangan Palestina berakhir bersamaan dengan berakhirnya pertemuan tingkat tinggi.
“OKI hanya terlihat saat pertemuan, tapi setelah itu tidak ada apa-apa,” kata Muhyiddin, Sabtu, 5 Maret di Jakarta.
Berdasarkan hal tersebut, Muhyiddin mengaku belum yakin dengan hasil KTT Luar Biasa OKI 2016 yang akan digelar pada 6-7 Maret mendatang. Sebab sejak OKI berdiri dan mempunyai cita-cita menjadikan Palestina merdeka, hal itu belum juga terwujud.
Menurut Muhyidin, cita-cita baru akan terwujud jika dunia Islam bersatu dan memulai langkah nyata di dunia.
“Sampai saat ini Palestina belum merdeka dan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan,” ujarnya.
Senada dengan pernyataan Muhyidin, pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Ali Munhanif, mengatakan, KTT OKI harus mengambil langkah nyata untuk menjadikan Palestina sebagai negara berdaulat.
“Jangan hanya mengumumkan hasilnya nanti. Deklarasi terlalu sering dilakukan, namun keberlanjutan dan diplomasi tidak muncul. “Dari OKI harus lahir strategi terukur untuk membebaskan Al Aqsa,” kata Ali.
Ia mengatakan, isu aneksasi Israel atas wilayah Palestina merupakan permasalahan nyata di kawasan Timur Tengah. Sayangnya, persoalan Palestina cenderung dibayang-bayangi persoalan lain sehingga perhatian masyarakat teralihkan. Mereka lebih fokus pada permasalahan sektarian dan kerusuhan Musim Semi Arab.
“Saya pikir dunia Islam sepertinya sedang menghadapi masalah konflik sektarian. “Pada dasarnya ada negara di Timur Tengah, Israel, yang menjadi akar permasalahan berbagai konflik tersebut selama ini,” ujarnya.
Lakukan sesuatu
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memahami betul harapan masyarakat akan adanya dampak nyata dari konferensi terhadap Palestina. Meski demikian, ia menegaskan KTT Luar Biasa OKI bukanlah sebuah peristiwa, melainkan sebuah proses. Dimana, Indonesia dan negara-negara anggota OKI melakukan investasi sedikit demi sedikit demi perdamaian antara Palestina dan Israel.
“Itu adalah pilihan, bukan? melakukan sesuatu dan berkontribusi. Kami berharap kontribusi Indonesia dapat membawa perubahan, meski hanya sedikit. “Kalau ditotal, apa yang sudah kita lakukan selama ini cukup besar,” kata Retno dalam dialog di Kementerian Luar Negeri, Jumat, 4 Maret.
Salah satu alasan diadakannya KTT luar biasa ini, kata Retno, adalah pertimbangan situasi kota Yerusalem yang semakin tidak menentu. Jika dilihat di peta, secara geografis negara Palestina semakin mengecil karena dianeksasi oleh Israel.
Sementara jika kita menunggu hingga KTT reguler OKI digelar di Istanbul, Turki, kita khawatir negara-negara anggotanya tidak fokus membahas persoalan Palestina.
Hal serupa juga disampaikan Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Hasan Kleib. Agar pertemuan tingkat tinggi tersebut bukan sekedar KTT biasa, Indonesia mengusulkan untuk mengundang negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB dan empat pihak yang terlibat dalam perundingan perdamaian Israel dengan Palestina.
“Dengan mengundang berbagai pihak tersebut, kami berharap negara-negara anggota PBB-PBB dapat mendengar langsung harapan negara-negara anggota OKI terhadap status Yerusalem. “Jadi ke depannya mungkin ada tekanan untuk mengembalikan persoalan Palestina ke meja perundingan,” jelas Hasan. – dengan laporan ANTARA/Rappler.com
BACA JUGA: