Mulai dari gol bunuh diri Escobar hingga sundulan Zidane
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia—Piala Dunia 2018 tinggal menghitung hari lagi. Sejumlah tim nasional telah tiba di Rusia dan bersiap menghadapi kerasnya pertarungan di turnamen sepak bola empat tahunan ini. Sebanyak 736 pemain dari 32 negara akan bersaing memperebutkan trofi juara.
Piala Dunia kali ini tidak dihadiri oleh dua raksasa Eropa, yakni Belanda dan Italia. Namun yang pasti, Rusia 2018, seperti pada perhelatan Piala Dunia sebelumnya, juga akan menyuguhkan beragam ‘drama’ greenfield.
Saat peluit Piala Dunia 2018 dibunyikan pada 14 Juni 2018, Rappler merangkum beberapa fakta dan drama roster paling menarik dari enam final Piala Dunia terakhir.
Brasil 2014
Brasil menjadi tuan rumah Piala Dunia pada tahun 2014. Sayangnya, tim Samba mengalami kekalahan terparah sepanjang sejarah sepak bola Brasil. Di babak semifinal, Brasil kalah dari Jerman dengan skor 7-1.
Dalam laga tersebut, bintang baru tim Samba, Neymar, absen karena cedera yang dialaminya pada laga perempat final melawan Kolombia. Meski tanpa Neymar, kekalahan dengan skor fantastis itu membuat publik Brasil geram. Pasalnya, itu merupakan kekalahan terburuk tim Samba di Piala Dunia dalam seratus tahun terakhir.
Di final, Jerman bertemu Argentina di Rio de Janeiro. Messi dan kawan-kawan lolos ke final setelah memenangi adu penalti melawan Belanda. Dalam pertandingan final yang menegangkan, gol gelandang enerjik Jerman Mario Goetze di waktu tambahan menjadi penentu tim Panzer meraih gelar Piala Dunia keempatnya.
Afrika Selatan 2010
Final Piala Dunia pertama di Benua Hitam diwarnai dengan kerusuhan warna dan suara. Suara terompet vuvuzela menjadi berisik soundtrack andalan di hampir setiap pertandingan. Meski begitu, dukung penggemar Penampilan luar biasa dari pinggir lapangan bukan jaminan tim-tim Afrika akan tampil gemilang di lapangan hijau.
Dari delapan negara benua Afrika yang mengikuti Piala Dunia 2010, hanya Ghana yang mampu lolos ke babak 16 besar. Ghana berhasil mencapai perempat final sebelum akhirnya kalah dari Uruguay melalui adu penalti. Tuan rumah Afrika Selatan memulai dengan baik di pertandingan pembukaan mereka, meskipun mereka akhirnya menjadi tim tuan rumah pertama yang tersingkir di babak penyisihan grup.
Spanyol—yang menjuarai Piala Eropa 2008—melanjutkan penampilan gemilangnya dan meraih trofi Piala Dunia pertamanya berkat gol semata wayang Andres Iniesta pada menit ke-116 di laga pamungkas melawan Belanda. Sebelum mencapai final, tim Matador berturut-turut berhasil mengalahkan Portugal, Paraguay, dan Jerman.
Jerman 2006
Final Piala Dunia kembali digelar di tanah Bavaria setelah 32 tahun. Saat itu, tim Panzer difavoritkan kembali meraih gelar juara. Nasionalisme masyarakat Jerman pun terpacu.
Final di Jerman disebut-sebut menjadi momentum kebangkitan raksasa sepak bola Eropa setelah seluruh semifinalisnya berasal dari Eropa untuk pertama kalinya sejak 1982. Hal itu terjadi setelah dua raksasa Amerika Latin, Brasil dan Argentina, gagal di babak perempat final.
Argentina tampil impresif setelah menghancurkan Serbia Montenegro di babak penyisihan grup. Namun, Messi dan kawan-kawan harus angkat beban setelah kalah dari tim tuan rumah melalui adu penalti. Brasil yang juga difavoritkan meraih gelar juara, gagal di tangan Prancis.
Lolosnya Jerman yang relatif mulus ke babak perempat final harus terhenti di babak semifinal saat menghadapi Italia. Saat itu, tim besutan Marcello Lippi berhasil dua kali menjebol gawang Jerman tanpa balas. Pada semifinal lainnya, Prancis berhasil mencuri kemenangan lewat tendangan penalti Zinedine Zidane.
Laga final Piala Dunia 2006 antara Italia dan Prancis berlangsung panas sejak awal. Sayangnya, pertandingan dirusak oleh sebuah sundulan pembuat permainan Zinedine Zidane dari Prancis melawan bek Italia Marco Materazzi. Akibat tendangan kepala di dada Materazzi, Zidane langsung diusir wasit.
Usai laga yang dimenangkan Italia lewat adu penalti, Zidane menyebut Materazzi bermain kotor dan sengaja memancing amarahnya dengan membisikkan kata-kata yang tidak pantas. Usai Piala Dunia 2006, Zidane memutuskan gantung sepatu dari timnas biru.
Jepang dan Korea Selatan 2002
Pada Piala Dunia 2002, Jepang dan Korea Selatan berbagi peran sebagai tuan rumah. Ini merupakan kali pertama Piala Dunia digelar di luar benua Eropa dan Amerika.
Acara ini sempat terkendala ancaman keamanan karena digelar tak lama setelah serangan 11 September 2001 yang menghancurkan menara kembar World Trade Center di New York, Amerika Serikat. Keamanan di sekitar stadion diperketat dan senjata berat dipajang. Namun perhelatan Piala Dunia berjalan cukup lancar.
Kejutan justru datang dari lapangan hijau. Pada laga pembuka di Stadion Seoul, tim debutan Senegal sukses mengalahkan Prancis yang kebetulan meraih gelar juara di Piala Dunia 1998. Dalam dua laga berikutnya, Prancis hanya mendapat satu poin dan terpaksa mengemas tasnya di babak penyisihan.
Sebaliknya tuan rumah Korea Selatan menghadirkan kejutan. Park Ji-sung dan kawan-kawan sukses melaju ke babak semifinal setelah menaklukkan Portugal, Italia, dan Spanyol. Sayangnya di babak semifinal, Korea Selatan harus mengakui ketangguhan tim Panzer Jerman.
Pada laga puncak, Brasil dan Jerman yang difavoritkan sejak awal turnamen bertemu di Stadion Yokohama. Striker asal Brazil Ronaldo tampil gemilang, mencetak dua gol ke gawang Jerman dan membantu tim Samba meraih gelar Piala Dunia kelima mereka.
Perancis 1998
Prancis menjadi tuan rumah turnamen saat itu. Didukung oleh penggemar fanatik di kandang sendiri, tim asuhan Aime Jacquet semakin kuat sebelum akhirnya mengalahkan tim favorit untuk mengalahkan Brasil di Stade de France dengan skor 3-0 di kompetisi papan atas.
Dalam pertandingan itu, pengatur serangan Les Bleus Zinedine Zidane menunjukkan kelasnya dengan dua gol indah. Zidane bangkit dari keterpurukannya usai menerima kartu merah pada laga melawan Arab Saudi.
Di sisi lain, perjalanan Brasil diselimuti sederet misteri setelah bintang mereka Ronaldo Nazario da Silva dicoret dari skuad utama timnas jelang final. Nama Ronaldo baru kembali masuk daftar tim hanya beberapa menit sebelum peluit wasit dibunyikan.
Belakangan diketahui Ronaldo sempat membuat onar di kamar hotelnya beberapa jam jelang laga final. Keputusan sang pelatih untuk tetap memainkan Ronaldo di laga terakhir mendapat kecaman keras dari publik Brasil.
Amerika Serikat 1994
Meski sepak bola bukan olahraga favorit di Amerika Serikat (AS), masyarakat negara berjuluk ‘Paman Sam’ itu menyambut Piala Dunia 1994 dengan penuh semangat. Namun AS belum bisa berkomentar banyak. AS hanya lolos ke babak delapan besar sebelum kalah 1-0 dari Brasil.
Sejumlah drama dan tragedi muncul di Piala Dunia 1994. Pada laga melawan Yunani, legenda sepak bola Argentina Diego Maradona sukses mencetak gol melalui kerja sama yang baik dengan rekan satu timnya. Maradona berkontribusi besar dalam keberhasilan Argentina mengalahkan Yunani 4-0. Sayangnya, usai pertandingan, Maradona terbukti menggunakan doping dan dilarang mengikuti turnamen.
Di sisi lain, nasib tragis menimpa bek Kolombia Andres Escobar. Pria Berjuluk ‘Tuan Sepak Bola’ ditemukan tewas tak lama setelah Kolombia tersingkir dari putaran final Piala Dunia. Escobar penuh peluru karena mencetak gol bunuh diri pada laga Kolombia vs Amerika di babak penyisihan.
Laga puncak Piala Dunia 1994 mempertemukan Brasil dan Italia. Brasil mencapai final setelah mengalahkan Belanda di perempat final dan Swedia di semifinal. Sedangkan Roberto Baggio dan kawan-kawan berhasil melaju ke final setelah mengalahkan Spanyol dan Bulgaria.
Di laga puncak, Baggio yang tampil gemilang sepanjang babak penyisihan justru harus menelan pil pahit setelah bola tendangannya melebar dari gawang Brasil di adu penalti. Romario dan kawan-kawan pun berhasil meraih trofi Piala Dunia.
—dengan laporan dari AFP/Rappler