‘Nafas’: Berjuang dan rayakan kehidupan
- keren989
- 0
Film yang dibintangi oleh Andrew Garfield dan Claire Foy ini akan tayang di bioskop jaringan Cinemaxx Theatre, CGV Cinemas, dan Flix Cinema mulai Rabu, 22 November.
JAKARTA, Indonesia —Tidak banyak film luar negeri yang menarik perhatian saya tahun ini. Ada beberapa tapi tidak banyak. Salah satu yang ada di daftar favorit saya adalah Pernafasan.
Ceritanya sangat kompleks tetapi pada saat yang sama juga tampak sederhana. Pasalnya film ini mengambil kisah nyata yang mampu mendekatkan penonton pada cerita tersebut. Namun yang saya garis bawahi, film ini mengusung tema yang sederhana namun mudah dikenali, yaitu berjuang untuk hidup dan merayakan kehidupan.
Adalah Jonathan Cavendish, produser film Pernafasan yang membawa kisah hidup Robin Cavendish ke layar lebar. Ia berkolaborasi dengan aktor Andy Serkis yang pertama kali duduk di kursi sutradara untuk film ini. Sebelumnya, Andy dikenal sebagai aktor pemeran Gollum Penguasa Cincin.
Nama Jonathan sebenarnya dikenal di kalangan perfilman karena sebelumnya ia sukses memproduksi beberapa film box office seperti Buku Harian Bridget Jones Dan Elizabeth: Zaman Keemasan.
Namun ada yang berbeda pada proyek Jonathan kali ini. Mungkin karena kedekatannya dengan kisah nyata tentang ayahnya yang membuat film ini begitu menyentuh dan personal. Ya, Jonathan merupakan anak dari pemeran utama film ini, Robin Cavendish.
Dari Afrika hingga kursi roda
Cerita diawali dengan kisah pertemuan tersebut dan dilanjutkan dengan kisah cinta dua sejoli: Robin Cavendish dan Diana yang jatuh cinta pada pandangan pertama dan kemudian menikah. Keduanya digambarkan sebagai pasangan ideal yang sukses membuat penonton iri dengan kemesraan mereka.
Pada tahun 50-an, di awal pernikahan mereka, Robin membawa Diana ke Nairobi, Kenya, di mana ia memulai bisnis jual beli teh. Sayangnya, di masa keemasannya, Robin terserang virus polio yang melumpuhkan hampir seluruh tubuhnya.
Robin hanya bisa bertahan hidup dengan mesin pernafasan yang “bernafas” untuknya. tubuhnya lumpuh dari leher ke bawah. Robin kemudian merasa tidak berguna lagi. Ia bahkan berkali-kali meminta mati. Namun Diana tidak pernah membiarkan dia menyerah. Diana ingin Robin melihat putra mereka, Jonathan, tumbuh dewasa.
Satu-satunya permintaan Robin adalah bisa meninggalkan rumah sakit, yang akhirnya dikabulkan Diana dengan segala cara. Robin menjalani hari-harinya dengan tenang hingga akhirnya ia mendapat ide untuk merancang sebuah kursi yang bisa dihubungkan dengan mesin pernafasan. Untungnya, temannya Profesor Teddy Hall (Hugh Bonneville) akhirnya mewujudkan mimpinya.
Robin menolak semua diagnosis dokter dan hidup lebih lama dari yang diharapkan. Bersama banyak teman yang mendukungnya, ia aktif memperjuangkan akses bagi penyandang disabilitas akibat polio seperti dirinya untuk bisa menikmati “kursi ajaib” yang sama. Dia melakukan segalanya dengan Diana dan Jonathan di sisinya.
Akting yang menawan
Saya salah satu pecinta film yang cukup menantikannya Pernafasan. Salah satu alasannya adalah karena Claire Foy dan Andrew Garfield.
Sejak saya menonton akting Claire di serial tersebut Mahkota, saya merasa ada yang berbeda dari aktris kelahiran Inggris ini. Begitu pula dengan Andrew yang belakangan ini membuat banyak orang terpana dengan penampilannya Kesunyian Dan Punggung Gergaji Besi.
Terakhir, Claire dianugerahi Emmy dan Golden Globe atas akting briliannya Mahkota. Sementara itu, Andrew mendapat nominasi Aktor Terbaik di Oscar 2017, meski harus kalah dari Casey Affleck.
Maka wajar saja duet kedua aktor dan aktris ini sangat menjanjikan dalam film Pernafasan. Dan harapan saya terpenuhi dengan manis. Sejak awal kemunculannya, akting Claire Foy di film ini jauh dari kata mengecewakan. Dengan tatapan mata yang tajam dan gerakan tubuh yang nyaris sempurna, Claire menunjukkan kelas lain.
Sedangkan Andrew yang berperan sebagai Robin Cavendish yang menderita kelumpuhan, bertindak hampir secara eksklusif dengan mengandalkan bagian leher. Tapi dengan itu saja, aktingnya sungguh memukau. Permainan gerakan dan ekspresi mata adalah kekuatannya.
Sebuah cerita yang menyentuh
Sesuai dengan judul artikel ini, saya yakin kekuatan film ini (selain pemerannya tentunya) terletak pada ceritanya. Bagaimana seseorang dengan segala kekurangannya mampu memperjuangkan kehidupan yang menjadi haknya? Bukan sekedar berkelahi, tapi juga memilih menikmati hidup apa adanya.
Cita rasa kisah cinta dan romansanya terasa pas. Tidak kurang, namun tidak terlalu banyak. Karena cinta, Robin dan Diana bisa menjalani hidup bahagia. Karena cinta, Teddy Hall berjuang siang dan malam untuk menciptakan kursi roda khusus untuk Robin. Dan karena cinta, Jonathan mampu mendedikasikan film ini untuk ayahnya.
Tak sekedar memperjuangkan hidup, film ini mengajak penontonnya untuk tidak lupa merayakan kehidupan, sesulit apapun itu. Andrew dan Claire sukses menyampaikan pesan tersebut melalui akting mereka.
Tampaknya tak sulit bagi Breathe dan Claire serta Andrew untuk masuk nominasi salah satu nominasi Oscar tahun ini. Tidak percaya? Lihat sendiri karena filmnya Pernafasan bisa disaksikan di bioskop Teater Cinemaxx, Bioskop CGV dan Bioskop Flix mulai Rabu 22 November 2017. —Rappler.com