NU harus meneruskan pluralitas KH Hasyim Muzadi
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Sepeninggal KH Hasyim Muzadi, NU harus menjadi organisasi yang eksis untuk semua kalangan
MALANG, Indonesia – Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang, Kiai Haji Solahudin Wahid mengatakan, meninggalnya KH Hasyim Muzadi merupakan kerugian besar bagi masyarakat Indonesia.
Kita kehilangan tokoh-tokoh besar, khususnya NU, umat Islam, dan masyarakat Indonesia, kata Gus Solah, sapaan akrab Solahudin Wahid, saat mengunjungi rumah duka di Jalan Cengger Ayam 14, Kota Malang, Kamis, 16 Maret 2017.
Gus Solah mengajak semua pihak, termasuk kader NU, untuk meneruskan cita-cita dan perjuangan KH Hasyim Muzadi yang pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Sepeninggal Kiai Haji Hasyim Muzadi, Gus Solah mengatakan, NU harus memposisikan diri sebagai organisasi yang berdiri di semua kalangan. Tidak boleh memihak dan memihak.
Gus Solah mengatakan, selama KH Hasyim Muzadi sakit, ia tidak sempat menjenguknya. Oleh karena itu, ia tak sempat berkomunikasi secara intens menjelang akhir hayat almarhum.
Para pelayat lintas agama
Sejumlah tokoh lintas agama pun turut memberikan penghormatan terhadap jenazah KH Hasyim Muzadi. Salah satunya adalah Uskup Keuskupan Gereja Katolik Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan.
Ia hadir di Malang bersama sejumlah tokoh agama Katolik. Pidyarto mengatakan masyarakat telah kehilangan sosok yang menjunjung tinggi toleransi dan peduli terhadap keberagaman agama. “Kami mohon maaf, kami kehilangan angka yang besar,” ujarnya.
Pidyarto sudah tidak asing lagi dengan KH Hasyim Muzadi, meski jarang berinteraksi langsung. Selain itu, KH Hasyim Muzadi juga diketahui sangat dekat dengan Uskup Herman Joseph Sahadat Pandoyoputro yang digantikannya.
Uskup Herman meninggal pada bulan September 2016. Kedekatan mereka terlihat dari interaksi dan komunikasi lintas agama dari waktu ke waktu. “Kiai Hasyim pernah berkunjung ke gereja kami,” ujarnya.
Ia pun memuji wawasan Kiai Haji Hasyim Muzadi yang luas dan terbuka. Penasihat Badan Layanan Nasional Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik Indonesia menilai Hasyim Muzadi berhasil membangun toleransi antaragama di Indonesia. “Mudah-mudahan ada penggantinya yang membawa semangat yang sama,” ujarnya.
Sholat jenazah 26 gelombang
Banyaknya pelayat yang datang ke rumah duka membuat salat jenazah dilaksanakan sebanyak 26 gelombang. Sholat jenazah dilaksanakan mulai pukul 08.00 hingga 11.30 sebelum salat magrib.
Ribuan pelayat datang silih berganti. Mereka terdiri dari mahasiswa tetangga, kader NU, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Usai salat, jenazah diusung ribuan pelayat. Mereka bergiliran mengangkat peti mati ke mobil jenazah. Mereka kemudian meluncur menuju Bandara Abdulrahman. Sebab, jenazah KH Hasyim Muzadi akan dimakamkan di Depok, Jawa Barat. Upacara pemakaman dipimpin oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pelepasan jenazah dilakukan dengan upacara militer. Puluhan personel militer mengangkat jenazah dan memberikan penghormatan. Puluhan surat belasungkawa tiba di rumah duka. Rangkaian bunga berjejer di pintu masuk pesantren. Diantaranya rangkaian bunga dari Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Salah satu santri Al Hikam Malang, Muhammad Wafa menjelaskan, KH Hasyim Muzadi kritis pada pukul 02.00 dini hari. Keluarga tersebut berkumpul di kediaman pribadi di samping Pondok Pesantren Al Hikam. “Meninggal jam 6 pagi,” katanya.
Sebelumnya, KH Hasyim Muzadi menjalani perawatan di RS Lavalette Malang selama tiga hari. Dilanjutkan dengan rawat jalan di rumah di bawah pengawasan tim dokter. Bahkan, tim dokter Presiden juga sempat berdiskusi dan terlibat dalam penanganan pengobatan.
Hasyim Muzadi mengalami komplikasi diabetes, penyakit kuning, dan sesak napas. Bahkan, Presiden Joko Widodo sempat menjenguk dan mendoakan kesembuhan Hasyim Muzadi, Rabu 15 Maret 2017. Takdir mengatakan sebaliknya, sehari setelah kunjungan presiden, Hasyim Muzadi meninggal dunia. —Rappler.com