• December 22, 2024
Obama berbagi cerita di balik perjanjian perubahan iklim Paris

Obama berbagi cerita di balik perjanjian perubahan iklim Paris

Indonesia harus belajar dari kesalahan negara-negara Barat dalam hal pembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan hidup

Jakarta, Indonesia – Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama, telah menyatakan keprihatinannya terhadap perubahan iklim (perubahan iklim), seperti peduli terhadap perawatan tubuh kita.

“Rasanya sangat menyenangkan sekarang bisa makan sepotong besar kue dan terus merokok. Tetapi jika Anda terus melakukannya, Anda akan menanggung akibatnya,” kata Obama menanggapi pertanyaan moderator Dino Patti Djalal tentang apakah ada Rencana B, setelah pemerintah AS di bawah Presiden Donald J. Trump memutuskan untuk menutup perjanjian penarikan Paris. tentang iklim. mengubah..

Menurut Obama, Indonesia akan menanggung akibatnya jika tidak bekerja sama memenuhi kewajibannya dalam Perjanjian Paris. Indonesia, kata Obama, merupakan negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim dibandingkan negara-negara lain.

“Bayangkan kalau yang terjadi di Aceh (tsunami, penyelamatan) lebih sering terjadi? “Akan lebih sulit untuk membangun kembali dan harga yang harus ditanggung rakyat akan sangat berat,” kata Obama saat berbicara pada Konvensi Diaspora Indonesia di Jakarta, Sabtu 1 Juli.

Presiden Obama adalah salah satunya tokoh kunci yang melobi pencapaian Perjanjian Paris oleh 195 anggota PBB, pada Konferensi Perubahan Iklim, 13 Desember 2015. (BA: 5 Poin Perubahan Iklim Perjanjian Paris yang Perlu Anda Ketahui)

Obama mengatakan, meskipun pemerintahan AS saat ini telah menyatakan akan menarik diri, namun secara teknis hal tersebut tidak dapat direalisasikan. Selain itu, setiap perubahan terhadap perubahan yang diputuskan oleh pemerintahan Obama sedang berlangsung dan tidak bergantung pada kebijakan pemerintah federal.

Ia mencontohkan negara bagian California yang sebenarnya bisa menjadi negara ketujuh terbesar di dunia secara ekonomi jika menjadi negara tersendiri. Mereka sangat agresif dalam pendekatannya terhadap emisi kendaraan dan mobil.

“Saat saya menjadi presiden, saya menaikkan standar efisiensi bahan bakar. Produsen mobil besar Amerika mulai memenuhi standar tersebut. “Bahkan jika pemerintahan saat ini mengatakan mereka tidak harus memenuhi standar tersebut, mereka akan memenuhi peraturan tersebut di tahun-tahun mendatang,” kata Obama.

Menurut Obama, California telah menyatakan tidak ingin menurunkan standar. Jadi, setiap produsen yang ingin menjual produknya di wilayah tersebut harus memenuhi standar negara bagian, meskipun pemerintah federal memilih untuk kembali ke posisi sebelumnya.

Hal serupa juga terjadi pada penggunaan energi surya (solar power). Obama mengaku telah meningkatkan penggunaan energi surya sebanyak 10 kali lipat dibandingkan saat ia memulai pemerintahannya. Biaya penggunaan listrik telah turun secara signifikan.

Di hadapan ribuan peserta Kongres Diaspora Indonesia ke-4 dan tamu undangan, Obama pun buka-bukaan soal kisah di balik layar perundingan Perjanjian Paris yang sempat tertunda beberapa jam dari jadwal semula. Secara internasional, pada saat itu, India adalah negara yang paling sulit diyakinkan untuk bergabung dengan Perjanjian Paris.

“Saya memahami mengapa Perdana Menteri (Narendra) Modi menolak. “Meskipun India telah berhasil mengembangkan kelas menengah dan sektor teknologi, ratusan juta penduduknya tidak memiliki akses (terhadap) listrik,” kata Obama.

Obama kemudian membujuk Perdana Menteri Modi untuk memilih jalur lompatan dari produksi energi lama (fosil), langsung ke energi terbarukan. Momen Perjanjian Paris merupakan awal yang baik bagi India.

“Faktanya, sejak penandatanganan Perjanjian Paris, India sebenarnya telah meningkatkan target emisi karbonnya. Mengapa? “Karena biaya energi surya jauh lebih murah dibandingkan yang kita duga dua tahun lalu,” kata Obama.

Bagi mereka yang merasa putus asa karena Presiden Trump telah membawa AS menarik diri dari Perjanjian Paris, Obama mengajak optimisme. Ada banyak hal yang bisa dilakukan bersama.

“AS adalah negara dengan perekonomian besar dan penuh kompleksitas. “Jika di tingkat pemerintah federal kebijakan yang diamanatkan sebelumnya dibatalkan, setidaknya dalam jangka pendek, masih banyak industri, perusahaan, dan individu yang percaya bahwa energi ramah lingkungan adalah energi masa depan,” ujarnya.

Presiden Partai Demokrat yang baru dua periode menjabat ini berharap Indonesia bisa belajar dari kesalahan pembangunan yang dilakukan negara-negara barat, termasuk Amerika, terkait pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup. – Rappler.com

Data HK Hari Ini