• October 3, 2024

OPEC memperkirakan harga minyak pada tahun 2020

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Negara-negara yang harga produksi minyaknya lebih mahal siap disingkirkan dari pasar

JAKARTA, Indonesia — Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan harga minyak akan kembali naik di tahun-tahun mendatang. OPEC juga berencana memangkas produksi pada tahun 2019.

Permintaan minyak OPEC diperkirakan akan turun pada tahun 2020, karena peningkatan produksi dari negara-negara non-OPEC.

Pada hari Rabu, 23 Desember, OPEC meluncurkan laporan bertajuk World Oil Outlook di Wina, Austria. Laporan tersebut menunjukkan bahwa OPEC akan memproduksi 30,7 juta barel per hari pada tahun 2020.

Jumlah tersebut 1,7 juta barel lebih banyak dari perkiraan yang dikeluarkan tahun lalu, dan 1 juta barel lebih rendah dari produksi November 2015.

Tingginya produksi OPEC yang terus berlanjut menunjukkan bahwa organisasi yang didirikan pada tahun 1960 di Bagdad, Irak ini berusaha keras mempertahankan pangsa pasarnya, terutama menghadapi negara produsen besar seperti Amerika Serikat dan Rusia.

Namun biaya yang harus dikeluarkan OPUL cukup mahal karena harga minyak terus turun. Harga minyak mentah Brent mencapai titik terendah dalam 11 tahun, pada US$36,04.

Meskipun harga minyak akan terus turun mendorong peningkatan konsumsi, pertumbuhan permintaan akan dibatasi oleh faktor-faktor lain, kata pernyataan OPEC.

Faktor lain yang berperan adalah penghapusan subsidi, pengendalian harga di sejumlah negara dan peningkatan efisiensi.

Produksi OPEC dari 12 anggota sebesar 30,7 juta barel pada tahun 2020 hanya 300.000 barel di bawah produksi yang disepakati tahun ini. Sebelumnya, sejumlah anggota OPEC diduga memproduksi minyak di atas angka yang disepakati dan diam-diam memasoknya ke pasar. Produksi yang berlebihan menjadi penyebab utama jatuhnya harga.

Gubernur OPEC Indonesia Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan sulit memprediksi kapan harga minyak akan kembali naik.

Dia mengutip perkiraan OPEC yang menyebutkan harga minyak akan mencapai sekitar US$80 pada tahun 2020. Jika harga setinggi ini tercapai, diperkirakan kenaikannya akan melalui proses seperti pendulum berayun, setelah naik tinggi, lalu turun, lalu naik. lagi, lalu jatuh, lalu bangkit.

Penurunan produksi tersebut dicapai karena baik negara OPEC maupun non-OPEC kesulitan mencapai kesepakatan.

“OPUL tetap mempertahankan produksinya, dengan maksud agar yang biaya produksinya mahal segera keluar,” kata Widhyawan.

“Jadi bisa dibilang, ini adalah penerapan metode mekanisme pasar OPEC,” ujarnya.

Dalam waktu dekat, produksi minyak kemungkinan akan meningkat karena sanksi terhadap Iran akan segera berakhir. Negara tetangga Iran, Irak, juga akan meningkatkan produksinya segera setelah situasi dalam negeri membaik.

Indonesia sendiri akan mengurangi ketergantungan impor minyak dengan meningkatkan investasi pembangunan kilang. Rappler.com

BACA JUGA:

SDY Prize