Pahlawan tanpa tanda jasa di tempat Dolly dulu
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Sukartiningsih rela tak dibayar untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Dia menikmati setiap suka dan duka
SURABAYA, Indonesia – Menjadi guru bagi Sukartiningsih bukan sekedar pekerjaan mencari penghasilan, namun sudah menjadi sebuah panggilan. Meski tak digaji, ia bersedia tetap mengajar anak-anak berkebutuhan khusus (SEN) di bekas lokasi Dolly di Surabaya, Jawa Timur.
Sore itu usai salat Ashar, Sukartiningsih atau akrab disapa Bu Nining datang paling awal dibandingkan murid-muridnya. Hal pertama yang dilakukannya adalah membersihkan karpet hijau yang akan digunakan sebagai alas belajar.
Sore itu, Nining tidak mengajar di sekolah formal, melainkan di kelompok belajar Nusantara Kita – yang baru berdiri pada tahun 2016.
Pasca penutupan lokalisasi Dolly, warga sekitar membersihkan dan menata dengan baik lingkungan sekitarnya, termasuk isu pendidikan anak. Yang mengherankan, ternyata banyak anak berkebutuhan khusus (retardasi mental) di bekas lokasi Dolly yang tidak terurus pendidikannya, kurang lebih 34 anak.
“Kasihan sekali anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat pendidikan. Bagaimana mereka bisa mandiri jika tidak bersekolah? Masih sulit bagi mereka yang bersekolah.”
Para orang tua ABK ini sengaja tidak menyekolahkan anaknya. Penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari kondisi perekonomian yang memprihatinkan hingga belum tersedianya Sekolah Luar Biasa (SLB) di wilayah sekitar. Maklum, jumlah SLB di Surabaya tidak sebanyak jumlah sekolah negeri.
Ada pula, menurut Nining, orang tua yang memilih hak asuh karena anaknya mengganggu kestabilan emosi.
Akhirnya tokoh masyarakat setempat Dolly sepakat untuk membuat ruang belajar nonformal bagi para ABK. Nining pun diminta membantu mereka belajar.
Nining sudah tidak asing lagi di lingkungan Dolly. Rumahnya hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Gang Dolly. Dia dulu mengelola sekolah tidak jauh dari lingkungan Dolly, tapi sekolah itu ditutup. Ia kemudian dibujuk untuk menjadi guru di SLB Benowo, Surabaya.
Atas permintaan masyarakat, Nining tak bisa menolak. Sekalipun dia mengetahuinya, dia tidak akan menerima bayaran atas pekerjaan tambahannya.
“Kasihan sekali anak-anak berkebutuhan khusus yang tidak mendapat pendidikan. Bagaimana mereka bisa mandiri jika tidak bersekolah? “Masih sulit bagi mereka yang bersekolah,” kata Nining kepada Rappler.
Senin hingga Sabtu, Nining mengajar setiap sore di Taman Belajar Nusantara Kita. Dia sebenarnya tidak sendirian. Ada satu guru lagi yang membantu. Selain dua guru tersebut, ada juga dua siswa yang membantu paruh waktu.
Taman Belajar Nusantara Kita awalnya menempati aula RW. Namun mereka pindah ke salah satu eks guest house di Dolly Alley yang dibeli Pemkot Surabaya. Meski sudah memiliki tempat permanen, bukan berarti semuanya akan berjalan mulus. Nining masih harus mengeluarkan uang pribadinya untuk membeli voucher listrik. Listriknya digunakan untuk menyalakan lampu dan kipas angin agar anak-anak tidak kepanasan.
Selain itu, Nining juga mengeluarkan uangnya sendiri untuk mendatangkan guru seni bagi anak-anaknya. “Ada mantan siswa tunanetra yang mengajar musik di sini setiap hari Rabu,” kata Nuning.
Jika semua orang berkumpul, jumlah anak bisa mencapai lebih dari 40. Karena selain anak berkebutuhan khusus, Taman Belajar Nusantara Kita juga menerima anak normal untuk menemani belajar, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah.
“Taman pembelajaran ini merupakan salah satu sekolah inklusi kecil, karena siswanya tidak hanya anak berkebutuhan khusus saja, tapi juga anak normal,” kata Nining.
Sore itu, belum banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang datang ke taman belajar. Nining sudah memahami hal ini. Sebab, merawat anak berkebutuhan khusus memerlukan kesabaran. Mereka biasanya akan datang ketika suasana hati mereka sedang baik. Apalagi taman belajar ini bukanlah sekolah formal yang harus Anda datangi setiap hari.
“Tapi tidak apa-apa. Ibarat merawat anak berkebutuhan khusus. Bersabarlah. “Yang penting mereka harus terus mengenyam pendidikan agar bisa mandiri,” kata Nining. —Rappler.com
BACA JUGA: