• October 13, 2024
Paris Saint-Germain vs Chelsea: Tenang, Barcelona masih jauh

Paris Saint-Germain vs Chelsea: Tenang, Barcelona masih jauh

Dua musim berturut-turut, kedua tim bentrok di Liga Champions. Musim lalu PSG menjadi pemenangnya. Bagaimana dengan kali ini?

JAKARTA, Indonesia – Nasib Paris Saint-Germain (PSG) di Liga Champions hampir seperti Manchester City. Ketika klub bangkit dengan dana investor asing yang besar, performa mereka buruk di Liga Champions. Dan salah satu alasannya sama: Harus bertemu Barcelona.

Hal itu dialami City saat berlaga di Liga Champions ketiganya pada musim 2013-2014. Setelah kalah dua kali di babak penyisihan grup, mereka lolos ke babak kedua untuk pertama kalinya. Namun kiprah mereka terhenti di tangan anak-anak Catalan dengan skor agregat 1-4.

Hal ini juga dialami PSG pada musim lalu. Usai menyingkirkan Chelsea (agregat 3-3), pasukan Laurent Blanc harus bertemu Barca di babak delapan besar. Sama seperti julukan klub Masyarakat Bahwa, gabungan skor kandang dan tandang kekalahan PSG sangat mencolok: 1-5.

Musim ini tim memiliki julukan Orang Paris Hal itu tidak perlu dikhawatirkan oleh Barca. Pasukan Luis Enrique akan menghadapi Arsenal pekan depan. PSG saat ini tinggal mengalahkan lawan di depannya: juara Inggris musim lalu, Chelsea, pada Rabu 17 Februari pukul 02:00 WIB dini hari.

Ini kali ketiga tim PSG dan Chelsea bertemu dalam tiga musim berturut-turut. Kedua rekor tersebut sama kuatnya. Dalam empat laga, PSG dan Chelsea sama-sama meraih kemenangan, sedangkan dua laga sisanya berakhir imbang.

Namun musim ini, Chelsea bukanlah tim yang sama. Pada dua edisi Liga Champions sebelumnya, tim tersebut mendapat julukan tersebut Biru itu ditangani oleh Jose Mourinho. Faktor manajer asal Portugal itu juga yang membuat pertemuan mereka di musim 2013-2014 berakhir dengan lolosnya Chelsea ke babak kedelapan delapan besar.

Musim ini klub yang bermarkas di Stamford Bridge itu sedang mengalami gejolak. Mereka turun ke posisi 12 klasemen Liga Inggris. Dengan manajer pengganti Mourinho, Guus Hiddink, Chelsea hanya berhasil meraih tiga kemenangan dalam 9 pertandingan liga.

PSG bisa memanfaatkan performa goyah ini untuk mengalahkan klub milik raja Rusia Roman Abramovich. Apalagi laga akan digelar di kandangnya, Parc des Princess.

PSG bisa lebih fokus ke Liga Champions

Performa PSG di Ligue 1 berbanding terbalik dengan performa Chelsea. Diakuisisi oleh Otoritas Investasi Qatar (QIA), klub ini benar-benar dominan di kancah lokal. Mereka memimpin klasemen dengan selisih 24 poin dari peringkat kedua AS Monaco.

PSG menguasai puncak klasemen Ligue 1 sejak pekan ketiga dan tak pernah turun hingga saat ini (pekan ke-26). Faktanya, tidak ada satu pun klub di negara penghasil wine yang bisa mengalahkan mereka.

Dengan situasi di level domestik yang sangat stabil, PSG akan sangat fokus ke Liga Champions. Hasil imbang tanpa gol melawan Lille pada 13 Februari tak akan mengganggu fokus mereka. Padahal, di laga domestik kali ini, mereka tak ngotot ingin menang.

Beberapa pemain sengaja ditahan oleh pelatih Blanc. Zlatan Ibrahimovic tidak dipasang. Posisinya digantikan oleh Edinson Cavani sebagai striker utama. Angel Di Maria berperan sebagai sayap tertinggal digantikan Lucas Moura pada menit ke-63.

Faktanya, posisi sayap Sisi kanan yang biasa ditempati Cavani diisi oleh Jean-Kevin Augustin yang masih berusia 18 tahun.

Begitu pula lini tengah. Paket trio lini tengah Marco Verratti, Javier Pastore dan Blasé Matuidi tidak tampil. Verrati bergantian dengan Pastore sementara Matuidi dengan gelandang berusia 20 tahun Adrien Rabiot.

Peran menyerang Verrati biasanya diserahkan kepada gelandang cadangan Benjamin Stambouli bahkan di awal pertandingan.

Singkatnya, PSG benar-benar mempersiapkan fokusnya ke Chelsea. Kebugaran pemain lebih terjaga. Mereka akan lebih mampu menggunakan seluruh energinya untuk hadir kaki pertama ini Dengan begitu, tugas mereka di Stamford Bridge akan lebih mudah.

Di sisi lain, banyaknya daftar cedera akan menyulitkan Chelsea. Mereka kehilangan John Terry karena cedera. Penggantinya, Kurt Zouma, tidak bisa tampil karena alasan yang sama.

Hiddink harus mengubah komposisi pemainnya. Bek kanan Branislav Ivanovic bisa dipindahkan sebagai bek tengah. Posisinya bisa digantikan oleh Cesar Azipilicueta yang biasa berposisi sebagai bek kiri. Baba Rahman akan mengisi kekosongan Azpi.

“Liga Champions adalah liga besar. Apapun yang terjadi, kami merasa sangat percaya diri menghadapinya,” ucapnya Hiddink.

Masalah PSG hanya mental. Chelsea jelas lebih unggul dalam menangani tekanan tampil di Eropa. Klub ibu kota Prancis itu belum pernah menjuarai Liga Champions. Prestasi maksimal mereka di ajang klub kontinental biru hanya Piala Winners pada 1995-1996. Itupun UEFA sudah meniadakan ajang ini sejak 1998-1999.

Chelsea jelas lebih baik. Sejak era Roman Abramovich pada 2003, mereka sudah satu kali menjuarai Liga Champions (2011-2012), delapan kali mencapai semifinal, dan dua kali tampil di final.

Verratti pun merasakan tekanan itu. Gelandang asal Italia itu merasa risih tampil sebagai favorit. “Agak menakutkan menjadi underdog dalam pertandingan ini,” katanya ESPN.

Ia yakin Chelsea dan PSG sama-sama difavoritkan. Tidak ada seorang pun yang lebih unggul. “Chelsea buruk di liga. “Tetapi justru karena itu, satu-satunya ajang bagi mereka untuk bermain keras adalah Liga Champions,” ucapnya.

Blanc mengatakan hal yang sama. “Fokus mereka hanya pada liga ini. Guus Hiddink adalah pelatih berpengalaman yang memenangkan Liga Champions. Saya pikir peluang kami sama. “Tergantung siapa yang bisa membuat perbedaan di lapangan,” ujarnya.—Rappler.com

BACA JUGA:

Data SDY