Partai pendukung pemerintah harus mengusung calon yang sama pada pilkada
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, mengunjungi Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Senin, 21 November, di Istana Negara.
Dalam pertemuan tersebut, mereka membahas dua isu nasional terkini termasuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017.
“Kami juga membahas hal-hal terkait pilkada. Pilkada ini akan dilaksanakan di 101 kabupaten, kota, dan provinsi, tidak hanya di Jakarta, kata Jokowi dalam konferensi pers usai pertemuan.
“Menang atau kalah dalam pilkada adalah sesuatu yang lumrah. “Yang terpenting calon harus saling menghargai, saling menghargai karena kita bersaudara,” ujarnya.
Isu seputar Pilkada DKI Jakarta memanas belakangan ini setelah Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dituding melakukan penodaan agama Islam. Cuplikan video Ahok mengutip Surat Al-Maidah ayat 51 beredar di media sosial pada September lalu saat berpidato di hadapan warga Kepulauan Seribu.
Gubernur petahana dituduh menghina Islam. Ribuan umat Islam turun ke jalan pada tanggal 14 Oktober menuntut Ahok diadili, disusul dengan Aksi Bela Islam jilid II pada tanggal 4 November.
Setelah melalui pemeriksaan Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penodaan agama pada 16 November. Dia tidak ditahan, tapi dilarang bepergian ke luar negeri.
Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) berencana kembali menggelar Aksi Bela Islam jilid III pada 2 Desember dengan koordinator aksi.
Menanggapi situasi saat ini, Megawati yang mengaku berbicara dalam kapasitasnya sebagai Presiden ke-5 RI, bukan sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, mengatakan Indonesia adalah negara hukum yang harus dipatuhi oleh warga negaranya.
“Pilkada ini sudah berlangsung lama. Cuma sekarang ada yang menurut saya memang diciptakan untuk mengatur pilkada di Jakarta. “Kita harus mengurusnya sendiri,” kata Megawati.
“Ketika saya melihat pada tanggal 4 November, terlihat jelas bahwa banyak orang yang tidak mengerti diikutsertakan. “Terus dikatakan dari awal damai, akhirnya semua orang melihat ada yang mencoba memperburuk keadaan,” ujarnya.
Aksi Bela Islam jilid II kemudian diikuti ratusan ribu umat Islam, tidak hanya dari Jakarta dan sekitarnya, namun juga dari luar daerah. Aksi unjuk rasa yang bermula usai salat Jumat yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat itu berlanjut damai hingga malam hari.
Terjadi kerusuhan di depan Istana Merdeka sebelum pukul 20.00 WIB. Polisi kemudian menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa, yang membalasnya dengan membakar mobil petugas.
Jokowi kemudian menggelar konferensi pers pada tengah malam. Dalam kesempatan itu, dia menyebut kericuhan terjadi karena “didorong oleh aktor politik”, meski tak merinci siapa yang dimaksud.
Hal itu kembali diungkapkannya usai bertemu Megawati hari ini.
“Padahal, setiap pilkada, suhu di mana-mana biasanya hangat. Dinamikanya pasti lebih tinggi dari kondisi normal. Jadi ini juga merupakan dinamika yang normal. Namun ada yang memanfaatkan untuk kepentingan lain, ada pula aktor politik yang memanfaatkan keadaan.
“Bagiku itu biasa saja. Namun yang penting sekali lagi adalah tidak merugikan NKRI. Jangan melemahkan Bhinneka Tunggal Ika kita. Jangan berhenti meremehkan Pancasila. Itu prinsipnya,” ujarnya.
Jokowi akan bertemu dengan para ketua umum partai politik
Untuk memastikan situasi tetap kondusif selama musim kampanye hingga hari pemilu 15 Februari 2017, Jokowi menyatakan akan melakukan safari politik.
“Saya juga meminta Presiden mengadakan pertemuan antar ketua umum (parpol). Seperti kemarin saya bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar. Lalu mungkin dalam beberapa hari saya akan bertemu dengan berbagai pihak yang mendukung presiden. “Ini permintaan saya padanya,” kata Megawati.
Pada Minggu, 20 November, Megawati menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto untuk membahas persoalan tersebut.
PDIP dan Golkar menjadi partai pendukung pencalonan Ahok pada Pilkada 2017, selain Partai Nasdem dan Partai Hanura.
Situasi politik saat ini sendiri telah berubah sejak pencalonan Jokowi sebagai presiden pada tahun 2014. Partai-partai yang dulu berseberangan kini berubah haluan, seperti Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sekarang mereka telah mengumumkan bahwa mereka akan mendukung presiden di pemerintahan.
Namun pada Pilkada DKI Jakarta 2017, ketiga partai mengusung calon yang berbeda dengan PDIP. Mereka mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dengan Partai Demokrat.
“Kemarin saya bertemu dengan Pak Nov (Ketua Partai Golkar Setya Novanto), sebagai partai yang bergabung nanti, tentunya juga harus bisa memperkuat manajemen pemerintahan,” kata Megawati.
“Wajar saja bagaimana dengan PAN, PPP, PKB yang saat ini kalau kita tahu, ikut dalam pilkada dengan calon yang berbeda-beda. Padahal saya dulu sudah bilang, alangkah baiknya kita bersatu untuk memperkuat pemerintahan, sehingga kita juga harus bisa bersinergi dalam pilkada yang ada, ujarnya.
“Tetapi itu adalah hak partai untuk menentukan hal-hal seperti itu.”
Saat ditanya wartawan apakah akan bertemu dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, Jokowi hanya menjawab: “YAh, kita akan mengatur semuanya nanti.”
Jokowi sendiri dua kali bertemu dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Pertama di kediaman pribadi mantan rivalnya pada Pilpres 2014 di Hambalang, Jawa Barat, pada 1 November. Berikutnya, Prabowo – pemimpin Koalisi Merah Putih yang merupakan oposisi pemerintah – mengunjungi Jokowi di Istana pada 17 November.—Rappler.com