• September 22, 2024
Pasca bencana kebakaran hutan, kampanye untuk mendukung kelapa sawit menjadi semakin sulit

Pasca bencana kebakaran hutan, kampanye untuk mendukung kelapa sawit menjadi semakin sulit

Bagaikan setitik nila, sepanci susu rusak. Hal ini dialami oleh industri kelapa sawit Indonesia saat terjadi kebakaran hutan besar-besaran. Eropa adalah negara yang paling sulit diyakinkan.

Mendengarkan penjelasan mengenai situasi dan tantangan yang dihadapi industri kelapa sawit bukanlah hal baru bagi saya. Namun mendengarkan pendapat sejumlah pihak pada Konferensi Minyak Sawit Eropa (EPOC) yang berlangsung di Milan pada Kamis 29 Oktober memberikan informasi terkini.

Konsumen di negara-negara Eropa dan Amerika termasuk yang paling kritis terhadap penggunaan minyak sawit dalam konsumsi sehari-hari. Bahkan, setiap hari mereka menggunakan sabun mandi yang sebenarnya juga terbuat dari olahan minyak sawit. Pandangan bahwa minyak sawit tidak sehat dan menyebabkan kanker membuat sejumlah pihak melancarkan kampanye menentang industri kelapa sawit.

Keadaan diperparah dengan krisis rokok akibat kebakaran hutan yang terjadi setidaknya selama tiga bulan terakhir. Media asing mencatat krisis asap akibat kebakaran hutan di Indonesia tahun ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah.

Pemerintah telah menyeret sejumlah perusahaan ke tuntutan hukum atas tuduhan mereka membakar hutan. Beberapa di antaranya adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit.

“Kalau ada perusahaan terkait sawit yang terlibat, itu harus dibuktikan secara hukum. “Jangan jadikan seluruh industri sawit menjadi korban,” kata Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPS).

Bayu menjadi pembicara utama mewakili Indonesia pada konferensi kelapa sawit di Milan. Melalui BPDPS dan sejumlah perusahaan swasta, Indonesia berupaya meyakinkan masyarakat di Eropa agar tidak memusuhi produk sawit asal Indonesia.

Nomor Ekspor minyak sawit Indonesia ke Eropa sebenarnya tidak besar yaitu 3,5 juta hingga 4 juta ton per tahun dari total 21,67 juta ton ekspor minyak sawit dan turunannya.

Masalahnya, Eropa sedang gencar melakukan kampanye anti sawit, terutama karena alasan kesehatan, kata Bayu.

Mario Piccialuti, Direktur Jenderal AIDEPI, asosiasi produsen minyak sawit di Italia, menjelaskan bagaimana kampanye menentang minyak sawit dilakukan di Eropa, termasuk di Italia.

“Hal ini disebabkan kurangnya informasi, misalnya hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan penggunaan minyak sawit dapat menyebabkan penyakit kanker, termasuk gangguan kesehatan jantung,” kata Piccialuti.

Pendapat Piccialuti didukung oleh Presiden Euro Fed Lipid Gerrit van Duijn yang telah meneliti dengan cermat kandungan nutrisi minyak sawit.

Eva Alessi, Head of Sustainable Development WWF Italia, mengakui sulitnya menghilangkan peran industri kelapa sawit dalam kebutuhan minyak nabati (minyak goreng) dan produk turunan lainnya.

“Yang salah bukan sawit dan turunannya. “Yang perlu digarisbawahi adalah proses produksinya harus memenuhi standar kelestarian lingkungan,” kata Alessi.

Bayu dan pembicara dari Malaysia, Kalyana Sundram, menggarisbawahi bahwa sebagian besar perusahaan kelapa sawit di Indonesia telah memenuhi standar produksi berkelanjutan.

“Seperti di Indonesia, industri perkebunan kelapa sawit di Malaysia juga menjadi tulang punggung pengentasan kemiskinan di kalangan petani. Pendapatan petani yang terlibat dalam industri perkebunan kelapa sawit meningkat 2-7 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Anak-anaknya bisa bersekolah,” kata Sundaram.

Bayu memaparkan data, industri perkebunan kelapa sawit menggunakan lahan seluas 8-10 juta hektar atau setara kurang dari 4 persen luas lahan Indonesia. Sebanyak 40 persen pekebun kelapa sawit di Indonesia adalah petani kecil.

“Perusahaan kelapa sawit dapat dengan mudah ditunjuk untuk memenuhi standar internasional. Yang lebih sulit adalah mendorong petani kecil untuk melakukan hal yang sama. “Ini yang kita lakukan, dan mari kita dukung bersama,” kata Bayu.

Pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah mengeluarkan peraturan tentang persentase minyak biodiesel yang harus dicampur ke dalam minyak fosil yang digunakan di berbagai sektor. PT Garuda Indonesia, maskapai penerbangan nasional, akan mulai menggunakan bahan bakar campuran biodiesel pada tahun 2016.

“Kami juga telah menetapkan peraturan yang mewajibkan seluruh perusahaan kelapa sawit untuk mematuhi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang telah diterapkan di semua industri sejak 1 Januari 2015. “Kami adalah negara pertama di dunia yang melakukan hal ini,” kata Bayu.

Apakah kampanye yang dilakukan tim Indonesia di Eropa berhasil?

Pasca bencana kebakaran hutan, kampanye ini semakin sulit dilakukan. Sinyal positifnya sudah ada. Peserta EPOC 2015 di Klima Hotel, Milan, disuguhi makan siang dengan berbagai menu, baik sayuran maupun seafood yang diolah dengan minyak sawit.

Makanan tersebut terjual habis karena rasanya yang enak, dan ratusan peserta sepertinya mendapatkan informasi yang benar mengenai kelapa sawit. —Rappler.com

BACA JUGA:

Nomor Sdy