Pekerjaan rumah menjadi penghalang Ridwan Kamil pindah ke Jakarta
- keren989
- 0
BANDUNG, Indonesia — Ridwan Kamil menolak sejumlah dukungan untuk mencalonkan dirinya sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada pemilihan kepala daerah tahun 2017. Alasannya, Ridwan ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Wali Kota Bandung hingga masa jabatannya berakhir pada tahun 2018. Ia ingin semua program yang ia rancang bisa terealisasi sebelum ia pensiun.
Kesimpulannya saya mencalonkan diri di Jakarta, tapi tidak sekarang, yakni tidak ikut calon Gubernur DKI 2017. Pertimbangan terbesarnya hanya satu, tugas saya belum selesai di periode pertama (sebagai Walikota Bandung),” kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu. ucapnya saat jumpa pers di Balai Kota Bandung, Senin, 29 Februari.
Selama dua tahun menjabat, Ridwan mengungkapkan, banyak prestasi yang diraih Kota Bandung. Antara lain, kinerja birokrasi yang pada tahun 2013 menduduki peringkat ratusan, saat ini menduduki peringkat pertama nasional untuk akuntabilitas kinerja.
//
Selain itu, transparansi publik naik dari peringkat 17 ke peringkat 2, pelayanan publik yang mendapat rapor merah oleh Ombudsman pada tahun 2013 kini berada di peringkat ke-4, dan pengangguran turun dari 10 persen menjadi 6 persen. Piala Adipura kembali diraih setelah 17 tahun puasa gelar.
“Tapi Bandung tidak sempurna. Kalau ada yang bilang Bandung sudah selesai, ya sudah terlalu banyak pekerjaan. “Tapi kalau dibilang Bandung tidak ada kemajuan, itu bohong,” ujarnya.
Ridwan menyadari masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya. Dua pekerjaan yang saat ini menjadi prioritas adalah mengatasi kemacetan dan banjir.
“Masih banyak yang harus saya lakukan, pengurangan banjir dan kemacetan masih menjadi prioritas. “Mudah-mudahan bisa selesai dalam sisa 2,5 tahun,” ujarnya.
(BACA: Pernyataan lengkap Ridwan Kamil tidak sampai ke Jakarta)
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung Kamalia Purbani membenarkan salah satu prioritas pembangunan di Kota Bandung adalah mengatasi permasalahan kemacetan dan banjir.
Untuk mengatasi kemacetan, Pemerintah Kota Bandung telah memiliki sejumlah program pembangunan infrastruktur dan moda transportasi massal. Namun Kamalia mengaku program tersebut tidak terlaksana karena menemui sejumlah kendala.
“Beberapa kegiatan masih terkendala pendanaan. Sebagai solusinya, Pemerintah Kota Bandung membentuk unit khusus yang menangani kerja sama pemerintah-swasta, kata Kamalia kepada Rappler, Selasa, 1 Maret.
Berikut beberapa program prioritas Ridwan Kamil yang belum rampung;
Mengatasi kemacetan
1. Trans Metro Bandung (TMB)
Moda transportasi bus ini mulai beroperasi pada tanggal 22 Desember 2004 dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan di Kota Bandung.
Trans Metro Bandung (TMB) mengoperasikan koridor pertama yakni Cibeureum-Cibiru sepanjang 16 km dilengkapi 16 halte. TMB ini merupakan proyek kerjasama antara Pemerintah Kota Bandung dan Perum II DAMRI Bandung dalam menyediakan layanan transportasi massal yang murah, nyaman dan aman.
Pada tahun 2016, Pemerintah Kota Bandung mengalokasikan dana sebesar Rp2 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung untuk operasional jasa angkutan TMB koridor Cicaheum-Cibereum dan Cicaheum-Sarijadi yang dicairkan melalui tahap lelang dengan masa operasional satu tahun. Rencananya Pemkot Bandung akan membangun sebanyak 11 koridor TMB.
Sayangnya, proyek tersebut dinilai tidak berjalan sesuai rencana sehingga menyebabkan Ridwan memecat Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, Ricky Gustiadi, pada awal tahun ini.
2. Kereta gantung
Pemerintah Kota Bandung juga berencana membangunnya kereta gantung atau kereta gantung untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Moda transportasi ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
Rencana pembangunan kereta gantung disebut juga angkat udara Hal itu sebenarnya sudah digulirkan oleh Wali Kota Bandung sebelumnya, Dada Rosada. Bahkan, Dada bahkan meresmikan peletakan batu pertama atau perintis di Kawasan Pasteur, pada 12 Juni 2014.
Rutenya melintasi gerbang tol Pasteur kolam renang Cipaganti Travel dan berakhir di Paris van Java Mall di Jalan Sukajadi. Namun masa depan proyek ini belum jelas karena Dada Rosada dijebloskan ke penjara karena terlibat kasus korupsi.
Proyek kereta gantung ini dihidupkan kembali oleh Ridwan dengan konsep berbeda. Rutenya sepanjang 800 meter dari Stasiun Dago hingga Cihampelas melewati Lembah Babakan Siliwangi.
Proyek senilai 8 juta euro ini akan menyediakan sekitar 60 kabin yang mampu menampung 2.400 penumpang per jam. Proyek kereta gantung kini telah selesai studi kelayakan dan akan melanjutkan proses lelang. Namun realisasi proyek ini masih terganjal regulasi.
“Untuk kereta gantung “Kami masih dalam proses pembahasan regulasinya karena jalur tersebut harus mendapat rekomendasi dari Pemprov Jabar sebelum ditetapkan Kementerian Perhubungan,” kata Kamalia.
3. Transportasi kereta api ringan (LRT)
Mobil cepat atau transportasi kereta api ringan (LRT) diharapkan dapat menjadi alternatif solusi kemacetan di Kota Bandung. Rencana pengembangan transportasi massal modern berlanjut dengan kerja sama dengan perusahaan asal Singapura, Singapore Mass Rapid Transit (SMRT), yang berpeluang menggarap pembangunan LRT Koridor I (Babakan Siliwangi-Leuwipanjang). Pemerintah Kota Bandung mengarahkan pengerjaan proyek tersebut dimulai tahun ini.
Pembangunan LRT Koridor I diharapkan selesai bersamaan dengan proyek LRT Koridor II (Gedebage-Cimindi) yang dikerjakan konsorsium Mobil cepat Indonesia-Tiongkok (KCIC). Untuk merealisasikan proyek senilai investasi 260 juta dollar AS ini, Pemkot Bandung bekerja sama dengan pihak swasta atau publik kemitraan swasta (PPP) dengan jangka waktu 20 tahun.
“LRT sedang mempersiapkan lelang investasi,” kata Kamalia.
4.Bandung Skywalk
Proyek Jembatan Penyeberangan Langit atau Bandung Skywalk sempat tertunda sekitar satu tahun. Tahun ini, proyek tersebut kembali diluncurkan oleh Pemerintah Kota Bandung. Rencananya proyek pembangunan Bandung Skywalk tahap pertama akan dilaksanakan pada April tahun ini.
Jembatan penyeberangan orang akan dibangun melayang di atas atau di pinggir jalan. Tahap pertama berupa jembatan sepanjang sekitar 500 meter yang akan dibangun di Jalan Cihampelas, dari RS Advent hingga Hotel Promenade Bandung. Jalan Cihampelas memang macet karena menjadi tujuan wisata.
Proyek Bandung Skywalk tahap pertama seharusnya sudah dibangun pada tahun 2014 oleh Pemerintah Kota Bandung.
5. Pembangunan ‘jalan menyelam’ dan ‘lalat’
Selain menyediakan moda transportasi massal, Pemkot Bandung akan membangun sejumlah jalan layang dan terowongan untuk mengatasi kemacetan. Tahun ini, Pemkot Bandung menargetkan membangun 5 proyek jalan kereta bawah tanah Dan jembatan layang.
Proyek pertama adalah Jalan Tol Intra Urban Bandung (BUTR) jalur Pasteur-Cileunyi yang dilanjutkan dengan pembangunan jembatan layang Antapani, jembatan layang Soekarno-Hatta menghubungkan Kopo-Buahbatu, dan kereta bawah tanah Cibiru. Proyek ini akan dimulai pada bulan April tahun ini.
Menangani banjir
1. Sumur resapan
Untuk mengatasi banjir Cileuncang, Pemerintah Kota Bandung mencanangkan program Gerakan 1 Juta Lubang Biopori yang dimulai pada tahun 2013. Namun program tersebut dinilai tidak berhasil oleh sejumlah pihak. Upaya tersebut dilanjutkan dengan program 10 ribu sumur resapan di berbagai lokasi banjir Cileuncang.
Untuk tahap awal, Pemkot Bandung membangun 222 sumur resapan mulai November 2015. Lubang resapan berdiameter 60 sentimeter dan kedalaman empat meter ini akan menyerap kelebihan air saat hujan deras datang. Pembangunan sumur resapan difokuskan di titik banjir yakni Pagarsih, Gedebage, Pasteur, Surapati, Cinambo, Panyileukan, dan beberapa ruas lainnya. Untuk membangun sumur resapan, Pemkot Bandung menyiapkan dana sebesar Rp900 juta yang bersumber dari APBD 2015.
2. Danau retensi
Upaya lain yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung untuk mengatasi banjir adalah pembuatan danau retensi (waduk). Salah satunya akan dibangun di kawasan Jalan Sersan Bajuri atau sekitar 1 kilometer dari Terminal Ledeng di Jalan Setiabudi. Danau ini nantinya akan mencegah banjir di kawasan Bandung Utara.
Di tempat ini terdapat lahan seluas 3 hektar yang merupakan aset Pemerintah Kota Bandung. Saat ini lahannya sepi dan berupa rawa. Pemkot Bandung berencana mengucurkan dana kurang lebih Rp 10 miliar yang sumbernya dari APBD Kota Bandung. Dana sebesar itu akan digunakan untuk membangun danau dan fasilitas pendukung lainnya. Danau buatan tersebut diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata.
Selain Sersan Bajuri, juga akan dibuatkan telaga retensi di kawasan Gedebage untuk mengatasi banjir Cileuncang, khususnya di Sungai Cinambo. Pembuatan danau seluas 10-30 hektar ini melibatkan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU Pera) serta Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Selain untuk mengatasi banjir, danau ini akan menjadi kolam penyimpan, konservasi dan pemanfaatan air. Rencananya akan dibangun masjid terapung di tengah danau.
Pembuatan danau raksasa ini sudah digarap sejak tahun 2014, namun hingga kini belum terealisasi. —Rappler.com
BACA JUGA: