Pemerintah akan mengevaluasi izin masuk kapal ke Raja Ampat
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Perusahaan pemilik kapal, Noble Caledonia, telah meminta maaf atas kerusakan terumbu karang di Radja Ampat dan siap memberikan kompensasi.
JAKARTA, Indonesia – Menyusul kejadian kapal Caledonian Sky menabrak gugusan terumbu karang di Raja Ampat pada 4 Maret lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan kemudian melakukan evaluasi izin kapal berukuran besar. Salah satunya, sebuah kapal.
“Saya akan mengkonfirmasi detailnya ‘yang boleh dan tidak boleh dilakukanterserah,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti Poerwadi saat memberikan siaran pers di Jakarta, Rabu, 15 Maret.
Berdasarkan informasi yang dihimpun KKP, Brahmantya mendapat informasi Caledonian Sky bisa memasuki kawasan Raja Ampat dengan mendapat izin dari Syahbandar Pelabuhan Jayapura. Menurutnya, kapal berukuran sangat besar seperti Caledonian Sky seharusnya bersandar di Pelabuhan Sorong. Lalu, jika ada penumpang yang ingin menuju kawasan konservasi Raja Ampat bisa menggunakan perahu yang lebih kecil.
PKC juga menginginkan agar peraturan mengenai masuknya kapal ke dalam kawasan konservasi Raja Ampat ke depan dapat diterapkan secara ketat sehingga memiliki rincian yang jelas mengenai kapal mana saja yang diperbolehkan memiliki jalur tetap untuk keluar masuk kawasan tersebut.
Hitung nilai kerugiannya
Sementara itu, rusaknya terumbu karang di Raja Ampat bisa berdampak pada sektor pariwisata di sana, terutama dari sisi pendapatan. Kawasan Raja Ampat sudah lama dikenal sebagai kawasan favorit para penyelam untuk mengamati keindahan terumbu karang.
“Efek penggandaada banyak. “Kami akan evaluasi pendapatan dari sektor pariwisata yang dominan,” kata Brahmantya.
Saat ini, PKC bersama gugus tugas gabungan terus menghitung jumlah kerugian dan tingkat kerusakan akibat kejadian tersebut. Hasil penelitian awal menunjukkan luas kerusakan mencapai sekitar 1.600 meter persegi. Mereka membutuhkan data tersebut sebagai dasar untuk mengajukan kompensasi dan biaya rehabilitasi karang yang rusak.
Selain itu, gugus tugas juga mempertimbangkan jenis pendekatan yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika salah satu keputusannya mengharuskan ekstradisi atau mutual legal assistance (MLA), maka perlu bantuan Kementerian Luar Negeri.
“Kami sekarang tinggal melihat apakah akan ada ganti rugi dari segi perdata dan pidana. Sebab, nakhoda kapal yang bersangkutan juga melanggar hukum. “Jika gugus tugas kementerian terkait dapat mengumpulkan cukup bukti, maka dapat ditentukan pendekatannya apakah dari sisi perdata atau pidana,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir saat berbicara, Rabu. 15 Maret di Jakarta. .
Koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri diperlukan untuk memfasilitasi komunikasi dengan negara mitra yaitu Filipina dan Inggris. Saat ini, Kapten Keith Michael Taylor masih berada di Filipina setelah berlayar selama 16 malam dari Papua Nugini.
Permintaan maaf Kaledonia yang Mulia
Sementara itu, perusahaan pemilik kapal, Noble Caledonia, meminta maaf melalui keterangan tertulis atas kejadian yang menyebabkan kerusakan terumbu karang di Raja Ampat. Managing Director, Tim Cochrane mengaku siap membantu pemerintah Indonesia untuk memberikan kompensasi.
“Kami akan memberikan kompensasi penuh dan saat ini sedang berdiskusi dengan pemerintah Indonesia untuk mencari solusi yang realistis,” kata Noble Caledonia dalam situs web resmi mereka.
Mereka juga akan bekerja sama dengan ahli terumbu karang untuk membantu menilai kerusakan yang ditimbulkan kapal Caledonian Sky. Perusahaan mengatakan Kapten Taylor adalah kapten berpengalaman dan salah satu yang terbaik.
“Selama 25 tahun mengoperasikan tur jenis ini, Kaledonia Mulia tidak pernah mengalami kecelakaan,” kata mereka.
Sebagai penyedia jasa pelayaran ke lokasi tertentu, Noble Caledonia mengaku selalu berupaya membangun hubungan dengan seluruh warga sekitar dan lingkungan alam.
“Kami juga akan mengirimkan tim ekspedisi untuk membantu proses kebangkitan,” kata mereka lagi. – dengan laporan Santi Dewi, ANTARA/Rappler.com