• October 13, 2024
Pemuda Syiah Sampang: Saya Tak Berani ‘Mualaf’

Pemuda Syiah Sampang: Saya Tak Berani ‘Mualaf’

‘Kami bingung disuruh bertobat. Konversi seperti apa?’

JAKARTA, Indonesia — Sebelum pengungsi Ahmadiyah di Bangka diusir dari kampung halamannya, para pengungsi Syiah di Sampang sudah lebih dulu mengalami trauma mendalam setelah rumah mereka dibakar di Blu’uran dan Nangkernang, Madura.

Komunitas Syiah Sampang mendapat intimidasi demi intimidasi sejak tahun 2011. Puncaknya pada 26 Agustus 2012, mereka terpaksa mengungsi ke gedung olahraga di Sampang.

Pada tahun 2013, pemerintah memutuskan untuk merelokasi mereka dari Madura ke sebuah kompleks apartemen di Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Sidoarjo.

Muhammad Zaini, pemuda Sampang yang mengikuti guru spiritual Syiah Sampang, Ustadz Tajul Muluk, sejak tahun 2006 mengatakan, tinggal di pengungsian selama tiga tahun merupakan masa terberat dalam hidupnya.

Tapi bukan itu yang mengganggunya. Yang membekas di hatinya adalah ketika pemerintah dan otoritas setempat memintanya untuk “mualaf”. Ia mengaku tak berani “mualaf”.

Apa alasannya? Rappler mewawancarai Zaini pada Senin, 15 Februari kemarin seusai mengikuti pembahasan Kaukus Pancasila di Gedung DPR RI.

Setelah tiga tahun terakhir, bagaimana kondisi pengungsi Syiah Sampang di sana?

Kondisinya tidak berbeda dengan saat pertama kali dievakuasi hingga saat ini, mereka hanya menjalani kehidupan normal.

Pemerintah, baik pusat, daerah, serta pihak lain masih belum jelas.

Sampai saat ini, siapa yang membiayai hidup?

Untuk biaya hidup, pemerintah telah memberikan tunjangan hidup per orang sebesar Rp709.000 untuk satu bulan hidup sejak awal.

Bagaimana negosiasi terakhirnya, masih stuck mau mudik?

Tetap. Permintaan yang paling mendasar dan paling diinginkan adalah repatriasi.

Sejauh mana skenario repatriasi yang direncanakan pemerintah? Mengapa tidak ada proses selama tiga tahun? Gambaran repatriasi ini pun sempat ambigu bagi teman-teman di sana.

Aku sendiri tetap atas permintaan teman-temanku di sana: Pulanglah.

Sampai saat ini kami masih menghormati proses upaya yang dilakukan pemerintah.

Sudahkah Anda merayakan Idul Fitri di Sampang dalam tiga tahun? Atau ada keluarga dari Sampang yang berkunjung?

Sampang tidak pernah berkunjung, bahkan ada larangan dari pihak kepolisian. Ada juga ketakutan. Anggota keluarga di Sampang juga dilarang menemui kami.

Pasalnya, selain larangan dari pihak kepolisian, masih ada oknum oknum yang berkeliaran di sana, ditambah adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia di sana tentang Ustadz Tajul Muluk yang menjadi acuan Ketua Hakim PN Sampang. .

Hal paling mendasar inilah yang menjadi acuan pemerintah untuk melarang pengungsi Syiah kembali ke Sampang.

Ada Tawaran Syiah Keluar atau Mualaf, Responnya?

Menurut mereka, seperti apa konversi itu? Tak perlu dikatakan, harus ada pertobatan, apa yang mereka lakukan selama ini? Saya rasa saya tidak berani bertobat.

Karena apa? Sebab tidak ada perbedaan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah yang dikatakan Sunni. Apa perbedaan di antara keduanya?

Mengapa saya tidak berani mengatakan ada perbedaan? Karena kita shalat menghadap kiblat ke barat, maka kita menjalankan rutinitas shalat lima waktu, dan juga melakukan hal-hal lain seperti shalat magrib. Semua kegiatan yang dilakukan oleh kaum Sunni antara lain tahlilan, ziarah kubur.

Ketika kita diminta untuk bertobat, pertobatan itu seperti apa?

Lalu apa perbedaan antara Syiah dan Sunni?

Sama seperti yang dikatakan nabi. Sunnah apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW? Makanya saya bingung kalau ada yang bilang ada perbedaan, karena setahu saya semua Syi’ah mengenal sahabat Nabi.

Hanya saja sikapKarena bahasa Syiah itu bahasa baru, katanya baru, padahal bukan bahasa baru.

Pertanyaannya tentang ajaran Tajul Muluk?

Ajaran Tajul Muluk juga tidak ada. Di Madura ada kyai, santri, lora (anak kiai), ada Gus.

Kita ini buta lho, sama seperti ketika Rasulullah datang (di masa jahiliah), lalu ada petunjuk menuju kebenaran. Rasulullah diutus untuk membawa manusia ke dunia cahaya.

Nah, ada orang-orang yang dianggap layak untuk dijadikan panduan. Tajul Muluk tidak ada di-nubuat sebagai bidadari, nabi, namun sebagai guru pengajian yang sering.

Dan di Madura, tidak jarang anak-anaknya disuruh pergi ke suatu tempat untuk mengaji.

Ini tradisinya, kenapa jadi masalah? Jadi kita bingung kalau disuruh taubat, taubatnya yang gimana?—Rappler.com

BACA JUGA:

SDY Prize