Pemutaran film dan diskusi gender di Surabaya dibatalkan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Film ‘Calalai: In Betweeness’ bercerita tentang perempuan maskulin dalam budaya suku Bugis
JAKARTA, Indonesia – Acara diskusi dan pemutaran film bertema Islam Indonesia dibatalkan di Surabaya. Pembatalan ini disinyalir karena kurangnya persetujuan dan tekanan dari pihak eksternal.
Koordinator Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jawa Timur, Aan Anshori mengatakan, panitia tiba-tiba membatalkan acara pada Rabu, 16 November.
Karena ada keberatan dari kelompok intoleran, kata Aan saat ditanya Rappler, Kamis, 17 November.
Diskusi rencananya akan dimulai pada pukul 18.30 WIB di auditorium Indonesia Francais Institute (IFI) Surabaya. Namun tempat itu sepi dan tidak terlihat tanda-tanda kejadian.
Selembar kertas putih bertuliskan “Acara malam ini telah dibatalkan” ditempel di pintu.
Film Calalai: Di antaranya yang disutradarai oleh Kiki Febriyanti berkisah kalalai, atau perempuan maskulin dalam budaya suku Bugis. Selama berabad-abad mereka menerima keragaman gender manusia yang terdiri dari lima jenis, yaitu Orion (pria), makkunrai (Wanita), kalalai (wanita dengan penampilan maskulin), kalabai (pria yang berpenampilan seperti wanita), dan bissu
Pertunjukan ini adalah bagian dari kampanye Suatu hari Suatu pertempuran, sebuah jaringan masyarakat sipil yang menggarap isu pemenuhan hak-hak dasar kelompok minoritas seksual. Aan sendiri akan memaparkan ulasan film tersebut dari sudut pandang Islam Indonesia.
“Saya sangat menyayangkan pembatalan tersebut. “Ini sebuah anugerah yang pahit manis, apalagi bertepatan dengan Hari Toleransi Internasional,” kata Aan.
Ia merasa negara ini telah dikuasai oleh kelompok yang merampas hak masyarakat untuk berdiskusi dan berproses secara intelektual. Aparat hukum pun tampak tak berdaya menghadapinya. Aan memprotes keras tindakan intoleransi yang menyebabkan acara tersebut dibatalkan.
Masalah Persetujuan
Namun, Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Lily Dafar mengatakan, polisi tidak membatalkan acara tersebut. Pemilik lokasi yang tidak mengizinkan acara dengan alasan tidak mempunyai izin.
“Setelah mendapat informasi kejadian ini, kami melakukan pengecekan. “Sepertinya tidak ada izin untuk acara tersebut,” kata Lily.
IFI kemudian bertanya kepada panitia dan mendapat informasi bahwa acara tersebut belum mendapat izin.
Akhirnya acara tersebut dibatalkan karena pemilik tidak mau mengambil resiko. Seperti kemungkinan adanya pihak-pihak tertentu yang dikhawatirkan akan merusak atau membubarkan acara dengan cara kekerasan.
Diakui Lily, acara di IFI berpotensi mengundang pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan acara tersebut diadakan.
Panitia dan IFI sendiri belum memastikan penyebab sebenarnya. Pendiri GAYa Nusantara Dede Oetomo sebagai salah satu lembaga sponsor mengatakan, pihaknya sedang berkoordinasi.
“Nanti sore akan ada keterangan resmi. “Sejauh ini kami sepakat untuk belum berkomentar, harap bersabar,” kata Dede kepada Rappler. IFI sendiri tidak merespon panggilan atau pesan singkat yang dikirimkan.—Rappler.com