• November 29, 2024
Pendidikan agama dan pengetahuan yang seimbang efektif mencegah radikalisme

Pendidikan agama dan pengetahuan yang seimbang efektif mencegah radikalisme

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Jika anak-anak hanya diajarkan ilmu agama, maka teroris bisa merekrut mereka melalui keyakinannya

JAKARTA, Indonesia – Menjadi orang tua di abad ke-21 bukanlah tugas yang mudah. Mereka tidak boleh malas untuk mengupdate ilmunya di bidang teknologi.

Salah satu kemudahan yang mudah dinikmati generasi milenial adalah akses dunia maya. Sementara itu, menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen Polisi Suhardi Alius, teknologi justru berbahaya jika tidak ada pengawasan orang tua jika anak dibiarkan terus berinteraksi dengan internet.

Sebab dunia maya kerap dimanfaatkan teroris untuk merekrut pengikutnya. Biasanya mereka memanfaatkan media sosial untuk menjerat generasi muda.

Sementara itu, data yang dikutip Suhardi menyebutkan bahwa anak-anak SMA dan sederajat di Indonesia menghabiskan setidaknya tiga jam di depan gawai. Artinya, mereka berpotensi terjerat ajaran radikal melalui dunia maya.

“Generasi muda kita sepertinya sudah lupa jati diri, gara-gara gadget,” kata Suhardi saat ditemui usai mengikuti diskusi bertajuk “Radikalisme di Timur Tengah dan Pengaruhnya di Indonesia” di Kebayoran Baru, Sabtu, 22 Juli.” berpartisipasi.

Ia menyarankan agar dilakukan upaya preventif agar generasi muda tidak terpengaruh radikalisme. Di sinilah peran orang tua sangat penting. Ia meminta para orang tua tidak sembarangan memberikan gawai kepada anaknya dan membiarkannya begitu saja. Mereka diharapkan memantau konten apa saja yang dibuka anaknya.

“Di media sosial dan aplikasi ponsel, banyak kelompok yang belajar menebar teror. Contoh lainnya adalah grup (di aplikasi pesan singkat) Telegram yang mengajarkan cara membuat bom, membuat khilafah, dan sebagainya, ”ujarnya.

Para orang tua juga diimbau untuk jeli memantau tumbuh kembang anaknya. Jika ditemukan perubahan perilaku seperti anak lebih suka menyendiri, tidak suka bersosialisasi dan bertindak eksklusif, orang tua disarankan untuk segera melakukan pendekatan sendiri pada anaknya.

Pelajari juga ilmunya

Dalam kesempatan itu, Suhardi juga mengkritisi para orang tua yang hanya fokus memberikan pendidikan agama kepada anaknya. Faktanya, pengetahuan umum dan kemampuan berpikir kritis pun tidak dilatih.

Suhardi menilai hal itu juga berbahaya. Karena dengan cara seperti ini anak akan mudah terjerumus pada ajaran agama yang belum tentu benar. Teroris biasanya merekrut anak-anak yang tidak kritis.

“Mereka akan menyebarkan ide-ide radikal dengan menyerang melalui keyakinan atau agama. Oleh karena itu, ilmu dan akhlak harus diberikan secara seimbang, ujarnya.

Jika anak kritis, maka ia tidak mudah diindoktrinasi menggunakan ajaran agama. Salah satunya, saat dirinya bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri. Alih-alih sekadar menerima ajakan untuk bunuh diri, anak tersebut justru akan meminta balik kepada perekrutnya.

“Kalau memang dia pintar, lalu dia diindoktrinasi dulu oleh say Azhari atau Nurdin M. Top saat itu, lalu yang diindoktrinasi bisa bertanya balik, ‘kenapa kamu tidak bunuh diri dengan bom dulu dan jemput bidadari. .’?” dia berkata. – Rappler.com

sbobet terpercaya