Pendukung Gus Dur melapor ke VOA Islam: Hentikan ‘bullying’ dia
- keren989
- 0
BANDUNG, Indonesia – Sekelompok masyarakat Jawa Barat yang menamakan dirinya anggota Nahdlatul Ulama (NU) melaporkan situs tersebut www.voa-islam.com terkait pemberitaan yang dinilai menyinggung dan menghina Abdurrahman “Gus Dur” Wahid.
Warga NU ini melaporkan situs tersebut ke Dewan Pers, Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia (Bareskrim Polri), Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Presiden RI pada Kamis, 19 November.
“Iya, kami resmi lapor ke pihak-pihak tersebut kemarin (Kamis),” kata Asep Hadian Permana, salah seorang wartawan, saat dihubungi Rappler.com, Jumat, 20 November.
Berjudul di berita Rizal Ramli: Apakah Gus Dur Wali Kesepuluh?Menurut Asep, ada unsur penghinaan, pelecehan, dan tulisan yang menyinggung SARA dan melukai hati pendukung mantan presiden keempat Indonesia itu.
Namun situs Voa-Islam kini sudah tidak bisa diakses.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menyebut sosok NU itu sebagai sosok kesepuluh dari sembilan wali atau Wali Songo.
Padahal, penulisan pasal tersebut, menurut Asep, sudah sesuai dengan kriteria dalam surat edaran Kapolri Badrodin Haiti tentang penanganan ujaran kebencian atau ujaran kebencian. Kebencian.
Berikut klarifikasi dan penjelasan Asep dalam siaran pers yang diterima Rappler.com terkait tulisan dalam artikel yang dinilai menghina dan menghina Gus Dur serta mengandung unsur SARA.
1. Abdurrahman alias ‘Si Dur’:
Pengarang kata “Si Dur” merupakan pendapat tendensius yang sengaja merendahkan harkat dan martabat seseorang. Dengan penggunaan kata “Si” ini ada maksud untuk merendahkan sosok Gus Dur karena selain klaim dengan kata “alias” dengan memilih ungkapan (Si) yang tidak biasa untuk digunakan, adalah penggunaan kata “Si” juga tidak pantas untuk mantan presiden, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.
2. Durahman menyukai uang:
Penggunaan “uang madu” mempunyai konotasi bahwa Gus Dur adalah orang yang money minded atau materialis. Asep mengatakan, pihaknya sangat tidak bisa menerima penggunaan kata tersebut karena menyinggung.
Dan jika dikaitkan dengan kalimat lanjutannya, “Oleh karena itu ia diusir oleh MPR” juga tidak ada kaitannya, karena pencopotan Gus Dur dari kursi presiden lebih karena masalah politik dan dua kasus yang disebutkan yaitu “Gerbang Bulog ” dan “Brunei-Gate” belum terbukti sah.
3. Konon, kantor PBNU di Jalan Kramat juga tak lepas dari sumbangan ‘taoke’ Tionghoa:
Kalimat tersebut secara keseluruhan, meski menggunakan awalan “diduga” dan dalam konteks penulisan opini, tetap memiliki dimensi yang luar biasa vulgar dan disengaja untuk merendahkan Gus Dur dan organisasi NU.
Logikanya, jika itu adalah opini yang ditulis oleh seorang penulis, editor harus menganggap kalimat tersebut mewakili fakta. Jika dimaksudkan sebagai berita, harus ada verifikasi terlebih dahulu sebelum kalimat tersebut ditulis.
4. Karya Durahman mencari ‘cheeking’ di kuburan para wali:
Penggunaan kata “mencari wangsit” meski diberi tanda kutip merupakan suatu penghinaan karena tradisi ziarah kubur dalam budaya Nahdlatul Ulama tidak mencari wangsit yang maknanya bersifat mistik dan berdimensi ketaatan kepada Tuhan.
Ziarah kubur merupakan bagian dari tradisi kegiatan ritual sosial di masyarakat dan tidak pantas membicarakan tujuan pribadi tanpa menyebutkan pendapat langsung dari pelakunya. Kata “wangsit” meski diberi tanda kutip tetap tidak mengubah arti lain kecuali arti harafiah dari wangsit itu sendiri.
Dengan kata lain digunakan dengan sengaja untuk memberikan kesan negatif.
5. Mungkin satu-satunya orang yang selalu mengingat Durahman sebagai ‘pahlawan’ hanyalah ‘take’ Tionghoa, warga Tionghoa dan kalangan sekuler, pluralis, liberal dan mungkin ateis termasuk Goenawan Muhamad. Tidak ada yang lain:
Pendapat ini ditulis bukan untuk menunjukkan alasan obyektif, namun sengaja untuk mendiskreditkan. Selain itu juga mendiskreditkan etnis Tionghoa/Tionghoa, termasuk tuduhan ateisme terhadap budayawan Goenawan Mohammad.
6. Durahman juga pernah melukai hati umat Islam dengan mengatakan Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling ‘pornografi’:
Kata-kata ini tidak tepat dan penuh fitnah. Sebab, isu ini sebelumnya telah diklarifikasi adanya bias penulisan atas ucapan Gus Dur.
Yang sempat dilontarkan Gus Dur adalah, jika kata alat kelamin dianggap pornografi, maka Alquran bisa disebut kitab pornografi. Penghilangan kalimat lengkap pembicara (Gus Dur) kemudian kerap dimanfaatkan kelompok seperti VOA Islam untuk mendiskreditkan Gus Dur.
7. Jombang, sebagaimana disebutkan Rizal Ramli, memang melahirkan tokoh-tokoh sejenis, seperti Abdurrahman Wahid, Nurcholis Madjid, dan MH. Ainun Najib :
Dengan membangun kesan bahwa Gus Dur adalah tokoh yang buruk melalui tulisan ini – kemudian dilanjutkan dalam penulisan dengan mencantumkan nama-nama tokoh lainnya – jelas kami ingin mengatakan bahwa Jombang adalah daerah yang terkenal dengan tokoh-tokoh buruk yang melahirkan (dari Tipe yang sama).
Apa yang disampaikan Rizal Ramli berbeda dengan maksud artikel tersebut. Isi kata regionalisme merupakan bagian dari persoalan sara.
Menurut Asep, apa yang tertulis pada artikel di kolom Opini Editor tertanggal 9 November 2015 sangat jauh dari kaidah jurnalistik karena tidak lolos. periksa-dan-periksa ulang ke sumbernya. Alhasil, pihaknya melaporkan kepada Dewan Pers untuk menindak situs VOA Islam sesuai ketentuan kode etik jurnalistik yang berlaku.
Ia pun berharap laporannya ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat ditindaklanjuti dengan memblokir situs www.voa-islam.com karena banyak konten yang tidak hanya menyimpang jauh dari kode etik pers, tetapi juga menyimpang. dari peraturan perundang-undangan.
Asep juga meminta Bareskrim Polri menindaklanjuti laporannya dengan cepat, tepat dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Kami mohon agar laporan kami dapat ditindaklanjuti paling lama 3 hari setelah laporan ini disampaikan. “Kalau laporan kami tidak dihiraukan, kami tidak tahu apa jadinya,” kata Asep.
Menurut dia, sebelum pihaknya melaporkan ke Bareskrim, sudah ada aksi demonstrasi pendukung Gus Dur di Bekasi. Asep mengaku akan mengikuti prosedur sesuai undang-undang, namun jika diabaikan maka ia akan mengambil jalan lain.
“Kalau tidak ada tindak lanjut mungkin kami akan melakukan tindakan represif,” kata Asep yang juga menjabat Ketua Pager Nusa Kota Bandung itu.
“Gus Dur sudah mati tapi diamenggertak “Tampaknya hal ini terus-menerus menantang dan memancing kemarahan kami,” tambahnya.
Asep menambahkan, pelaporan kepada pihak berwajib, termasuk Presiden Joko Widodo, sebenarnya merupakan puncak kemarahan pendukung atas penghinaan dan pelecehan terhadap Gus Dur yang dilakukan situs radikal yang diblokir pemerintah.
“Kami akan memberikan laporan kepada Presiden agar pemerintah memberikan perhatian khusus jika ada kejadian di luar kendali,” kata Asep.
“Ini bukan kali pertama VOA Islam melakukan hal ini intimidasi, itu adalah puncak dari akumulasi berbagai pemberitaan yang memicu permusuhan. Kami meminta media ditata ulang on line memprovokasi, menyebarkan kebencian bahan bangunan.” —Rappler.com
BACA JUGA: