• November 26, 2024
Penghormatan kepada Aung San Suu Kyi tidak dapat dicabut

Penghormatan kepada Aung San Suu Kyi tidak dapat dicabut

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

“Tidak mungkin mengambil kembali Hadiah Nobel dari seseorang yang sudah diberikan,” tulis kepala Institut Nobel Norwegia, Olav Njolstad.

JAKARTA, Indonesia – Organisasi yang mengawasi pemberian Hadiah Nobel pada Jumat pekan lalu mengatakan bahwa Nobel yang diberikan kepada pemimpin Myanmar yang tidak adil, Aung San Suu Kyi, tidak dapat dicabut. Kepala Institut Nobel Norwegia, Olav Njolstad, dalam emailnya mengatakan, tidak ada keinginan atau peraturan dari para pendiri Yayasan Nobel untuk memberikan peraturan yang memungkinkan pencabutan penghargaan tersebut.

“Tidak mungkin mengambil kembali Hadiah Nobel dari seseorang yang sudah diberikan,” tulis Njolstad.

Dia menambahkan bahwa tidak ada satupun panitia hadiah di Stockholm dan Oslo yang pernah mempertimbangkan untuk mencabut hadiah setelah diberikan kepada seseorang.

Pertanyaan ini diajukan kepada Njolstad karena muncul petisi yang meminta agar Hadiah Nobel Suu Kyi dicabut. Petisi online di platform perubahan.org ditandatangani oleh lebih dari 386.000 orang. Isinya, ia menyerukan agar penghargaan Suu Kyi dicabut karena sikapnya yang diam terhadap aksi kekerasan yang menimpa etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine.

Bahkan, ia sebelumnya pernah mendapat penghargaan Nobel pada 1991 karena memilih memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) tanpa menggunakan kekerasan. Di saat yang sama, perempuan berusia 72 tahun itu tetap teguh melawan rezim junta militer yang memerintah Myanmar selama puluhan tahun.

Kekecewaan terhadap Suu Kyi sudah lama dipendam masyarakat karena ia memilih bungkam saat terjadi aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya. Ia justru mengambil langkah yang berlawanan dengan pahlawannya, Mahatma Gandhi dan rekannya Jawaharlal Nehru ketika terjadi kekerasan saat pemisahan Pakistan dari India.

Lalu apa yang membuatnya tutup mulut? Jurnalis BBC Fergal Keane yang mewawancarai Suu Kyi pada April lalu menjelaskan analisanya. Suu Kyi tidak mengontrol militer dan mereka tidak mempercayai putri pendeta Myanmar. (BACA: Mengenal Aung San Suu Kyi, Pembela Hak Asasi Manusia yang Dicerca dan Dicintai)

Penolakannya mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan militer Myanmar juga erat kaitannya dengan alasan politik. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Penjaga setiap hari Pada tahun 2015, publik menduga alasan Suu Kyi enggan berkomentar mengenai isu etnis Rohingya adalah karena ia khawatir akan menimbulkan ketegangan antara komunitas Buddha dan masyarakat Rohingya. Apalagi, umat Buddha merupakan mayoritas di Myanmar.

Hal lain, karena ia khawatir pernyataan mengenai etnis Rohingya akan diselewengkan oleh orang-orang yang berkuasa di Myanmar dan dekat dengan kelompok radikal Buddha. Hal ini akibatnya dapat mengganggu proses reformasi politik yang sedang dijalankan Suu Kyi. – Rappler.com

daftar sbobet