Performa gemilang Cristian Gonzales merespons aturan PSSI yang membatasi pemain berusia tua
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
PSSI berencana membatasi pemain senior untuk tampil di liga
JAKARTA, Indonesia — Usia Cristian Gerard Alfaro Gonzales sudah tidak muda lagi. Pada tanggal 30 Agustus, ia berusia 41 tahun. Itu merupakan hal yang kuno bagi seorang pemain sepak bola.
Meski demikian, usia tampaknya tak menyurutkan performanya. Sebaliknya, semakin bertambah usia, penampilan Anda akan semakin cerah. El Loco – sapaan akrab Gonzales – membuktikannya di Piala Presiden 2017.
11 gol yang dicetak Gonzales di Piala Presiden 2017 membuatnya menjadi pemain terbaik pencetak gol terbanyak alias pencetak gol terbanyak. Gelar yang cukup berkelas, apalagi bagi pemain yang sudah memasuki tahun keempat.
Ketajaman Gonzales di Piala Presiden 2017 pun mematahkan anggapan bahwa performa pesepakbola akan menurun saat berusia 35 tahun.
Pendapat ini antara lain diamini oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Hal ini terlihat dari pembatasan yang diterapkan kepada pemain berusia di atas 35 tahun.
Pada awal tahun ini, PSSI mencanangkan wacana untuk mewajibkan setiap klub peserta Liga I 2017 hanya memiliki dua pemain yang berusia di atas 35 tahun. Alasannya untuk membangkitkan kembali pemain-pemain muda.
Dengan alasan yang sama, PSSI juga meminta setiap klub memiliki minimal lima talenta muda (U-23), yang mana tiga di antaranya harus diturunkan di setiap pertandingan.
Turnamen (Piala Presiden) ini menjadi ajang pengembangan dan regenerasi pemain muda karena regulasinya mewajibkan talenta di bawah 23 tahun untuk bermain, kata Ketua Umum PSSI itu. Edy Rahmayadi.
Namun pemain yang paling bersinar di turnamen Piala Presiden 2017 bukanlah pemain muda, melainkan pemain berusia 40 tahun yakni Cristian Gonzales.
Kalaupun ada pemain muda yang bersinar, pemain itu adalah Adam Alis yang terpilih menjadi pemain terbaik. Namun usia Adam Alis yang sudah menginjak 23 tahun bukan lagi usia muda untuk menjadi seorang pesepakbola.
Sepak bola Indonesia sangat membutuhkan pengembangan dan regenerasi, terutama di lini depan. Sepanjang sejarah tim sepak bola Garuda, para penyerang timnas bertahan cukup lama tanpa pernah tergantikan.
Sebut saja Budi Sudarsono membela Indonesia selama sembilan tahun, Kurniawan Dwi Yulianto bahkan menjadi striker timnas selama satu dekade pada 1995 hingga 2005.
Padahal, Boaz Salossa sudah 13 tahun membela Indonesia, sama seperti Bambang Pamungkas dan Rochy Putiray, dan masih aktif di timnas.
Padahal Indonesia mempunyai talenta-talenta muda yang potensial. Lihat saja kesuksesan timnas U-19 di turnamen AFF Youth Championship 2013. Nama-nama seperti Hansamu Yama Pranata (22), Yanto Basna (22), Evan Dimas (22) dan Septian Maulana (20) adalah masa depan sepakbola kita.
Namun, para pemain muda ini juga tidak boleh dieksploitasi. PSSI bisa belajar dari karir pemain muda Eropa, seperti Wilfried Zaha (Manchester United), Giovanni dos Santos (FC Barcelona), Moritz Lietner (Borussia Dortmund), Luca Caldirola (Inter Milan), dan Alphonse Areola (Paris Saint-Germain). ). ).
Mereka semua gagal memenuhi harapan, kehilangan tempat di tim mereka dan tidak akan pernah mencapai karir tertinggi yang diperkirakan karena penggunaan berlebihan. Peraturan PSSI yang mewajibkan setiap klub memainkan pemain muda juga berpotensi melemahkan pemain muda sebelum berkembang.
Saat ini, aturan pembatasan pemain tua dan kewajiban memainkan pemain muda masih belum final. PSSI masih mengusahakannya. Sejumlah klub pun sudah mengajukan proposalnya.
Pelatih Timnas Indonesia Luis Milla mengatakan upaya membentuk timnas yang solid hanya bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan lebih besar kepada pemain lokal untuk tampil di klubnya. “Kalau mereka susah main di klub, bagaimana kita bentuk timnas,” ujarnya Luis Milla. —Rappler.com