Peringatan Supersemar ke-51 terasa seperti pemilihan gubernur DKI Jakarta
- keren989
- 0
Acara tersebut juga dihadiri oleh pasangan calon peserta kontestasi Pilkada DKI Jakarta.
JAKARTA, Indonesia – Peringatan Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) dipusatkan pada Sabtu malam, 11 Maret, di Masjid At Tien, Taman Mini. Namun yang menarik, acara ini bukan sekedar memperingati bulan Maret yang diperkirakan akan menjadi bulan Soeharto, melainkan banyak diwarnai isu Pilkada DKI 2017.
Hal ini terlihat dari para tamu yang hadir. Selain Ketua Panitia Peringatan Supersemar ke-51 Titik Soeharto Tommy Soeharto, ada juga calon nomor urut tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, serta calon wakil gubernur nomor urut dua Djarot Saiful. Hidayat.
Namun Djarot justru ditolak dan dilarang masuk ke Masjid At-Tien.
“Usir, orang kafir tidak boleh masuk,” teriak massa di depan pintu VVIP, Sabtu 11 Maret.
Meski dihadang, Djarot beruntung masih mendapat penjagaan dari panitia dan berhasil masuk setelah menunjukkan undangan resmi. Djarot mengaku kepada awak media, dirinya tak segan-segan menghadiri acara tersebut karena sejak awal memang punya niat baik, yakni menghormati undangan keluarga Presiden Soeharto.
“Saya tidak (takut) karena niat saya baik. Nawa (niat) saya baik dan saya tidak menyakiti perasaan mereka, kata Djarot yang ditemui. media Sabtu malam di kawasan Tebet.
Wakil gubernur yang menjabat menyikapi dengan bijak kejadian yang dialaminya. Ia merasa warga salah paham karena tidak mengenalnya dengan baik.
“Apakah saya pernah mengutuk mereka? Menyinggung perasaan mereka? Benci mereka? TIDAK Sekali. Makanya saya senyum-senyum saja,” ungkapnya.
Anies diperkenalkan sebagai pemimpin
Sementara massa justru menyambut hangat Anies-Sandi. Bahkan, saat berada di dalam masjid, panitia sempat teringat bahwa Anies-Sandi juga hadir dalam kegiatan tersebut.
Salah satu ustad yang mengingatkan, Arifin Ilham mendoakan agar Jakarta selalu dikaruniai pemimpin yang shaleh dan berdedikasi.
“Yang mengajari kami ketakwaan mengajarkan kami untuk bertakwa kepada-Mu. Menghiasi kecantikan saudara kita Anies-Sandi,” kata Arifin.
Ia pun mendoakan pasangan calon nomor urut tiga yang bertarung di Pilkada DKI aman dari pencemaran nama baik dan penipuan.
“Siapa lagi yang membantu dan melindungi kami? Selamatkan Jakarta ya Allah. Selamatkan Indonesia. Selamatkan seluruh umat Islam, selamatkan generasi kita, kata Arifin lagi.
Hebat sekali di zaman Soeharto
Sementara itu, Titiek Soeharto di hadapan jamaah menyinggung masa keemasan ayahnya, Soeharto memimpin Indonesia. Ia mengatakan, saat ayahnya masih menjadi presiden ke-2 Indonesia, masyarakat mendapat berbagai kemudahan, mulai dari pekerjaan hingga pendapatan hidup.
Kita sering mendengar kata-kata ‘zaman Pak Harto bagus’, mungkin itu yang dikatakan Pak Harto, sejarah akan menjawabnya, kata Titiek di hadapan jemaah yang menghadiri peringatan 51 tahun terbitnya Supersemar.
Hingga saat ini pendapat mengenai kehadiran Supersemar masih simpang siur. Ada pula yang berpendapat surat itu ditandatangani Sukarno di bawah tekanan dan todongan senjata.
Sementara ada pula yang menilai surat tersebut bukan bentuk penyerahan tanduk kepemimpinan kepada Soeharto. Namun, ia memerintahkan Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat, untuk memastikan situasi di Indonesia tetap baik.
Masih terjadi perdebatan mengenai keaslian Supersemar. Karena diyakini ada tiga versi Supersemar dengan kandungan berbeda. Bagaimana menurutmu? Benarkah super semar yang ada saat ini? Tulis pendapatmu di kolom komentar. – Rappler.com