Peringati HUT TNI ke-71 di Natuna, Inginkah Jokowi Kirim Pesan ke China?
keren989
- 0
Nelayan Tiongkok beberapa kali kedapatan sedang memancing di perairan Pulau Natuna
JAKARTA, Indonesia – Peringatan HUT ke-71 Tentara Nasional Indonesia (TNI) tahun ini akan digelar berbeda. Presiden Joko “Jokowi” Widodo tidak menghadiri parade militer tersebut, melainkan mengunjungi Pulau Natuna untuk menyaksikan langsung latihan Angkasa Yudha yang dilakukan TNI AU.
Ia tiba di Bandara Ranai, Kabupaten Natuna pada Kamis, 6 Oktober. Menaiki pesawat kepresidenan Boeing 737 TNI AU, Jokowi dan rombongan terbang selama 2 jam. Begitu turun dari pesawat, Jokowi meninjau alutsista TNI AU yakni Sukhoi 27/30, T-501, Hawk 100, Super Tucano dan beberapa senjata lainnya.
Mantan Gubernur DKI ini pun mengulas kecanggihan kokpit Su 27/30 dan mengenakan helm tempur di dalam pesawat buatan Rusia tersebut. Jokowi kemudian menyaksikan latihan adu jotos atau saling kejar-kejaran pertarungan anjing oleh satu Sukhoi Su 30 dan dua F-16.
Pesawat Hawk 100/200 dan T501 Golden Eagle dan Super Tucano juga dikerahkan untuk menunjukkan kekuatannya melalui pengeboman. Sasarannya di Laut Natuna. Jokowi juga menyaksikan lompatan statis dan dinamis Kopassus yang melakukan latihan keamanan regional dengan menggunakan pesawat kargo, yakni dua unit CN-295 dan enam unit Hercules C-130.
TNI AU juga menembaki sasaran yang tersisa di laut dengan meriam Oerlikon dan QW3. Beberapa unit helikopter Super Puma juga melakukan latihan keselamatan evakuasi dan penyelamatan bagi pilot yang disimulasikan terlempar dari jet tempur.
Lalu mengapa Presiden Jokowi memilih menghadiri HUT ke-71 di Pulau Natuna? Seorang perwira TNI AU yang enggan disebutkan namanya mengatakan, salah satu tujuan latihan tersebut adalah untuk memberikan pesan kepada China agar tidak lagi melanggar kedaulatan Indonesia di kawasan Natuna.
(BACA: China protes penangkapan nelayannya oleh Indonesia)
“Jika menyangkut kedaulatan, kami akan mempertahankannya sampai mati,” kata pejabat tersebut kepada Rappler pada Kamis, 6 Oktober.
Rencananya TNI juga akan membangun pangkalan militer terpadu di Pulau Natuna. Jadi, ke depan personel TNI bisa bekerja di sana.
“Basis landasan pacu di bandara juga akan dibuat lebih lama lagi, agar jet tempur Sukhoi bisa mendarat dan lepas landas di Pulau Natuna,” kata petugas tersebut.
Janji kampanye
Sementara itu, Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, apa yang dilakukan Jokowi merupakan realisasi kampanyenya pada tahun 2014. Saat itu, kata Ikrar, Jokowi mengatakan jika ada negara di mana pun yang mencoba menantang kedaulatan Indonesia, ia tidak akan tinggal diam.
“China sejak awal selalu mengatakan bahwa nelayannya mencari ikan di Laut Cina Selatan (LTS), termasuk membobol perairan Natuna. Mereka bahkan menyebut wilayah perairan sebagai zona penangkapan ikan tradisional,” kata Ikrar yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Kamis, 6 Oktober.
Panjang perairan Natuna yang melebihi 200 mil mungkin bertentangan dengan klaim 9 garis putus-putus China, namun jika menganggap wilayah tersebut sebagai “zona penangkapan ikan tradisional” mereka juga tidak benar.
“Indonesia setidaknya memberikan sinyal kepada Tiongkok, meskipun kedua negara mempunyai kerja sama ekonomi yang erat, namun mereka tidak bisa bermain-main dengan kita. Apalagi Indonesia lebih bergantung pada China dibandingkan sebaliknya, kata Ikrar.
Sejak awal, Indonesia bukanlah sebuah negara penuntut dalam sengketa wilayah di Laut Cina Selatan. Namun, Tiongkok telah mengatakan dalam beberapa kesempatan bahwa ada tumpang tindih antara klaim mereka dan ZEE Pulau Natuna.
“Sementara Indonesia selalu menolak pendapat China. Selain melalui jalur diplomasi dan intelijen, kekuatan udara dan laut memegang peranan yang sangat penting,” ujarnya lagi.
Oleh karena itu, lanjut Ikrar, meski Indonesia belum mampu menyaingi kemampuan Angkatan Laut China yang sudah berada di permukaan laut biru, setidaknya ada pesan yang ingin disampaikan pemerintah kepada Negeri Tirai Bambu.
Peresmian Bandara Ranai
Pada kesempatan yang sama, Jokowi juga meresmikan Bandara Ranai di Pulau Natuna. Terminal baru ini memiliki luas 3.865 meter persegi dan mampu menampung 385 penumpang.
Landasan pacu juga dibuat lebih lebar dari 32 meter menjadi 45 meter.
“Bandara Ranai bisa menjadi jembatan udara antara Natuna, Tanjung Pinang, Batam, dan provinsi, kabupaten, atau kota lain. Kita berharap dengan adanya jembatan udara ini pergerakan orang dan barang menjadi lebih cepat, kata Jokowi saat diresmikan bandara di Pulau Natuna.
Ia pun berharap ke depannya bandara ini akan semakin ramai. Jokowi mengaku sudah memerintahkan Menteri Perhubungan untuk mencari sebanyak mungkin maskapai penerbangan yang bisa masuk ke Bandara Ranai.
“Kami juga sudah mulai membangun area penangkapan ikan di Selat Lampa yang luasnya lebih dari 100 hektar. Diharapkan kawasan pemancingan ini selesai pada akhir tahun. Namun akan diberikan tambahan waktu karena masih diperlukan ruang dingin,” dia berkata.
Jokowi berharap dengan adanya kawasan penangkapan ikan ini akan memberikan dampak ekonomi bagi daerah tersebut, khususnya masyarakat di Kabupaten Natuna. – dengan laporan ANTARA/Rappler.com
BACA JUGA: