• November 25, 2024
Perlukah 4 menteri koordinator?

Perlukah 4 menteri koordinator?

JAKARTA, Indonesia – Rumor rencana reshuffle (bergerak lagi) memperkuat kabinet. Pemanasan. Berbagai informasi siapa saja menteri yang bakal didepak dari Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) beredar dari satu grup WhatsApp ke grup WhatsApp lainnya. Lewat akun Twitternya, Jokowi menulis cuitan, “Saya harap kita semua bekerja dengan baik. Mengangkat dan mengganti menteri adalah urusan saya.”

Saat Jokowi bertemu dengan sejumlah organisasi relawan pada Kamis, 7 Januari, Jokowi mengaku belum memikirkan persoalan tersebut. bergerak lagi kabinet. Ia mengaku lebih tertarik dan fokus pada pembangunan infrastruktur dan ketahanan pangan. Namun, dalam beberapa kesempatan terakhir, Jokowi telah memberikan isyarat bahwa ia tidak akan segan-segan memberikan konsekuensi kepada para menteri yang dianggap lamban dalam melaksanakan program.

(BACA: Jokowi Goda Menteri dengan Berbagai Cara)

Momen bergerak lagi juga mengingatkan Jokowi akan janjinya membentuk kabinet ramping. Soalnya, karena Jokowi harus mengakomodir perwakilan partai pengusung dan pembatasan nomenklatur anggaran menteri dalam APBN 2015, ia membentuk kabinet dengan jumlah hampir sama dengan kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bahkan, Jokowi membuat empat posko kementerian. Ada tambahan Menko Maritim, untuk menunjukkan salah satu program unggulan Jokowi di bidang maritim.

Keberadaan Menko juga dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi koordinasi guna memastikan pelaksanaan program kerja kabinet berjalan lancar. Masalahnya, banyak pemberitaan yang terkesan berkaitan dengan kinerja Menko justru menuai kritik masyarakat. Koordinasi dan komunikasi juga mendapat catatan buruk selama tahun 2015.

Di tahun pertama pemerintahannya, Jokowi harus mengganti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, dari Indroyono Soesilo menjadi Rizal Ramli. Hanya sehari setelah dilantik pada 12 Agustus, Rizal sudah melancarkan serangan kritis terhadap rekan-rekannya di kabinet, bahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Jadi tahun 2015 penuh dengan kegaduhan yang datang dari kabinet Jokowi.

Dalam situasi yang akan datang bergerak lagiMaka timbul pertanyaan, apakah momentum ini harus dimanfaatkan Jokowi untuk meninjau kembali efektivitas koordinasi dan jumlah menteri koordinator? Potensi tumpang tindih antara Menko Perekonomian dan Menko Maritim misalnya, menjadi salah satu pertanyaannya.

Jika niat Jokowi menekankan aspek maritim, bukankah semangat itu harus melekat pada seluruh program di semua kementerian?

Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Phillip J. Vermonte mengatakan, posisi menteri koordinator seharusnya tidak diperlukan jika kita memiliki tipe presiden yang “tangan di atas”, secara langsung menangani semua pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintah di tingkat kebijakan.

“Dulu aku berpikir begitu. Apa yang dilakukan Menko? Tapi jika melihat pola kepemimpinan Presiden Jokowi, saya kira posisi Menko perlu karena rentang kendali Jokowi terlalu luas, kata Phillip saat dihubungi Rappler hari ini, Jumat 8 Januari.

Phillip menyoroti keberadaan Menko Perekonomian dan Menko Maritim.

“Potensi tumpang tindih kewenangan cukup besar, karena bidang yang ditangani bisa berada di bawah kedua menteri koordinator tersebut. Sebagai pemimpin, Jokowi harus menetapkan pedoman yang jelas dan tegas, yang berada di bawah koordinasi Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. Batasannya di mana?” ucapnya.

Belum lagi kebingungan yang dihadapi menteri yang harus melapor ke dua menteri. Misalnya saja Menteri ESDM, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Menteri Kelautan dan Perikanan.

Persoalan lainnya terkait fokus baru di sektor maritim menjadi salah satu alasan kuat Jokowi membentuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman.

“Sudahlah fokus baru. “Masih banyak persoalan non maritim,” kata Phillip.

Ia juga menyoroti kecenderungan Jokowi yang hanya fokus dan berhadapan langsung pada bidang tertentu.

“Sepertinya Jokowi sangat terlibat dalam pembangunan infrastruktur dan ketahanan pangan. Lainnya yang saya lihat hilang. Misalnya soal politik dan keamanan, Jokowi mempercayakannya kepada Menteri Koordinator Luhut Panjaitan. “Kami juga kurang memberikan perhatian terhadap isu-isu kebijakan luar negeri,” kata Phillip.

Dalam pertemuan dengan Pemimpin Redaksi Forum akhir tahun 2015, Kalla memastikan kabinet berada dalam situasi yang kompak.

“Kecuali menteri-menteri tertentu,” katanya sambil tersenyum. Jokowi, kata Kalla, juga berupaya membahas semua persoalan melalui rapat kabinet. Alhasil, tak kurang dari jumlah sidang atau rapat kabinet yang dihadiri Jokowi sepanjang tahun 2015. Bukan hal yang aneh jika para menteri berada di luar negeri atau ke luar kota dan harus segera pulang karena ada rapat kabinet.

“Iya, rapat kabinet mungkin banyak, tapi yang dibicarakan ya isu-isu tertentu. “Itu dugaanku ya,” kata Phillip.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Yani Motik berpendapat, ada tiga jabatan menteri koordinator, yaitu menteri koordinator yang menangani bidang ekonomi, politik, dan hukum serta terkait program kesejahteraan.

“Empat Menko yang ada saat ini menimbulkan kebingungan dan tumpang tindih,” kata Yani kepada Rappler.

Dia menyarankan, untuk memperkuat hal tersebut, sebaiknya jumlah deputi di masing-masing menteri koordinator ditambah.

“Mari kita lihat tugas Menko Maritim yang merasa berhak juga mengelola sumber daya. Semuanya ada aspek ekonominya kan? Memiliki pengaruh ekonomi. Ini ada hubungannya dengan aspek perdagangan. Sangat terkait. Siapa yang paling berwenang melakukan koordinasi? Menko Maritim atau Menko Perekonomian?” kata Yani.

Kembali ke alasan awal ketika Jokowi memberikan alasan mengapa kabinetnya gemuk, yaitu terkait APBN yang sudah berjalan pada tahun 2015, maka perlu ditanyakan agar APBN 2016 yang disetujui sepenuhnya pada era Jokowi dibahas, alasannya. perampingan tidak dilakukan. keluar?

Isu yang mencuat adalah rencana Jokowi menampung menteri dari partai politik Koalisi Merah Putih yang berseberangan dengan kubu Jokowi-JK saat Pilpres. Perampingan sepertinya akan menjadi masalah saat kampanye saja? —Rappler.com

BACA JUGA:

Togel Sydney