Pernyataan lengkap Ridwan Kamil tak sampai ke Jakarta
- keren989
- 0
JAKARTA, Indonesia – Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memutuskan tidak mencalonkan diri pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Ia sebelumnya berkonsultasi dengan para pengikutnya di media sosial dan bertemu dengan tokoh politik.
(BACA: Ridwan Kamil Tak Maju Sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta 2017)
Berikut pernyataan resmi Ridwan Kamil yang diunggah di akun Facebooknya:
Ke Jakarta, bukan ke Jakarta
Indonesia lahir dari imajinasi. Sebuah rumah besar dengan penghuni yang bervariasi, tidak seragam. Ben Anderson dari Indonesia juga menyebut Indonesia “komunitas yang dibayangkan“. Sebuah imajinasi ambisius yang mencoba menyatukan keberagaman 17 ribu pulau dan 700 bahasa. Keberagaman dan kekayaan negeri ini sungguh luar biasa. Portugis, Inggris, dan Belanda juga berebut kekayaan Ibu Pertiwi. Kekayaan alam itulah yang membuat Belanda ingin menukar Maluku dari Inggris dan menukarnya dengan Pulau New Amsterdam yang kini berganti nama menjadi Manhattan, New York City.
Masyarakat Indonesia modern saat ini sebagian besar merupakan keturunan migran Mikronesia dari Tiongkok yang bercampur dengan genetika India atau Arab sepanjang sejarah. Aslinya bukan turunan dari Homo Erectus Sangiran atau The Hobbit alias Homo Floresiensis. Migrasi orang Mikronesia terjadi ribuan tahun yang lalu ke Taiwan, Filipina, Indonesia hingga Kepulauan Pasifik dan Hawaii. Oleh karena itu, warna coklat kita mirip dengan warna coklat Hawaii. Jika ingin melihat nenek moyang orang Indonesia, datanglah ke penduduk asli Taiwan yang genetiknya mirip dengan kulit coklat orang Indonesia modern saat ini. Membandingkan etnis masyarakat Indonesia saat ini dengan istilah pribumi dan non-pribumi adalah hal yang konyol.
Sejarah mencatat pusat nusantara pada masa Sriwijaya berada di sekitar Sungai Musi. Wilayah nusantara pada masa Majapahit berkuasa berpusat di Mojokerto. Dan Nusantara atau Indonesia berpusat di Jakarta saat ini. Jakarta merupakan pusat pemerintahan/politik dan juga pusat perekonomian Indonesia. Berbeda dengan Amerika yang pusat pemerintahannya berada di Washington DC dan pusat perekonomiannya berada di New York atau Los Angeles. Atau Tiongkok dengan Beijing sebagai pusat politik dan Shanghai sebagai pusat ekonomi.
Berpadunya semua pusat tersebut di Jakarta membuat masyarakat Indonesia berlomba-lomba mengadu nasib ekonomi atau politik di Jakarta. Jakarta hanyalah sebuah mitos. Jakarta juga merupakan bom waktu.
***
Saking besarnya daya tarik Jakarta sebagai pusat dari banyak hal, tak heran jika menjadi Gubernur Jakarta menjadi sasaran utama di panggung politik. Pak Jokowi mengundurkan diri dari Solo menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 2012 dan kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 2014. Pak Ahok mengundurkan diri sebagai anggota DPR untuk bekerja sama dengan Pak Jokowi. Pak Alex Nurdin mundur dari jabatan Gubernur Sumsel, kembali lagi ketika kalah. Tahun depan Pak. Ahok bersiap menghadapi pemilu mendatang. Dan entah kenapa tawaran dan kesempatan itu datang kepadaku.
Saya tidak berusaha mempromosikan diri saya kepada masyarakat Jakarta. Jadi ketika hasil survei menyebutkan popularitas dan elektabilitas saya tiba-tiba meningkat, saya kira itu karena apa yang saya lakukan di Bandung mudah dikonsumsi warga Jakarta melalui media sosial. Jangan lupa bahwa Jakarta adalah kota Twitter paling ramai di dunia.
Kenapa tidak langsung dinyatakan maju atau tidak? Sebagai orang oriental, saya dilatih oleh ibu saya untuk menghormati ikatan keluarga. “Jangan menolak ajakan bertemu dan menyampaikan belasungkawa kepada almarhum,” demikian pesan rutin ibu saya. Saya mengerti apa maksudnya, dengan banyak hubungan persaudaraan. Dengan kasih sayang, rasa syukur dan semangat hidup meningkat.
Itu sebabnya selama 3 bulan terakhir saya tidak langsung mengiyakan atau tidak terhadap tawaran menjadi calon Gubernur DKI. Saya menghargai masukan dan aspirasi dengan menghadiri undangan silaturahmi dari berbagai kalangan warga dan tokoh Jakarta. Saya menghadiri undangan informal dari 4 partai politik. Dalam kesempatan itu saya menyimak baik-baik masukan langsung dari Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, termasuk diskusi hangat dengan Pak. Prabu Subianto. Saya juga memperhatikan masukan warga melalui media sosial. Dan hingga Minggu 28 Februari 2016, saya masih menerima kunjungan tokoh-tokoh nasional di Jakarta. Saya mendengarkan semuanya dengan cermat.
***
Memenangkan Pilgub DKI tahun 2017 bukanlah hal yang mustahil. Saya memulai pemilu di Bandung dengan 6% sebagai tidak seorang punsementara petahana sudah 30%. Dan akhirnya meraih 45% dengan tekad dan strategi kreatif ini dan itu. Dari survei terakhir di Jakarta yang datang kepada saya, popularitas 60% dan elektabilitas 20%. Dan itu juga, dengan saya tidak melakukan apa pun. Belum pindah.
Apakah kamu tidak takut kalah? Menang dan kalah dalam hidup adalah hal yang wajar. Cintaku ditolak dua kali. Sering kalah dalam sepak bola. Saya masuk arsitektur karena tidak bisa masuk Teknik Kimia ITB dan saya sering dilecehkan selama di Amerika karena faktor minoritas dan ras. Saya telah melalui semuanya. Itu sebabnya kamu ingin dikutukmenggertak di Twitter atau media sosial oleh banyak pihak, termasuk anggota bel Lawan politiknya biasa saja. Politik itu berisik. Insya Allah saya kebal.
Saya hanya punya satu masalah di dalam. Saya belum menyelesaikan tugas saya sebagai Wali Kota Bandung. Tentu saja, jika pilkada di Indonesia bisa dimulai dan diakhiri pada waktu yang bersamaan, maka dilema seperti ini tidak akan terjadi. Jika pilkada bisa dilaksanakan secara serentak, maka tidak akan ada lagi stigma menjadi pemimpin bagi mereka yang ingin menjabat di jenjang yang lebih tinggi. Dan jika saya mengikuti keinginan dan perhitungan pilkada saya tentu tidak akan terlalu memikirkannya. Namun hidup tidak selalu harus seperti ini. Saya ingin bahagia tanpa menyakiti. Saya ingin menang tanpa terluka.
Bandung saat ini sudah membaik, namun masih belum sepenuhnya sehat. Sayang jika dikatakan Bandung berhasil. Bohong juga kalau ada yang bilang Bandung tidak ada kemajuan. Dalam 2 tahun terakhir, reformasi birokrasi di Bandung mengalami kemajuan. Kinerja birokrasi ratusan tahun 2013 kini menduduki peringkat 1 nasional dengan nilai A. Pelayanan publik dari rapor merah kini menduduki peringkat ke-4 secara nasional. Transparansi pemerintah sudah menduduki peringkat ke-3 dari ke-17 di Jawa Barat. Itu kemajuan.
Izin usaha UKM dihilangkan total. 7.000 masyarakat miskin mendapat kredit usaha tanpa bunga dan tanpa agunan. Setiap RW diberikan anggaran sebesar Rp100 juta sebagai konsep pemerataan pembangunan. Pengangguran masyarakat turun dari 10,9% menjadi 8%. Itu semua kemajuan. Jadi pembenahan Bandung bukan hanya soal taman seperti yang disangka sejumlah gosip.
Dalam hal perencanaan kota, perbaikan trotoar dan taman kota berjalan cepat. Interaksi sosial berkorelasi dengan kebahagiaan. Oleh karena itu, indeks kebahagiaan naik menjadi 70,6 pada akhir tahun 2015. Artinya warga Bandung senang. Masalah Sampah dan jalan rusak hilang dari 5 masalah teratas di Bandung menurut survei warga. Adipura kembali hadir setelah 17 tahun absen. Namun sejujurnya Kota Bandung masih memiliki permasalahan utang yaitu berkurangnya banjir dan kemacetan. Dua masalah ini akan menjadi prioritas untuk sisa postingan saya.
Dan yang paling parah, mayoritas warga Bandung tidak mengizinkan saya berangkat hingga saya menyelesaikan tugas. Dalam kata-kata ‘Warga Bandung’ itu terkandung suara para relawan yang dulu berjuang untuk merebut hati saya, suara keluarga saya dan suara pembimbing hidup saya yaitu ibu kandung saya yang tidak merestui pergi kemana pun sebelum hari H tiba. maksud. menyelesaikan masa jabatan pertama sebagai Wali Kota Bandung secara tunai. Semoga warga bandung juga paham, bantu saya dengan aktif mentaati peraturan dan aktif mengikuti program pemerintah kota, agar bandung menjadi juara berkat upaya bersama.
***
Indonesia bukan hanya Jakarta. Mitos utama dari segala sesuatu harus dibongkar. Saya yakin Indonesia bisa maju jika daerah juga dipimpin oleh orang-orang yang handal dan progresif. Indonesia bisa menjadi besar jika dipimpin oleh orang-orang hebat seperti Ibu. Risma di Surabaya atau Prof. Nurdin Abdullah di Bantaeng.
Saya mungkin pergi ke Jakarta, tetapi tidak sekarang. Saya masih ingin mewujudkan impian besar di Bandung, ibu kota solidaritas Asia-Afrika dan kota desain Unesco. Insya Allah banyak hal di Bandung yang bisa menginspirasi Indonesia dan dunia. Oleh karena itu, dengan akal sehat dan hati yang jernih, saya memutuskan untuk tidak mencalonkan diri sebagai calon Gubernur Jakarta 2017.
Kami mohon maaf sebesar-besarnya jika keputusan ini mengecewakan semua pihak yang sudah antusias menyampaikan aspirasinya agar saya pindah ke Jakarta di tahun 2017. Insya Allah semua akan indah pada waktunya.
Dan meskipun Anda tidak berkomitmen seperti biasanya bagi para lajang, segeralah menikah agar panjang umur.
Terima kasih.
—Rappler.com
BACA JUGA: