Pertemuan regional enam negara di Manado menghasilkan lima kesepakatan
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Enam negara khawatir ISIS kini ingin membentuk kekhalifahan di kawasan Asia Tenggara
JAKARTA, Indonesia – Pertemuan subdaerah yang membahas isu terorisme berakhir pada Sabtu, 29 Juli di Manado. Ada lima hal yang muncul dari pertemuan enam negara di kawasan Asia Tenggara.
Pertamamasing-masing negara sepakat untuk membentuk forum on Foreign Fighters (FTF) untuk memperkuat kerja sama dalam pertukaran informasi dan kerja sama antara penegak hukum dan badan intelijen. Keduakerjasama 6 negara dengan perusahaan penyedia layanan media sosial, berbagai fasilitas video dan pesan singkat.
Jadi, perusahaan-perusahaan media sosial ini akan membantu kita mencari keberadaan teroris atau mengusirnya secara langsung, kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto, Sabtu, saat memberikan keterangan pers.
Hal ketiga Yang disepakati adalah studi perbandingan undang-undang terkait terorisme yang berlaku di masing-masing negara. Keempatmemperkuat kerja sama antar lembaga untuk menanggulangi kegiatan pendanaan teroris. Kelimameningkatkan kerjasama antar instansi imigrasi dalam rangka pengawasan perbatasan secara terpadu.
“Pertemuan ini juga menyepakati bahwa pertemuan sub-regional selanjutnya akan diadakan pada tahun 2018,” ujarnya.
Sementara itu, Jaksa Agung Australia George Brandis juga mengatakan bahwa terorisme global merupakan ancaman mematikan bagi seluruh masyarakat dan dengan hancurnya kekhalifahan di kawasan Timur Tengah, maka tidak menutup kemungkinan bagi para pejuang asing untuk kembali ke tanah airnya. .
“Hal ini sebenarnya dapat meningkatkan kejadian aksi teroris lintas batas,” kata Brandis.
Brandis mengatakan kelompok militan ISIS bertujuan untuk mendirikan kekhalifahan di Asia Tenggara dan wilayah sekitarnya. Hal ini terjadi setelah kelompok Maute di Filipina selatan menyatakan kesetiaannya kepada ISIS.
Oleh karena itu Brandis menilai perlunya diadakan pertemuan sub-regional yang dihadiri enam negara.
“ISIS (ISIS) telah menyatakan keinginannya untuk mendirikan negara kekhalifahan regional dan situasi yang kini berkembang di Filipina bagian selatan sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Terapkan konsep yang beragam
Pernyataan Brandis diperkuat informasi yang diterima Wiranto. Saat ini, kata purnawirawan TNI itu, militan ISIS menerapkan konsep baru, yakni konsep divergen.
“Ketika posisi mereka di Suriah tergeser, mereka kemudian mengerahkan militan yang telah mereka cuci otaknya. “Mereka berlatih dan mengajak perang untuk membangun pangkalan di seluruh kawasan, termasuk Asia Tenggara,” ujarnya.
Awalnya, kata dia, ISIS menggunakan teori konvergen, yaitu mengumpulkan militan dari seluruh dunia untuk bergabung dalam perlawanan di Timur Tengah. Namun, keadaan kini telah berubah. Posisi ISIS semakin mendesak.
Di Irak, pasukan pemerintah dibantu Amerika Serikat berhasil merebut kembali Mosul, kota utama yang digunakan untuk mendeklarasikan kekhalifahan. Kejadian serupa juga terjadi di Raqqa. Ibukota de facto ISIS sudah mulai ditembus.
Awalnya ISIS berencana membangun basis baru di Indonesia, yakni di Poso, Sulawesi Tengah. Namun hal itu tidak bisa dilakukan karena tim gabungan Polri-TNI berhasil membunuh Santoso, pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Selain dihadiri oleh Indonesia dan Australia, pertemuan sub-regional satu hari di Manado juga dihadiri oleh Filipina, Selandia Baru, Brunei Darussalam, dan Malaysia. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan serupa yang dilakukan pada tahun 2016 di Nusa Dua, Bali. – Rappler.com
BACA JUGA: