• October 1, 2024

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar dinikmati oleh kelompok kaya

Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.

Jika tidak ada tindakan yang diambil, dampaknya adalah pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan akan melambat dan disertai dengan peningkatan risiko konflik.

JAKARTA, Indonesia – Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat selama 15 tahun terakhir. Pencapaian ini mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan jumlah kelas menengah.

Namun manfaat pertumbuhan tersebut lebih banyak dinikmati oleh 20 persen masyarakat kategori kaya. Di sisi lain, sekitar 80 persen penduduk – atau lebih dari 205 juta jiwa – rentan tertinggal. Demikian laporan terbaru yang dirilis Bank Dunia.

“Tingkat ketimpangan di Indonesia relatif tinggi dan meningkat lebih cepat dibandingkan banyak negara Asia Timur lainnya,” kata laporan itu.

Bank Dunia juga mencatat bahwa pada periode 2003 – 2010, 10 persen orang terkaya di Indonesia meningkatkan konsumsinya sebesar 6 persen per tahun, setelah disesuaikan dengan inflasi.

Namun, pada 40 persen masyarakat termiskin, tingkat konsumsinya hanya tumbuh kurang dari 2 persen per tahun. Hal ini mengakibatkan koefisien Gini meningkat pesat dalam 15 tahun, yaitu dari 0,30 pada tahun 2000 menjadi 0,41 pada tahun 2013.

Empat penyebab ketimpangan di Indonesia

Dalam rencana pembangunan jangka menengah, pemerintah menargetkan penurunan tingkat koefisien Gini, dari 0,41 menjadi 0,36 pada tahun 2019. Bank Dunia kemudian membagi empat penyebab ketimpangan di Indonesia saat ini, yaitu:

1. Ketimpangan kesempatan.

Nasib anak dari keluarga miskin dipengaruhi oleh beberapa permasalahan utama, yaitu tempat kelahirannya atau pendidikan orang tuanya. Awal yang tidak adil dapat menentukan kurangnya peluang bagi mereka selanjutnya. Setidaknya sepertiga dari ketimpangan disebabkan oleh faktor-faktor di luar kendali individu.

2. Ketimpangan pasar tenaga kerja.

Pekerja berketerampilan tinggi menerima gaji yang lebih besar, dan angkatan kerja lainnya hampir tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mereka. Mereka terjebak pada pekerjaan informal yang produktivitasnya rendah dan pendapatannya kecil.

3. Konsentrasi kekayaan.

Kelompok elite memiliki aset keuangan, seperti properti atau saham, yang berkontribusi terhadap kesenjangan saat ini dan masa depan.

4. Ketimpangan dalam menghadapi guncangan.

Ketika guncangan terjadi, masyarakat miskin dan rentan akan terkena dampak yang lebih besar, sehingga mengurangi kemampuan mereka untuk memperoleh pendapatan dan berinvestasi di bidang kesehatan dan pendidikan.

Selain itu, Bank Dunia juga memberikan resep agar kesenjangan antara kaya dan miskin bisa dipersempit. Hal ini termasuk meningkatkan pelayanan publik, memperkuat perlindungan sosial, melatih pekerja, menggunakan pajak dan belanja pemerintah untuk mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kepatuhan pajak.—Rappler.com

BACA JUGA:

Toto sdy