Perwakilan Kabayan ingin ibu kota Filipina dipindahkan ke Kota Davao
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Perwakilan Kabayan Ron Salo dan Ciriaco Calalang mengajukan rancangan undang-undang yang bertujuan memindahkan pusat pemerintahan dari Manila ke Davao
MANILA, Filipina – Untuk “mengatasi masalah imperialisme Manila”, meredakan Metro Manila, dan memacu pembangunan di pedesaan, dua anggota parlemen dari sebuah organisasi yang terdaftar dalam partai ingin memindahkan pusat pemerintahan negara tersebut ke Kota Davao, kota kelahiran Presiden Rodrigo saat ini. Duterte.
Perwakilan Kabayan Ron Salo dan Ciriaco Calalang mengajukan House Bill 6968 atau “Undang-Undang Pemindahan Modal Filipina tahun 2018.” Dalam rilisnya kepada media, kedua perwakilan tersebut menyatakan ingin Kota Davao menjadi lokasi istana presiden, istana wakil presiden, Senat, DPR, kantor Konstitusi, dan kantor nasional lembaga pemerintah.
Bagian 9 RUU tersebut mengalokasikan anggaran awal sebesar P1 miliar untuk melaksanakan proposal tersebut. Dana tersebut diambil dari tabungan presiden tahun anggaran berjalan. Alokasi selanjutnya akan dimasukkan dalam anggaran nasional untuk tahun-tahun berikutnya.
Salo dan Calalang mengatakan gagasan pemisahan pusat pemerintahan negara dari “pusat lain” diambil dari Amerika Serikat dan China. “Di AS, Washington DC adalah ibu kota politik negaranya, sedangkan New York adalah ibu kota finansialnya. Di Tiongkok, Beijing adalah ibu kota politik negaranya, sedangkan Shanghai adalah ibu kota finansialnya,” kata mereka.
Pasangan ini mengatakan usulan mereka akan membantu meringankan lalu lintas di Metro yang sudah padat, serta “peningkatan populasi lebih lanjut akibat migrasi tak terbatas, kemacetan dan kerusakan kota yang menghambat pembangunan lebih lanjut.”
Mereka juga mengusulkan agar transisi, termasuk pembangunan pusat pemerintahan baru, harus dilakukan dalam waktu 3 tahun. Metro Manila akan “tetap menjadi pusat perekonomian atau keuangan negara.”
Namun, mereka juga mendorong agar Istana Malacañang tetap menjadi kediaman resmi Presiden Filipina meski kantornya sudah berada di Davao City. “Kota Baguio akan terus menjadi ibu kota musim panas Filipina,” tambah mereka.
Gedung-gedung yang dikosongkan akibat pemindahan tersebut akan diubah menjadi kantor regional Metro Manila atau diserahkan kepada Komisi Sejarah Nasional jika bangunan tersebut memiliki makna sejarah.
Karyawan tetap yang akan terkena dampak usulan perpindahan tersebut dapat mengundurkan diri atau mengambil pensiun dini dan dapat menggunakan haknya berdasarkan hukum. – Rappler.com