Pesawat Batik Air menabrak maskapai Trans Nusa saat hendak lepas landas
- keren989
- 0
Ini adalah ringkasan yang dibuat oleh AI, yang mungkin memiliki kesalahan. Untuk konteksnya, selalu rujuk artikel selengkapnya.
Bandara Halim Perdanakusuma ditutup hingga tengah malam. Dalam kecelakaan tersebut, tidak ada satu pun penumpang dan awak maskapai Batik Air yang menjadi korban.
JAKARTA, Indonesia – (UPDATED) Maskapai Batik Air mengalami kecelakaan dengan pesawat Trans Nusa saat hendak berangkat lepas landas Senin malam 4 April di Bandara Halim Perdanakusuma. Batik Air yang mengoperasikan pesawat Boeing 737-800 menabrak pesawat jenis ATR Trans Nusa yang sedang ditarik atau menyeret Pergi ke hanggar.
“Saya diberitahu pihak Bandara Halim tidak ada penumpang yang meninggal. Seluruh penumpang dan awak kapal sudah dievakuasi, kata Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Perhubungan JA Barata saat dihubungi Rappler melalui telepon, Senin, 4 April.
Barata mengatakan, kecelakaan itu terjadi pada pukul 19.55 WIB. Pesawat Batik Air hendak lepas landas menuju Ujung Pandang. Kerusakan yang dialami Trans Nusa, kata Barata, meliputi sayap kiri dan ekor pesawat.
Sedangkan Batik Air mengalami kerusakan pada ujung sayap kiri, kata Barata yang memberikan penjelasan melalui pesan singkat.
Akibat kecelakaan tersebut, Bandara Halim ditutup pada pukul 20:37 hingga 24:00 WIB. Waktu penutupan bandara diperpanjang karena adanya proses evakuasi maskapai Batik Air. Lalu bagaimana dengan penerbangan lain yang mendarat di Halim? Barata menjelaskan, ada kemungkinan penerbangan dialihkan ke bandara lain terdekat.
Grup Respons Lion Air
Direktur Utama Lion Air Group Edward Sirait pun membenarkan salah satu armada Batik Air rute Halim Perdanakusuma menuju Ujung Pandang mengalami kecelakaan pada Senin malam, 4 April. Namun, Edward menjelaskan, petugas menara pengawas memperbolehkan pesawat bernomor penerbangan ID 7703 itu untuk lepas landas.
Mengetahui pesawat Trans Nusa sedang ditarik traktor (dalam proses pemindahan), pilot yang bertugas memutuskan untuk membatalkan penerbangan demi keselamatan penumpang, kata Edward dalam pesan singkat yang diterima Rappler, Senin. malam, 4 April.
Sebanyak 49 penumpang dan 7 awak pesawat Batik Air, kata Edward, selamat dan akan diterbangkan dengan pesawat lain. Pada hari Selasa, mereka diberi pilihan untuk melanjutkan penerbangan.
“Apa yang terjadi, kita tunggu saja hasil dari lembaga yang berwenang,” kata Edward.
Kelalaian besar
Ketua Pengurus Harian Yayasan Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi pun menegaskan agar tabrakan antara Batik Air dan Trans Nusa diselidiki serius oleh Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Sebab, kecelakaan tersebut mengindikasikan tidak adanya koordinasi antara petugas menara kendali dengan petugas darat yang menarik pesawat Trans Nusa menuju hanggar.
“Ini juga menjadi bukti bahwa tingkat keselamatan penerbangan di Indonesia masih rendah. Kementerian Perhubungan harus memberikan sanksi kepada petugas yang terlibat dalam kejadian ini, termasuk pengelola Bandara Halim Perdanakusuma, kata Tulus melalui pesan singkat.
Tidak heran kecelakaan bisa terjadi
Sementara itu, mantan Kepala Staf TNI AU Chappy Hakim mengaku tak heran jika terjadi kecelakaan di Bandara Halim Perdanakusuma. Padahal, menurut dia, karena juga digunakan sebagai tempat pendaratan pesawat sipil, kecelakaan hanya tinggal menunggu waktu saja.
“Setiap orang yang bekerja di industri penerbangan memahami dan mengetahui betul bahwa penerbangan di Bandara Halim Perdanakusuma berbahaya!,” tulis Chappy di akun Twitter resminya, Senin malam, 4 April.
Bahkan, dia menganalisisnya dalam sebuah artikel di blognya sejak 2010.
HLM dengan One Runway tanpa Taxiway + apron sempit yang dioptimalkan untuk komersial adalah ciptaan yang mempertaruhkan nyawa! Bahaya adalah urusanku!
— Chappy Hakim (@chappyhakim) 4 April 2016
Mengapa harus mengalami kecelakaan untuk memahaminya terlebih dahulu? Untung tidak ada korban jiwa..
— Chappy Hakim (@chappyhakim) 4 April 2016
Chappy menilai sejak pemerintah memindahkan sebagian rute penerbangan komersial ke Bandara Halim Perdanakusuma, merupakan rencana yang sangat keliru di bidang penerbangan sipil nasional. Pasalnya bandara Halim Perdanakusuma sangat penuh.
“Penggunaan pangkalan udara militer tidak dapat diukur berdasarkan parameter operasional penerbangan sipil. “Saat ini sektor keamanan Lanud Halim sebagai pangkalan militer cukup terganggu dengan hadirnya “general Aviation” dan carter flight di Halim,” tulis Chappy dalam blognya pada tahun 2010.
Ia menilai Bandara Halim Perdanakusuma memadai untuk penerbangan militer sebagai “penerbangan umum” dan penerbangan VVIP/VIP untuk tamu negara. Sebaiknya tidak menambah penerbangan domestik komersial tambahan. -dengan pelaporan Ursula Florene/Rappler.com
BACA JUGA: