Pilkada Surabaya: Sulit menghentikan kemajuan Risma-Whisnu
- keren989
- 0
SURABAYA, Indonesia – Pertanyaan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Surabaya yang digelar Rabu, 9 Desember, tak lagi menang siapa di antara dua pasangan calon, Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana dan Rasiyo-Lucy Kurniasari. tapi berapa persentase suara yang akan diraih Risma dan Wisnu.
April lalu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) melakukan survei internal. Hasilnya, elektabilitas pasangan tersebut di atas 80 persen.
“Jumlahnya sekitar itu dan trennya terus meningkat,” kata Sekretaris Pemenangan Risma-Whisnu Adi Sutarwijono kepada Rappler, Kamis, 3 Desember.
Rasiyo-Lucy bukanlah lawan yang layak bagi Risma-Whisnu. Faktanya, mungkin belum ada yang mampu melawan Sang petahana. Oleh karena itu, wajar jika lawan Risma-Whisnu bolak-balik.
(BACA: Pilkada Surabaya: 5 Hal ‘Pasangan Jodoh’ Penantang Risma)
Sebelumnya, pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Dhimam Abror dan Haries Purwoko batal di hari terakhir pendaftaran. Haries tiba-tiba menghilang dan mengundurkan diri karena – katanya – orang tuanya tidak mengizinkannya.
Dhimam masih menjadi calon wakil wali kota, bersama Rasiyo. Namun Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya menyatakan pencalonan Dhimam batal karena tidak memiliki surat pembebasan tunggakan pajak dan surat rekomendasi Partai Amanat Nasional (PAN) yang bermasalah.
Terakhir, PAN memperkenalkan Lucy Kurniasari. Pencalonan Rasiyo-Lucy lagi-lagi bisa menjadi masalah karena ijazah SMA Lucy. Namun keduanya akhirnya lolos tahap nominasi. Risma-Whisnu juga punya pencela.
Rasiyo-Lucy merupakan calon dari dua partai, Partai Demokrat dan PAN. Gubernur Jawa Timur Soekarwo selaku Ketua DPW Partai Demokrat Jatim mendukung penuh pencalonan tersebut. Maklum, Rasiyo merupakan “anak emas” Soekarwo saat masih menjabat Kepala Dinas Pendidikan Jatim dan Sekda Jatim.
Meski begitu, Soekarwo mengakui kepada para pemikir politik bahwa pencalonan Rasiyo-Lucy bukanlah pertarungan yang harus dimenangkan. Sebab, mereka tidak mungkin bisa mengalahkan wali kota perempuan pertama dalam sejarah Surabaya.
“Risma ini seperti meteor. Dia tidak bisa dihentikan,” kata salah satu penasihat politik Soekarwo yang enggan disebutkan namanya.
Pengamat politik kampus negeri Surabaya itu mengaku Rasiyo-Lucy bakal kalah. “Pakde Karwo tahu itu. Tapi dia tetap harus mendukung pasangan ini sebagai bagian dari partisipasi politik Partai Demokrat, ujarnya, merujuk pada sapaan akrab Soekarwo.
Juru bicara tim sukses Rasiyo-Lucy, Herlina Harsono Njoto mengaku pihaknya sudah melakukan survei internal. Hasilnya, pasangan Risma-Whisnu lebih baik. Tapi, berapa jumlahnya, dia belum bisa menyebutkannya.
“Bukan bagian saya yang mengatakannya,” kata Herlina.
Ketua Komisi A DPRD Surabaya menolak anggapan partainya siap kalah. “Perbedaan suara dalam seminggu terakhir akan kita kejar dengan banyak program,” ujarnya.
Apa saja program-program tersebut? “Ada banyak sekali. Saya tidak ingat,” kata Herlina.
PDI-P berharap Pilkada Surabaya dapat membantu mendongkrak perolehan suara pada pemilu legislatif 2019
Lantas berapa persentase target kemenangan Risma-Whisnu?
Anggota tim sukses Risma-Whisnu, Adi Sutarwijono mengatakan, persoalan utama kubunya bukan lagi soal bagaimana memenangkan Pilkada Surabaya, melainkan berapa jumlah suara yang diraih Risma. Tim sukses terus bekerja keras karena semakin tinggi elektabilitas Risma maka popularitas PDI Perjuangan pun semakin meningkat.
Adi mencontohkan pada survei bulan April lalu. Elektabilitas PDI-P pun meningkat dari 32 persen menjadi 46 persen. “Padahal belum genap satu tahun,” ucapnya.
Katanya, pestanya diatur desain yang bagus Surabaya secara bertahap. Setiap fase politik dilakukan sekaligus mempersiapkan fase berikutnya. Pada Pilkada Surabaya 2015, pihaknya berniat mempersiapkan pemilu legislatif Surabaya 2019.
(INFOGRAFIS: Rasiyo-Lucy vs Risma-Whisnu Pilkada Surabaya)
Adi optimistis tren elektabilitas Risma-Whisnu terus meningkat menjelang hari H pilkada. Ia menargetkan keduanya meraih 93% suara. Dengan begitu, suara PDI-P bisa naik di atas 50%.
“Kami ingin menjadi seperti itu mayoritas tunggal pada 2019. Dengan dominasi di parlemen, pengambilan keputusan akan lebih mudah,” ujarnya. “Sebagai partai dominan di Surabaya, hal itu wajar dong menurut kami begitu,” tambahnya.
Risma akan berubah di babak kedua
Selama memimpin Surabaya, Risma berhasil menjawab ekspektasi masyarakat terhadap Kota Pahlawan.
Ia mampu menggratiskan sekolah, memasang air bersih untuk 92 persen penduduknya, dan membangun sejumlah jalan baru, termasuk Jalan Lingkar Timur Tengah (MERR) yang bisa menggairahkan perkembangan Surabaya Timur.
“Risma ini seperti meteor. Dia tidak bisa dihentikan.”
Namun kepemimpinan Risma terus mendapat kritik. Pada masa jabatan pertamanya, alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu dinilai belum mampu merangkul unsur kekuasaan di sekitarnya. Konflik Risma dan PDI Perjuangan terbukti beberapa kali terjadi.
Selain itu, kebijakan Risma juga dinilai terlalu pendekatan otoritas, yakni atas ke bawah. Akibatnya, partisipasi masyarakat di Surabaya sangat minim. Belum lagi pendekatan Risma yang “marah” ke berbagai instansi lamban.
Adi mengakuinya. Meski demikian, ia tak bisa menjamin Risma akan lebih “lembek” di babak kedua. Sebab, hal itu menjadi karakter kepemimpinan Risma. “Semua orang punya gayanya masing-masing. Pak Bambang DH (Wali Kota sebelum Risma) juga berbeda dengan Risma, ujarnya.
Ia menyadari Risma membutuhkan proses untuk menjadi pemimpin politik. Apalagi latar belakangnya sebagai birokrat, bukan politisi. Alhasil, Risma selalu bersikap kaku terhadap parpol di periode pertama.
Namun pada periode kedua, kata Adi, kesadaran politik Risma mulai berkembang. “Sekarang Bu Risma mulai sadar bahwa dia tidak bisa menjalankan partai sendirian. Harus kolektif,” ujarnya.
Risma kini juga mulai bersiap tampil di depan publik mengatasnamakan partai. Bahkan, dia beberapa kali mendatangi camat partai berlambang kepala banteng itu.
Semua ini akan mewarnai kepemimpinannya di periode kedua, ujarnya.
Apakah ini kabar baik atau buruk? —Rappler.com
BACA JUGA: